Miracle Met You 18

1740 Kata
Setelah kemarin Valerie menceritakan tentang apa yang dikatakan Eliza kepada arwah itu, Elden semakin bingung dan bertambah frustasi saat ini. Apa maksud ucapan Eliza sebenarnya?! Elden benar-benar tidak mengerti. Jujur Elden masih belum menyangka bahwa sahabatnya kini telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Valerie. Elden membanting stir mobilnya dengan kesal, hampir saja ia menabrak kucing yang tengah menyeberang di jalan. Elden mengumpat kesal, ia benar-benar pusing untuk saat ini. Elden lelah mencari Vino tetapi sampai saat ini, cowok itu juga belum ditemukan. "Mending kita pulang aja dulu, kamu harus istirahat." Ucapan Valerie benar, ia harus istirahat, sangat terlihat jelas kantung mata di wajah Elden. Beberapa hari ini Elden memang kurang tidur karena selalu memikirkan Vino yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Elden memutar arah mobilnya menuju rumah, ia harus berendam di air hangat saat ini dan mungkin ia akan merilekskan otot-ototnya sebentar. Setelah sampai di rumah, Elden langsung berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu kamarnya, meninggalkan Valerie yang masih berada di ruang keluarga. Tidak lama suara pintu dibuka dengan keras mengejutkan Valerie yang juga tengah istirahat di sofa. Valerie menatap Azka yang pulang dengan keadaan berantakan dan berjalan sempoyongan ke sofa. Valerie berdecak kesal. Kenapa Azka suka sekali mabuk si? ㅡdecak Valerie sebal sendiri melihat kelakuan Azka. Azka memang sudah berubah dalam hal belajar, namun cowok itu belum juga berubah berperilaku buruk seperti ini. Valerie menatap Azka yang tertidur pulas di sofa, ia tersenyum miring. Sepertinya Valerie harus menghukum Azka saat ini. Bermain-main sedikit dengan cowok segalak Azka sepertinya menyenangkan. ㅡpikir Valerie. Valerie mencampakkan benda-benda yang berada di meja sofa, hingga menimbulkan suara yang keras dan benda-benda itu berserakan di lantai. Tentu saja suara itu membuat kedua mata Azka terbuka dan melotot, Valerie melihat Azka yang tengah menatap benda-benda berserakan di lantai dengan bingung. "Elden, lo mau gue cincang? Beresin cepet!" titah Azka kesal. Tidak ada sahutan, tentu saja iya karena Elden mungkin sedang tertidur pulas di kamarnya. Valerie mengambil remote televisi dan menekan tombol on dan off hingga layar televisi sedetik hidup dan sedetik lagi mati. Tentu saja hal itu sukses membuat mata Azka terbelalak kaget, cowok itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang keluarga. "Elden jangan bercanda deh!" sentak Azka kesal bercampur takut. Azka lalu berjalan menuju kamar Elden dan membuka pintu itu, sedetik kemudian Azka tertegun melihat Elden yang sedang tertidur pulas di ranjangnya. Azka menatap televisi yang masih menyala dan mati seketika, Azka juga kaget melihat pintu utama rumah yang terbuka dan tertutup dengan kuat. Valerie tertawa lepas melihat ekspresi wajah Azka yang menurutnya sangatlah lucu. Valerie kemudian mengambil spidol merah yang tergeletak di lantai dan menulis sesuatu di meja bening yang berada di tengah-tengah sofa. Azka memilih duduk di sofa, cowok itu mengucek kedua matanya, mungkin cowok berpikir jika dirinya sedang bermimpi atau halusinasi mengingat beberapa hari terakhir dirinya kurang tidur. ㅡpikir Azka. Azka kembali terlonjak kaget melihat tulisan merah yang ada di meja. "Jangan mabuk-mabukan lagi, atau aku akan membunuhmu, Azka," gumam Azka membaca tulisan yang ada di meja itu. Azka terdiam untuk beberapa saat, sedangkan Valerie tertawa melihat kejahilan yang ia timbulkan. Valerie menatap perubahan ekspresi Azka yang sangat aneh menurutnya, Azka berlalu dengan cepat memasuki kamarnya. Apa yang terjadi? Kenapa sikap Azka begitu cepat berubah? Bahkan wajah Azka terlihat masam. ㅡbatin Valerie bertanya-tanya. Tiba-tiba Valerie mendengar Azka yang berteriak di kamar, disusul dengan suara kaca yang pecah. "I'm a murderer!" Valerie tertegun sesaat. Bukan karena ia tidak mengerti dengan yang Azka katakan, ia mengerti. Bahkan sangat mengerti dengan apa yang di ujarkan Azka tadi. Valerie mengernyit. Azka seorang pembunuh? Benarkah itu? Kalau memang benar, siapa orang yang telah Azka bunuh? *** Elden terbangun dari tidurnya, ia merenggangkan kedua tangannya, badannya sudah rileks seperti biasanya. Tiba-tiba perutnya berbunyi, ia lapar. Elden melirik jam dinding, ternyata sudah pukul 01.35 a.m. Elden berjalan keluar kamarnya, ia harus mencari sesuatu yang dapat di makam di kulkas. Mata Elden terbelalak melihat keadaan rumahnya yang sudah seperti kapal pecah. Elden mendengus, ini pasti kelakuan Velerie! Elden menghela nafas, sepertinya ia harus membereskan terlebih dahulu rumahnya baru ia makan. Setelah itu Elden menuju kulkas dan membuka benda persegi panjang itu, Elden menghela nafas berat. Di kulkas hanya ada buah-buahan yang mulai membusuk karena sudah lama tidak di makan dan beberapa s**u kotak yang mungkin tidak layak lagi untuk diminum. Jam segini, apakah masih ada warung nasi goreng yang masih buka? Entahlah, sepertinya Elden akan mencari makan di luar. Elden pun menyambar kunci mobilnya dan berlalu pergi. Jalanan saat itu sangat sepi dan remang-remang, Elden mengedarkan pandangannya, mencari gerobak makanan yang mungkin masih berada di pinggir jalan. Elden bernafas lega karena ia menemukan gerobak sate masih buka di pinggir jalan, Elden langsung menepikan mobilnya dan memesan satu bungkus sate ayam. Elden menunggu pesanannya di dalam mobil, ia tidak suka mencium aroma asap. Sesaat ia mencium aroma lavender. "Valerie?" "Iya?" "Lo apain rumah gue?" ujar Elden dengan tatapan menyelidik ke udara di sebelahnya. "Maaf, aku hanya ingin menghukum Azka karena dia mabuk lagi. Kan kamu yang bilang kalo aku harus nakutin Azka biar dia insaf." Elden menghela nafas. "Iya, tapi diberesin lagi dong, jangan ditinggal gitu aja. Yang ribet kan gue jadinya." "Maaf." "Maaf mulu," ujar Elden gemas sendiri. "Kamu tau nggak, kamu itu nambah ganteng pas lagi kesal kayak gitu." Lantas saja senyum Elden mengembang, ia terkekeh pelan. "Gue kanㅡ" "Mas ini pesanannya," ujar penjual sate itu sambil mengetuk kaca mobil Elden. Elden membuka pintu mobilnya mengambil bungkusan sate dan membayar makanannya kepada penjual sate itu. "Gue makan dulu, lo mau nggak?" tanya Elden sambil memakan satenya. "Nggak, aku bukan manusia lagi, aku tidak bisa makan." Elden hanya terkekeh pelan, ucapan Valerie barusan membuat perutnya terasa tergelitik ingin menyemburkan tawa membahana nya. "Elden." Elden hanya menyahuti dengan gumaman tidak jelas karena mulutnya sedang mengunyah daging sate.  "Apa bisa aku hidup sebagai manusia lagi?" Elden tertawa. "Ya nggak bisa lah, tubuh lo kan udah dikubur dan sebentar lagi lo juga bakal pergi dari dunia gue." "Kalo aku udah pergi dari dunia manusia, apa kamu bakal rindu denganku?" "Nggak tau." Setelah itu Valerie hanya diam, mungkin arwah itu sedang memperhatikan Elden yang sedang makan dan mengatakan Elden, kamu nambah ganteng pas lagi makam. Valerie sangat sering mengatakan seperti itu kepadanya. Dan ya, sebentar lagi Valerie akan pergi ke tempat di mana arwah itu seharusnya berada. Tentu Elden akan hidup seperti biasanya setelah itu dan Elden tidak bisa lagi mencium aroma lavender milik Valerie yang setiap saat ia bernapas. Apa mungkin ia akan merindukan Valerie? Entahlah, mungkin saja tidak karena Valerie bukan siapa-siapa di hidup Elden. Valerie hanyalah arwah yang meminta dirinya untuk menyelesaikan urusannya di dunia ini. "Elden aku mau cerita, boleh?" "Ya," sahut Elden cuek. "Eliza cerita kepada ku kalo dia jatuh cinta kepada manusia." Elden mengernyit dan tertawa pelan setelah itu. "Arwah bisa jatuh cinta emang?" "Nggak tau, kata kak Eliza sih iya." "Oh gitu, jadi lo juga ngerasa lagi jatuh cinta sama seseorang gitu?" ujar Elden sambil membuang kotak makanannya. "Entahlah, aku ragu." jawab Valerie ambigu membuat Elden mengedikkan bahu cuek tidak peduli. *** Nasywa mengerutkan keningnya ketika melihat Elden tengah berbicara sendiri di parkiran sekolah padahal tidak ada seorangpun di sana saat itu, Nasywa semakin berjalan mendekati Elden berusaha melihat dengan siapa sebenarnya Elden berbicara, namun Elden memang benar tidak sedang bersama siapapun.  Nasywa melipat kedua tangannya di depan d**a, kaget dan bingung sendiri melihat Elden tampak sangat asik berbicara sendiri bak orang sedang bergurau dengan temannya.  Akhir-akhir ini Nasywa juga sering sekali mendapati Elden yang berbicara sendiri, bahkan saat bersamanya sekalipun. Jika di tanya Elden pasti selalu mengelak dan berusaha untuk mengalihkan pertanyaan Nasywa. Ada apa sebenarnya dengan Elden? Nasywa sangat ingin mengetahui yang sebenarnya terjadi kepada kekasihnya itu.  Nasywa menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menepis pemikiran jika Elden sudah tidak waras, tidak mungkin seorang Elden yang terbilang populer di sekolah dan tampang yang di atas rata-rata sudah kehilangan kewarasannya.  Sudah merasa sangat penasaran Nasywa langsung berjalan mendekati Elden, hingga membuat Elden yang tengah berbicara lantas mengatupkan mulutnya dan kaget melihat kehadiran Nasywa.  "Eh Nas, Lo ngapain di sini?" tanya Elden sambil tersenyum manis menatap Nasywa. Nasywa menghela nafas pelan sambil menatap Elden. "Gue boleh nanya sesuatu sama Lo?* "Boleh dong, tanya aja, gue usahain buat jawab pertanyaan Lo." "Sebenarnya Lo kenapa? Lo ada masalah apa? Kenapa nggak pernah cerita ke gue?"  Elden terdiam mematung, mulutnya terkunci, ia tidak bisa berkata apa-apa, tidak mungkin Elden berbicara sejujurnya tentang Valerie, Nasywa pasti tidak akan mempercayai hal itu. Nasywa pasti sudah menyadari jika Elden keseringan berbicara sendiri, Nasywa pasti sangat penasaran akan hal itu. Elden tidak ingin Nasywa menatap aneh dirinya seperti ini, seakan-akan Elden menyimpan rahasia yang sangat besar di belakang Nasywa. Elden menghela nafas pelan sambil menatap Nasywa dan menggenggam bahu Nasywa. "Nggak ada apa-apa Nas." Nasywa mendengus kesal lalu melepaskan tangan Elden dari bahunya. "Nggak ada apa-apa gimana? Kalo ada masalah cerita dong sama gue, siapa tau gue bisa bantu." Elden menghela nafas gusar sambil membuang tatapannya ke arah lain. "Sebenarnya Lo nganggap gue apa sih El? Kenapa Lo rahasia-rahasiaan dari gue?" "Nas, Lo kok ngomong kayak gitu sih? Lo pacar gue, gue sayang sama lo," ucap Elden dengan tegas sambil menatap kedua manik mata Nasywa yang tengah menatapnya dengan tatapan emosinya. "Siapa Valerie?" tanya Nasywa tiba-tiba yang langsung membuat Elden terdiam membeku. Melihat Elden tak kunjung menjawab pertanyaannya membuat Nasywa menghela nafas gusar sambil membuang tatapannya, merasa sesak di d**a ia menggeram kesal. "Gue sering denger Lo nyebut-nyebut nama Valerie, siapa dia?" "Siapa Elden!" "Jawab pertanyaan gue, Lo kok malah diem gini sih?!" Elden mengusap kasar wajahnya, tidak mungkin Elden memberitahukan kepada Nasywa jika Valerie adalah arwah yabg mengikutinya dan sering berbicara kepadanya selama ini, Nasywa pasti tidak akan mempercayainya dan malah akan semakin marah padanya. "Sorry Nas," tutur Elden dengan nada melemah sambil menggenggam tangan Nasywa.  "Percaya sama gue, Valerie bukan siapa-siapa dihidup gue," ucap Elden dengan nada meyakinkan namun Nasywa sudah kelewat kesal dan langsung menepis kasar tangan Elden. "Gue kecewa sama Lo, El. Kecewa banget gue sampai-sampai gue nggak bisa mengekspresikan kekecewaan gue dengan menangis ataupun marah." "Nas..." Nasywa memejamkan matanya sesaat sambil mengacungkan tangannya di udara, mengintruksikan kepada Elden supaya tidak berbicara lagi kepadanya. "Untuk saat ini jangan temui gue, gue pengen sendiri dulu sampai Lo cerita ke gue tentang Lo dan juga Valerie," ucap Nasywa dan langsung berlalu pergi begitu saja meninggalkan Elden yang menghela nafas frustasi sambil menendang angin, melampiaskan perasaan kesalnya. *** Share cerita ini ke teman-teman kalian ya! Dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN