Miracle Met You 21

1691 Kata
"VALERIE!" teriak Elden. Ia langsung terduduk dari tidurnya. Elden mendesah pelan, entah kenapa ia mengalami mimpi buruk, ia bermimpi Valerie akan pergi meninggalkannya. Elden mencoba mengendus, mencari keberadaan Valerie, namun sayang aroma lavender milik Valerie tidak ada di kamarnya. Sejak kejadian di mana Valerie merasa kesakitan, bau lavender milik Valerie tidak bisa ditangkap lagi oleh indra penciumannya. Apa Valerie benar-benar sudah pergi menyeberang?! Elden menggeleng dengan cepat, tidak mungkin rasanya arwah itu pergi begitu saja tanpa berpamitan dulu dengannya. Kesannya tidak tau diri karena ia sudah membantu Valerie menyelesaikan urusannya yang masih tertinggal di dunia manusia. "Abang lo! Gue liat mobil Azka jalan ugal-ugalan terus nabrak cewek bernama Valerie!" Tiba-tiba ucapan Vino kemarin terngiang kembali dipikirannya, apa yang dikatakan Vino itu benar, jika pelakunya adalah Azka? Elden berjalan keluar kamarnya, ia harus berbicara dengan Azka. Bagaimana bisa Azka menjadi seorang pembunuh seperti ini? Sungguh, Elden belum sepenuhnya percaya dengan apa yang Vino katakan. Elden membuka pintu kamar Azka. Kosong, abangnya itu tidak berada di sana. Tok...Tok...Tok... Elden kemudian berjalan menuju pintu utama dan membukakan pintu itu. Vino? Elden berpikir jika Azka lah yang mengetuk pintu, ternyata bukan. Elden mendesah pelan. "Gue harus nyari bang Azka dan tanya semuanya ke dia." "Gue ikut! Gue yakin bang Azka nggak bakal ngaku kalo dia pelakunya," ujar Vino "Kenapa lo yakin banget kalo bang Azka pelakunya? Bukannya lo pelakunya?" tanya Elden sinis. Vino mendengus kesal. "Gue saksi mata El, bukan pelakunya! Gue yang liat sendiri cewek itu ditabrak sama mobil. Malam itu, mobil gue mogok di pinggir jalan dan di dalem mobil gue lagi nungguin montir dateng buat perbaikin mobil gue. Di pinggir jalan gue liat cewek yang bernama Velerie itu lagi jalan sendirian, tiba-tiba ada mobil melaju dengan cepat di arah yang berlawanan dan nabrak tubuh Valerie. Gue syok banget, apalagi pas liat Valerie ngeluarin banyak darah di tubuhnya. Gue liat mobil berwarna putih yang mirip banget sama mobil gue itu berhenti dan seseorang keluar dari sana, orang itu adalah bang azka. Keliatan banget kalo bang Azka ketakutan dan panik, dan setelah itu bang Azka langsung lari masuk ke mobil dan pergi gitu aja ninggalin Valerie yang sekarat." Elden tercekat, tangannya terkepal kuat. Jadi selama ini orang yang Elden dan Valerie cari adalah Azka?! Abangnga sendiri?! "Waktu itu gue pengin banget nolongin Valerie, tapi nyali gue nggak berani karena gue takut liat banyak darah bertumpahan di aspal dan gue yakin lo tau pasti kalau gue ada fobia sama darah. Nggak lama warga datang dan Valerie langsung dibawa ke rumah sakit. Besoknya gue langsung pergi ke tempat itu lagi dan dapat info dari warga kalo Valerie udah meninggal. Gue syok dan ngerasa bersalah banget, kalo aja gue nolongin Valerie waktu itu, pasti Valerie mungkin masih bisa hidup." Elden terdiam, ia sangat sulit untuk berkata-kata saat ini. Brakkk! Brakk! "BUKAIN PINTUNYA b*****t!" Elden dan Vino kompak menatap pintu yang digedor-gedor oleh seseorang. Mereka sangat mengenali suara itu, itu suara Azka. Elden membuka pintu dan saat itu juga Azka terhuyung hingga terjatuh ke lantai dengan kondisi berantakan dan di bawah pengaruh alkohol. Elden lantas mencengkram kerah jaket Azka, hingga Azka berdiri.  "Jadi lo pelakunya bang? Lo yang nabrak Valerie?!" bentak Elden lalu menghempaskan cengkramannya hingga Azka terjatuh lagi. "Kenapa lo nggak bertanggung jawab bang?!" sentak Elden dengan marah. Azka terdiam, Elden tau kesadaran Azka pasti sudah pulih walaupun belum sepenuhnya dan Elden yakin Azka mendengar ucapannya dengan jelas. Azka berdiri lalu menatap Elden dengan tajam. "Ya! Gue pelakunya!" ujar Azka jujur, menyentak dan menyenggol bahu Elden. Elden dan Vino mengejar Azka, namun sayang Azka membawa mobil dengan kecepatan tinggi. "s**l!" "Lo tenang dulu El, mending kita masuk dulu," ujar Vino menenangkan Elden. Elden menghela nafas dan memasuki rumahnya, ia duduk di salah satu sofa. Vino juga melakukan hal yang sama. "Kenapa lo nggak pernah cerita ke gue, Vin?" ujar Elden dengan nada pelan, tatapan cowok itu terlihat kosong. "Sebenarnya gue pengen cerita ke lo, tapi gue takut lo nggak akan percaya," jawab Vino. Elden menghela nafas berat, ia menyapu wajahnya menggunakan tangan dengan kasar. Ia benar-benar merasa frustasi sekarang. "Kamu kenapa Elden?" Elden tersentak. "Valerie?" gumamnya pelan, hidungnya pun langsung mencoba mengendus bau lavender milik Valerie. Vino tertegun mendengar nama Valerie disebut. "Cewek itu ada di sini?" tanya Vino dengan nada yang pelan seperti sedang berbisik. Elden mengangguk, membenarkan ucapan Vino. Elden mengendus berusaha mencari aroma lavender milik Valerie. "Elden aku di sini bersama kak Eliza. Aku dan kak Eliza sudah tau semuanya, aku sudah ingat kejadian malam itu. Azka pelakunya, bukan Vino." Elden tertunduk. "Maaf, gue nggak tau kalo pelakunya adalah abang gue sendiri." Elden menatap udara kosong dihadapannya dengan pandangan kosong, "Hey! Kamu nggak perlu minta maaf, ini bukan salah kamu kok." Drrtttt... Ponsel Elden berdering, cowok itu langsung merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih itu. "Apakah benar ini Elden, adiknya Azka Archilles?" "Iya benar, ini siapa ya?" tanya Elden dengan penasaran. Pasalnya ada nomor yang tidak dikenal menelepon ke ponselnya. "Kami dari pihak kepolisian ingin menyampaikan jika pria yang bernama Azka Archilles mengalami kecelakaan dan saat ini sedang ditangani di rumah sakit Harapan." Napas Elden tercekat, ponselnya jatuh begitu saja dari tangannya. Ia pasti sudah salah dengar kan? Nomor yang menelepon ke nomor handphone-nya pasti hanyalah orang iseng yang mencoba menjahili dirinya. "Kenapa, El?" tanya Vino, menatap Elden dengan alis yang terangkat. "Bang Azka kecelakaan," ujar Elden lirih. Ya Tuhan apa lagi ini? Tidak cukup ia baru saja mendengar fakta yang sebenarnya sekarang ia juga harus mendengar kabar jika Azka kecelakaan. *** Elden dan Vino beserta Valerie dan Eliza yang tak kasat mata pun segera pergi menuju rumah sakit. Valerie dan Eliza lah yang terlebih dahulu tiba di rumah sakit, mengingat mereka adalah arwah yang bisa melesat secepat kilat bagaikan angin. Begitu tiba, Elden langsung keluar dari mobilnya dan mencari ruangan di mana Azka dirawat. Ketika sampai disebuah ruangan yang ditunjukkan oleh seorang bagian administrasi, Elden hendak masuk ke dalam ruangan itu tetapi niatnya terhenti. "Elden tunggu," cegat Eliza. "Kenapa?" tanya Elden. "Kenapa apanya?" tanya Vino bingung. Elden mengendus kesal. "Gue lagi nggak bicara sama lo," tukasnya. "Azka udah nggak ada," ujar Eliza dengan nada yang menyesal. DEG! Eliza pasti bohong bukan? "Abang kamu udah meninggal Elden," sahut Valerie dengan nada bersalah. Seketika mata Elden memanas dan airmatanya pun turun tanpa diminta, kenyataan pahit apalagi yang baru saja ia dengarkan tadi?! Apa belum cukup ia mengetahui jika Azka pelakunya? Dan sekarang, ia harus menerima kenyataan pahit jika Azka telah meninggal dunia?! Elden terduduk lemas di lantai, ia mengacak rambutnya frustasi, memukul-mukul tembok dinding dengan segala amarah yang dipendamnya sejak tadi. "Elden lo kenapa dah?" tanya Vino heran. "Bang Azka udah meninggal Vin! Bang Azka udah nggak ada!" bentak Elden dengan nada tinggi. Vino tertegun, menatap iba Elden yang menangis dan mengelus bahu Elden berusaha menegarkan sahabatnya itu. "Lo pasti bercanda kan?" "Elden dengar aku, kamu nggak boleh sedih apalagi nangis kaya gini, seharusnya kamu iklasin Azka pergi karena tadi Azka pergi dengan tenang," ujar Valerie. "Sebelum kamu tiba di rumah sakit, arwah Azka menemuiku dan juga Valerie. Azka menitipkan pesan untukmu, katanya dia minta maaf karena nggak bisa jadi saudara yang baik untuk kamu dan Azka bilang kalo kamu dan keluarga kamu nggak boleh nangisin dia, nanti dia nggak akan tenang di alamnya," ujar Eliza menerangkan. Benar kata Eliza, Elden menghapus air matanya, ia tidak boleh bersedih setidaknya ia harus menuruti pesan terakhir yang dikirimkan Azka untuknya. Elden harus tegar, segala sesuatu sudah terjadi dan tidak bisa kembali seperti semula lagi. Elden berdiri, ia mengusap wajahnya dan menghela nafas sesaat. "Elden, ini waktunya aku harus pergi," ujar Valerie, Elden terdiam. "Terima kasih sudah membantuku selama ini, maaf aku sering membuat kamu kesal dan marah. Aku akan selalu mengingat namamu, Elden Archilles." Elden diam, wajahnya berubah datar. Ini memang saatnya untuk arwah itu pergi meninggalkan dunia, karena urusan arwah itu sudah selesai dengan Azka lah yang menjadi tersangkanya. "Elden semakin ganteng kalo dia lagi senyum, Vally suka senyum Elden." Elden tersenyum, setidaknya ia tidak memberikan wajah masamnya untuk Valerie karena ini saat terakhirnya bersama arwah menyebalkan itu. "Aku pasti bakal kangen banget sama kamu, pasti kamu juga bakal kangen berat sama aku, aku yakin!" seru Valerie, mencoba seriang mungkin walaupun hatinya tengah sedih karena ia akan segera meninggalkan Elden. Elden terkekeh, disaat-saat ini Valerie masa saja ingin bersikap kepedean. "Sebenarnya aku pengin peluk kamu, Elden. Tapi kita tidak bisa saling menyentuh satu sama lain," ujar Valerie pelan tapi Elden dapat mendengar itu. Elden tersenyum kecut, ia sebetulnya juga penasaran akan rupa arwah yang ia tolong. Dan ia juga merasa ingin memeluk Valerie saat ini. Tapi mereka berdua tidak bisa melakukan itu. "Ayo Valerie, kita harus menyeberang," ujar Eliza, nadanya terdengar sedikit memaksa agar Valerie segera pergi bersamanya karena mereka tidak mempunyai waktu yang banyak. "Elden, goodbye." Elden tersenyum dan mengangguk, Elden sadar bahkan sejak ia di rumah tadi ia sadar aroma Valerie sudah memudar walaupun arwah itu berada di dekatnya tadi. Elden menghela nafas ketika ia tidak lagi mencium aroma lavender milik Valerie dan tidak akan pernah lagi. Elden menatap Vino yang sedari tadi meminta penjelasan. "Dia udah pergi." Vino tersenyum, sepertinya cowok itu sudah lega. Vino merangkul tubuh Elden, memberi kekuatan untuk sahabatnya itu. Kenangan bersama Valerie akan selalu Elden ingat, tidak mungkin ia melupakan saat-saatnya bersama Valerie, karena arwah itu adalah arwah yang paling menyebalkan yang pernah ia kenal. Hubungannya dengan Nasywa sudah berakhir, Azka meninggalkannya seorang diri dan kali ini Valeire juga ikut meninggalkannya sendiri. Elden tidak bisa berpikir apa-apa lagi, semua orang penting di hidupnya pergi meninggalkannya dengan sangat mudah tanpa memikirkan perasaannya terlebih dahulu. Elden berteriak frustasi, ingin sekali ia mengakhiri hidupnya jika semuanya seperti ini jadinya. Rasa tidak percaya bisa mengenal Valerie adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kekesalan, kepanikan, kemarahan, ketakutan, canda tawa hingga luka hanya bisa ia temukan dari arwah menyebalkan itu. Elden menghela napas sedih, ia menyesal ia tak pernah mengenal Valerie saat gadis itu masih hidup. Dan sekarang Elden sangat penasaran akan rupa Valerie itu seperti apa. Elden yakin, suatu saat nanti ia pasti akan bertemu kembali dengan Valerie, bukan di dunianya, namun di dunia arwah itu. *** Share cerita ini ke teman-teman kalian ya! Dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN