Miracle Met You 17

1320 Kata
"Elden stop!" Elden refleks menginjak pedal rem mobilnya secara tiba-tiba, membuat dirinya terjungkal ke depan dan nyaris keningnya menjadi korban di dalam kejadian kecil tersebut. Elden mendengus kesal dan menatap kursi yang berada di sampingnya, ia tau Valerie ada di sana walaupun cewek itu tidak kasat mata. Hari ini Elden memang pergi sekolah mamakai mobil, bukan motor seperti biasanya. Mungkin ia akan menggunakan mobil seterusnya seperti Azka. "Kenapa sih?" tanyanya kesal. "Itu orangtuaku, kamu harus menemui mereka!" Elden mengedarkan pandangannya mencari keberadaan kedua orangtua Valerie dengan kaca mobil yang sengaja ia buka sedikit. Lagi pula mengapa ia harus menemui orangtua Valerie? Valerie aneh-aneh saja! ㅡpikir Elden. "Gue harus sekolah, nanti aja ketemu orangtua lo," ujar Elden. Elden pun melajukan mobilnya kembali mengingat kini sudah hampir pukul tujuh. Jika ia menemui kedua orangtua Valerie, bisa-bisa ia telat dan kemungkinan akan dihukum oleh guru piket. Valerie cemberut, dan sayangnya Elden tak bisa melihat itu. Valerie memilih menutup rapat mulutnya, tidak berbicara lagi pada Elden selama perjalanan menuju sekolah.  Tak lama kemudian mobil Elden sudah memasuki kawasan parkir sekolahnya, dengan cepat ia memarkirkan mobil kesayangannya dan setelah itu ia berjalan menuju kelasnya. Saat sudah di dalam kelas, mata Elden menjelajahi ke seluruh penjuru kelas mencari keberadaan Vino. Tapi sahabat sialannya tidak ada di kelas. Alis Elden terangkat saat ia tidak melihat tas Vino di kursi cowok itu, tumben sekali Vino belum datang. ㅡbatin Elden sambil melirik jam tangan hitam miliknya. Elden mendengus dan kemudian meletakkan tasnya di kursinya dan ia duduk di sana. Elden mendesah berat, ia sudah seperti orang yang depresi sekarang. Tak lama guru Kimia pun datang dan pelajaran pertama di kelas Elden pun mulai. Selama pelajaran Elden tak bisa fokus, ia bertanya-tanya dalam hati apa yang menyebabkan Vino tidak datang? Bahkan kemarin ia ke rumah Vino, cowok itu juga tidak berada di rumah. Ada apa sebenarnya? ㅡbatin Elden bertanya-tanya. Banyak pikiran-pikiran yang menghinggapi kepala Elden membuat cowok berkulit putih cerah itu mendengus sebal. *** Elden kini tengah menikmati sepiring batagor dan segelas es teh manis di kantin. Elden memang tengah makam, tapi pikirannya masih memikirkan Vino. Tadi saat bel istirahat berbunyi, Elden langsung menanyakan kepada sekretaris kelas yang biasanya mendata siswa tak hadir di kelasnya. Dan kata Hafsyaㅡsekretaris kelas Eldenㅡ Vino tidak masuk karena sedang sakit. Penyakit apa yang hinggap ditubuh manusia seperti Vino? Setahunya Vino bukanlah orang yang sering terserang penyakit, bahkan kuman saja kadang enggan hinggap ditubuhnya. Terlalu banyak teka-teki di kepala Elden membuat cowok itu mendesah berat entah untuk yang keberapa kali di hari ini. "Apa Vino kabur?" terka Valerie tiba-tiba sudah berada di hadapan Elden Elden terlonjak kaget sambil mengelus dadanya. Untung saja dia tidak jantungan! Lagipula, hey! Kenapa Valerie tiba-tiba berada di sini? Bahkan Elden tadi tak mencium aroma arwah itu sebelumnya. "Lain kali panggil dulu orangnya, baru bicara. Kalau tadi gue jantungan gimana? Lo mau tanggung jawab?" tegur Elden, mencoba kalem pada arwah menyebalkan seperti Valerie. "Iya deh iya maaf," cicit Valerie. Elden mengangguk tanpa suara dan kembali menyantap makamannya. "Jadi bener, Vino kabur?" tanya Valerie, mengulangi pertanyaannya sebelumnya. Elden menggeleng pertanda tidak tahu. "Dia sakit, begitulah yang dibilang sekretaris kelas." Elden mengedikkan bahunya. Dapat Elden dengar kini Valerie tengah menghembuskan napasnya berat. "Aku tidak tau apa kesalahanku sehingga ia tega menabrakku, bahkan membiarkan tubuhku tergeletak di atas aspal tanpa berniat membantuku," oceh Valere sendu. "Lo nggak usah khawatir, kita pasti ketemu Vino. Kalau perlu lo minta bantuan deh sama temam-teman hantu lo," celetuk Elden setengah berbisik karena beberapa pasang mata mulai menatapnya heran karena berbicara seorang diri. Valerie bergidik ngeri tanpa sadar, dan Elden tak bisa melihat wajah Valerie yang melotot ngeri atas ucapannya barusan. "Mereka itu serem-serem asal kamu tau, aku nggak berani minta tolong sama mereka," cetusnya. "Ya udah, kalau gitu lo minta tolong sama Eliza aja. Bukannya lo bilang Eliza nggak serem?" ujar dan tanya Elden. "Eh iya ya, kamu bener. Nanti deh aku cari kak Eliz," ujar Valerie. "Kenapa harus tunggu nanti? Sekarang aja, biar cepet!" titah Elden tegas. Valerie menghela napas malas. "Tapi aku lagi malas berpergian, apalagi mencari kak Eliza. Kak Eliza mainnya sering jauh-jauh, tauk!" protesnya sebal sendiri. "Lo mau masalah lo kelar kan? Setidaknya lo juga harus usaha! Jangan gue aja yang usaha, lo kira gampang nyelesaiin masalah lo yang rumit ini?" omel Elden, sebal. Valerie sendiri menahan tawanya untuk tidak menyembur, sebab ekspresi Elden saat ini seperti emak-emak yang sedang mengomeli anaknya yang kedapatan nakal.  "Lo denger gue nggak si?" sentak Elden. Valerie terkekeh. "Iya iya, aku denger. Ya udah aku pergi dulu, kamu jangan rindu. Kata Dilan Rindu itu berat," canda Valerie menirukan kalimat seorang aktor dalam film yang sedang booming-booming nya saat ini. "Ini setan ngalusnya sa ae dah, buset!" rutuk Elden saat ia sudah tidak mencium aroma Valerie disekitarnya. *** Elden berjalan menuju parkiran sekolah bersama dengan beberapa siswa-siswi yang juga ikut ke parkiran hendak segera pulang ke rumah masing-masing. Setelah mengambil motornya Elden langsung mengendarainya dan berhenti di depan gerbang sekolah ketika melihat Nasywa yang masih menunggu jemputan bersama teman-teman cewek itu.  Elden langsung saja membuka helm nya dan menatap sang kekasih sambil tersenyum. "Nas, mau bareng gue nggak?" tanya Elden sambil menepuk-nepuk kok belakang motornya. "Hmmm, ya udah deh," ucap Nasywa tanpa penolakan sambil menaiki motor Elden. Setelah melambai pelan kepada teman-teman Elden baru melajukan motornya membelah jalanan sore hari itu. Elden langsung membeku ketika Nasywa tiba-tiba memeluk tubuhnya dengan erat sambil menyandarkan kepalanya di punggung Elden. "Elden, Lo lagi banyak masalah ya akhir-akhir ini?" tanya Nasywa sambil mengusap-usap perut Elden hingga membuat Elden tak bisa menahan senyumnya. "Sorry ya, gue pasti kurang perhatian ke Lo, gue udah jarang ngabarin Lo juga," ucap Elden dengan penuh rasa sesal sambil mengelus lembut tangan Nasywa. "Nggak papa El, gue bisa ngerti kok. Kalau ada apa-apa Lo bisa cerita ke gue, gue bakal dengerin cerita Lo." "Iya Nas, makasih ya udah ngertiin gue." Nasywa mengangguk sambil menopang dagunya di bahu Elden dan menatap Elden dari samping sambil tersenyum manis yang membuat jantung Elden langsung porak-poranda. Elden bersyukur memiliki Nasywa, beban pikirannya seketika lenyap begitu saja ketika ia bersama sang pujaan hati. Elden mengklaim jika Nasywa adalah sumber kekuatannya. Elden sangat menyayangi Nasywa. *** "Kak Eliza!" panggil Valerie dengan suara yang cukup nyaring di indra pendengaran dunia hantu. Beberapa hantu yang sedang melewati Valerie menatap tajam Valerie karena suara cewek itu mengganggu ketenangan mereka. Valerie merasa takut seketika, ia pun mempercepat langkahnya menuju Eliza yang berdiri di seberang sana. "Kenapa lagi?" tanya Eliza saat Valerie sudah berdiri tepat di sebelahnya. "Kakak bisa cari orang gitu nggak?" tanya Valerie ambigu. Eliza menaikkan alisnya. "Cari orang? Itu liat, banyak orang yang berlalu-lalang," ujar Eliza sambil menunjuk beberapa manusia yang sedang berjalan di sekitar mereka berdua. Tidak hanya ada manusia, hantu pun banyak berserakan di tempat ini. ㅡbatin Eliza. Valerie berdecak. "Bukan itu maksud aku, maksudnya itu kakak bisa cari irang bernama Vino Prasetya nggak?" "Untuk apa kamu nyari dia?" tanya Eliza balik. "Aku dan Elden sedang menemukan pelakunya kak, namanya Vino. Dan sekarang dia hilang bagai ditelan bumi," adu Valerie. Mata Eliza membulat. "Kamu benar-benar sudah menemukan orangnya?" tanya Eliza memastikan. Valerie mengangguk dengan yakin seratus persen. "Aku yakin seribu persen dia orangnya." "Kalau kamu sudah menemukan orangnya kenapa kamu tidak menyeberang juga?" tanya Eliza ambigu di pendengaran Valerie. "Maksudnya?" tanya Valerie tak paham, dahinya berkerut dalam. Eliza memandang Valerie gemas. "Kalau kamu sudah menemukan orang yang menabrak kamu tanpa tanggung jawab. Kamu pasti sudah menghilang saat ini, karena kamu sudah menyeberang ke sana." Valerie menatap kaget Eliza. "Benarkah begitu?" gumam Valerie pada dirinya sendiri. "Lebih baik kamu cari tahu pasti siapa yang menabrak mu, tidak baik asal mengambil keputusan seperti ini," nasihat Eliza sambil mengelus puncak kepala Valerie pelan. Valerie pun mau tak mau mengangguk dan pamit pada Eliza, ia akan mencari Elden dan menceritakan fakta yang baru ia ketahui dari Eliza. *** Share cerita ini ke teman-teman kalian ya! Dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN