Miracle Met You 14

1635 Kata
Sejak Vino membahas soal kecelakaan seorang gadis berumur 15 tahun, pikiran Elden entah kenapa selalu tertuju kepada Valerie. Banyak pertanyaan yang harus ditanyakan nya kepada Vino, namun ia sangat malas menanyakan kepada Vino, karena Elden tau, jika ia bertanya kepada Vino, cowok itu pasti tidak nyambung dalam menjawab pertanyaannya. Namun Elden harus mengetahui terlebih dahulu, gadis yang mengalami kecelakaan itu adalah Valerie atau orang lain. "Hai Elden ganteng!" Elden tersentak kaget, lamunannya buyar seketika, ia menghela nafas kesal. "Bisa nggak sih nggak usah ngagetin, kalo gue kena serangan jantung mendadak dan gue mati gimana?" "Bagus dong, jadi kamu bisa liat aku dan selamanya bersamaku." Elden membelalakkan matanya, untung saja ia tidak terkena serangan jantung mendadak, jika ia Elden akan menderita karena harus bersama Valerie selamanya. Membayangkannya saja Elden sudah tidak sanggup, apalagi jika hal itu nyata adanya? Elden bergidik ngeri membayangkannya. "Lo sebenarnya berapa tahun sih?" tanya Elden. "15, tapi tahun ini aku bakal berumur 16 tahun dan seharusnya duduk di bangku SMA bersamamu." Elden mengernyitkan keningnya, Vino juga mengatakan jika gadis yang mengalami kecelakaan itu berumur sekitar 15 tahun. Terlanjur penasaran, Elden menyambar kunci mobil yang berada di meja dan berjalan menuju mobilnya, ia akan menemui Vino sekarang. "Elden kamu mau kemana, aku ikut ya!" Elden tidak menyahuti ucapan Valerie, ia hanya fokus menyetir mobilnya yang jarang sekali digunakan dan sekarang ia hanya sedang tidak ingin memakai motor karena cuaca sangat panas. Elden menghela nafas sesaat, Elden berharap jika Vino mengetahui sesuatu tentang kasus kecelakaan Valerie. "Kamu mau temuin temen kamu yang cerita tentang kasus kecelakaan seorang gadis itu?" Elden hanya mengangguk. Dalam hati ia sedikit heran kenapa Valerie tahu kalau Vino mengetahui tentang kecelakaan, padahal kemarin Elden yakin seratus persen Valerie sedang tidak bersamanya kemarin. "Elden, aku curiga kalo dia pelakunya. Dia yang nabrak aku waktu itu." Elden memukul stirnya dengan tangan yang terkepal kuat. "Vino nggak mungkin berbuat jahat kayak gitu! Gue tau Vino orangnya kayak gimana, nabrak kucing aja dia langsung bawa ke rumah sakit," ujar Elden kesal. Emosinya langsung naik setelah mendengar ucapan Valerie yang menurutnya menyebalkan. Elden tidak suka mendengar ucapan Valerie barusan, seenaknya menuduh Vino tanpa tau kebenaran yang sejujurnya. Elden yakin bukan Vino pelakunya, tetapi di sisi lain ia sedikit curiga karena Vino mengatakan jika cowok itu merasa bersalah. Entah bersalah karena apa, itu yang membuat Elden sedikit curiga pada Vino. Tidak lama, mobil Elden sudah memasuki pekarangan rumah Vino. Elden keluar dari mobilnya dan mulai melangkah menuju pintu rumah Vino. "Elden tunggu deh, plat mobil Vino nggak asing di penglihatanku." Elden berbalik dan menatap mobil berwarna putih milik Vino dan beralih menatap plat mobil Vino. Elden mendengus. "Jangan bilang lo mau bilang kalo mobil Vino yang nabrak lo waktu itu?" "Elden?" Elden menatap Vino yang sudah berdiri di depan pintu rumah dengan tatapan aneh. Elden berjalan mendekat kearah Vino. "Lo-" Elden langsung masuk ke rumah Vino, meninggalkan Vino yang masih berada di teras rumah. Elden duduk di salah satu sofa sambil menyandarkan punggungnya. "Eh kuda, main masuk aja lo," umpat Vino sambil duduk di depan sofa Elden. "Ambilin minum gih, gue haus," titah Elden sambil mengelus lehernya bak orang yang tengah kehausan. "Lo pikir gue pembantu? Ambil sendiri," jawab Vino kesal. Elden menghela nafas kesal, terpaksa ia mengambil sebotol air mineral di kulkas Vino dan kembali duduk di sofa tempatnya duduk tadi. Elden meneguk airnya sampai habis dan meletakkan botolnya di meja. "Ebuset, lo habis maraton berapa kilo meter, mas?" Elden tidak menjawab. "Lo ngomong sama siapa tadi, kali ini jangan bohong, gue udah liat pake mata kepala gue tadi!" ujar Vino penasaran. Elden menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia tidak tau harus menjawab apa. Tidak mungkin ia mengatakan jika ia tengah berbicara dengan arwah, bisa-bisa Vino pingsan selama seminggu. Ok sip, itu terlalu lebay. "Gue ngomong sendiri," jawab Elden. Elden menatap Vino yang terlihat sangat kesal. "Lo dateng ke rumah gue mau numpang makan atau nyuci kain?" sinis Vino. Elden terkekeh pelan, tidak mungkin dirinya numpang mencuci pakaian di rumah Vino, bisanya ia dan Azka menitipkan pakaian kotor mereka di laundry. Tetapi jika soal numpang makan, itu benar adanya. "Gue cuma mau nanya sesuatu sama lo." Elden menjeda kalimatnya dan menatap Vino serius. Vino mengangkat dagunya seperti ingin mengatakan, apa? "Ini soal kecelakaan yang lo ceritain waktu itu ke gue." Elden menarik napasnya sebentar dan membuangnya pelan. Terlihat Vino menghela nafas lalu menyandarkan badannya. "Gue males bahas soal itu." Elden mendengus kesal, jawaban Vino membuatnya semakin penasaran. "Yaelah, tinggal ceritain doang, apa susahnya sih. Ntar gue traktir deh," rayunya. "Makan dan minum sepuasnya di starbucks!" pekik Vino dengan antusias. Elden menghela nafas berat, hanya menceritakan tentang kecelakaan seorang gadis saja Vino langsung ingin menguras uang di dompetnya. Terakhir kali Elden mentraktir Vino makan dan minum di starbucks saat Elden kalah taruhan dengan Vino. Dan saat itu juga uang bulanan yang dikirim oleh orangtua Elden habis cuma sehari untuk mentraktir Vino, alhasil ia dimarahi oleh Azka selama seminggu setelah kejadian itu. "Ayolah El, iyain ucapan Vino." Elden mendengus kesal, Valerie hanya tau mentraktir Vino saja, arwah itu belum tentu tau berapa kerugian yang akan dialaminya nantinya. Dan mungkin saja Azka akan menggantungnya saat tau Elden boros. "Iya-iya," ujar Elden akhirnya memutuskan dengan sangat terpaksa. Vino tersenyum lebar. "Emang kenapa sih lo pengen tau tentang kecelakaan itu? Apa arwah gadis itu gangguin lo?" Iya b**o! ㅡbatin Elden. Jika tidak karena Valerie yang selalu mengancamnya, Elden tidak akan repot-repot mengurusi urusan arwah merepotkan itu. Ditambah lagi dengan kehadiran Eliza, hal itu saja sudah membuat kepala Elden seperti ingin meledak. "Oke gue bakal cerita dan lo harus janji lo nggak boleh cerita ke orang lain." Elden terdiam, mengapa harus dirahasiakan? Elden mengangguk, ia semakin penasaran. Mungkin Valerie yang berada didekatnya juga tengah penasaran dengan cerita Vino, tetapi cowok itu malah mengulang-ulang kata hingga Elden ingin mencampakkan tubuh Vino ke atas genteng. "Cewek sekitar umur 15 tahun tu anak cantik banget sumpah mungkin lo bakal suka sama dia kalo lo liat tu cewek," ujar Vino heboh sendiri. "Elden kamu denger tu, aku itu emang cantik." Elden mendengus kesal kenapa Vino malah ceritain hal yang nggak penting itu? Valerie juga ikut-ikutan, belum tentu cewek berumur 15 tahun itu adalah Valerie. Makin ke sini, sifat kepedean Valerie makin menjadi-jadi. Elden bisa saja menganggap gadis berumur 15 tahun itu adalah gadis yang cantik, tetapi apa hubungannya kecantikan gadis itu dengan peristiwa kecelakaan? Ingin sekali Elden menelan Vino hidup-hidup seperti vidio di YouTube di mana ular menelan manusia yang masih bernafas. "Skip dibagian yang itu," titah Elden dengan nada malas. Vino terkekeh pelan melihat raut wajah Elden yang tidak bersahabat. "Cewek itu ditabrak sama mobil, kejadian itu cepet banget," ujar Vino dengan nada pelannya. Elden mengernyit. "Lo ngeliat kejadian itu?" tanya Elden to the point. "Nggak, itu mimpi gue yang,-" "JADI CEWEK BERUMUR 15 TAHUN DAN TU CEWEK DITABRAK MOBIL DAN NGALAMIN KECELAKAAN ITU, CUMA MIMPI LO DOANG?!" pekik Elden dengan nada tinggi sambil berdiri dari tempat duduknya. Elden menatap kesal ke arah Vino, tangan Elden terkepal kuat, wajah Elden juga sudah memerah, Elden benar-benar marah sekarang. Elden berlalu meninggalkan Vino dan membanting pintu rumah Vino dengan kuat hingga menimbulkan suara yang keras. "Woi Elden! Lo harus bawa gue ke THT, kuping gue mau meleleh gara lo!" teriak Vino. Samar-samar Elden mendengar teriakan Vino, tetapi Elden tidak mempedulikan hal itu dan langsung menaiki mobilnya meninggalkan rumah Vino. "Vino b*****t!" umpat Elden. *** Sore hari Elden dan Nasywa tengah bersepeda di kawasan perumahan Elden, niatnya mereka hanya ingin berdua saja dan menghabiskan waktu bersama, namun hal itu langsung berantakan ketika Valerie tiba-tiba datang dan merusak momen kebersamaan mereka. Valerie terus saja menempeli Elden, mengganggunya dengan kata-kata menyebalkan arwah itu hingga membuat emosi Elden tersulut untuk beberapa saat namun ia harus mengontrol kemarahannya mengingat Nasywa sedang berada di dekatnya. "Elden, pacaran itu seru nggak sih?" tanya Valerie namun sama sekali tidak digubris oleh Elden, Elden malah asik berbicara dengan Nasywa. "Udah lama banget nggak bersepeda kayak gini, thanks ya udah ngajakin," ucap Nasywa sambil tersenyum, Elden yang tengah membonceng Nasywa di belakang lantas ikut tersenyum. Elden mengambil tangan Nasywa dan menuntun tangan Nasywa agar memeluknya. "Pegangan Nas, gue mau ngebut, ntar kalo Lo jatuh kan bahaya." Elden mengulum senyum di wajahnya kala Nasywa memeluk tubuhnya dengan erat dengan kepala yang di sandarkan cewek itu di punggungnya. Elden tidak bisa menahan gejolak aneh di d**a, ia merasa sangat bahagia. "Wih! Enak banget rasanya pacaran, sampai-sampai aku di cuekin!" Cetus Valerie dengan nada kesalnya, namun hanya di balas kekehan mengejek dari Elden. "Siapa suruh ngikutin gue, jadi nyamuk kan Lo, rasain," gumam Elden pelan yang pasti masih bisa didengar oleh Valerie. "Elden, Lo bilang apa? Gue nggak denger," ucap Nasywa sambil menengadah menatap Elden. Elden lantas menggeleng pelan. "Nggak ada nas, oh iya Lo udah mau makan sesuatu?" "Hmmm, gue lagi pengen makan bakso sih El." "Okay, kita cari tukang bakso ya!" Seru Elden sambil mempercepat mengayuh sepedanya. Nasywa tertawa pelan dan mengeratkan pelukannya, juga ikut merasakan kenyamanan ketika berada di dekat Elden. Dari bersepeda mengelilingi kompleks perumahan sampai Elden dan Nasywa makan bakso di pinggir jalan, Valerie masih saja mengikuti Elden dan berbicara tak jelas yang sedari tadi tidak digubris oleh Elden. Valerie juga bahkan mengisengi Elden dan Nasywa dengan menjatuhkan botol saos dan kecap yang berada di meja hingga membuat Nasywa yang melihatnya terkaget-kaget. Elden yang melihat itu lantas sangat merasa kesal dengan Valerie dan memberikan tatapan memperingatinya. Valerie sangat nakal, jika bukan karena ada Nasywa di dekatnya, Elden sudah pasti mengomeli Valerie sedari tadi dengan panjang lebar. "Lo bisa diem nggak sih?" ucap Elden dengan nada berbisik. "Kamu sih ngacangin aku terus, aku kan kesal! Ya udah ah, aku pergi, males banget ngeliat kamu sama pacar kamu itu mesra-mesraan!" Elden menghela nafas pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kekanak-kanakan Valerie. *** Share cerita ini ke teman-teman kalian ya! Dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN