Miracle Met You 13

1613 Kata
Mobil Elden memasuki pekarangan sekolah dan berhenti tepat di parkiran sekolah, tak lama mobil putih Azka ikut terparkir rapi di sebelah mobil Elden. Elden keluar dari mobilnya dan menatap Azka yang juga sedang keluar dari mobil miliknya. Hari ini Elden berangkat ke sekolah memanglah menggunakan mobil, tidak seperti biasanya yang menggunakan Motor. Sejak Elden meminjamkan motornya tempo hari kepada Vino, motor ninja kesayangannya itu sangat aneh ketika dinaiki Elden, menimbulkan suara aneh juga berasap di bagian kenalpot yang mengharuskan Elden harus menservis motor kesayangannya itu dan harus menunggu beberapa hari sampai motornya kembali seperti semula. Itu semua karena teman laknatnya, Vino Sebastian. "Nggak usah sekolah kalo ujung-ujungnya bolos juga Lo, bang," ujar Elden, ketus. Azka yang sedang bersandar disisi mobilnya sambil memainkan ponselnya, kini menatap Elden. Azka membuka kacamata hitam yang mengapit hidung mancungnya, dan menatap Elden. "Gue pengen refreshing, bosen jadi anak nakal." Elden membuang wajahnya, ia tau betul bagaimana sifat Azka, pasti abangnya itu akan mencari masalah di sekolah. Elden heran dengan sikap dan sifat Azka, sangat berbanding terbalik dengannya. Elden tau jika sebenarnya Azka pintar dalam belajar, buktinya sejak duduk di sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama, Azka selalu mendapat juara 1 atau 2. Namun sayang, karena pergaulannya yang bebas sekarang, sikap dan sifat abangnya itu sudah menjadi brutal dan tak terkendali ditambah lagi dengan kurangnya pengawasan pergaulannya dari kedua orangtua mereka yang membuat Azka menjadi pribadi yang suka seenaknya saja melakukan segala hal tanpa berpikir apa akibat yang akan ditanggungnya. Cowok berparas tampan sama seperti Elden itu terkekeh pelan hingga membuat beberapa siswi-siswi yang melewati parkiran tersenyum sambil berbisik-bisik menatap Azka. "Serah lo deh," ujar Elden berlalu meninggalkan Azka. Elden melangkahkan kakinya menelusuri koridor, tujuannya saat ini bukanlah masuk ke kelas tapi pergi ke kantin. Toh, bel masuk juga belum berbunyi, jadi Elden punya sedikit waktu untuk mengisi perutnya yang sudah sejak tadi minta perhatian. Ketika sampai di kantin, Elden melihat Vino yang tengah makan di salah satu meja yang berada di pojokan kantin, tanpa pikir panjang Elden menghampiri Vino dan duduk tepat di depan cowok itu. "Mbak, mie goreng satu nggak pake telur," pinta dengan salah satu penjual makanan di kantin. "Ntar pulang sekolah gue pengen main basket dulu, lo ikut nggak?" ujar Vino sambil memakan mie ayamnya. "Hm oke, cuma berdua?" tanyanya. "Iya lah, kalo kita ajak yang lain ntar mereka curang, mending berdua. Satuh lawan satuh," jawab Vino sambil menyemprot kecil wajah Elden menggunakan kuah dari mie ayamnya. Elden mengelap wajahnya dengan jijik lalu menatap Vino dengan kesal. "Kalo ngomong nggak usah pake kuah! Jorok banget si lo!" rutuknya. Vino hanya menatap Elden sebentar lalu kembali memakan makanannya, tidak mempedulikan ocehan tak berfaedah Elden. Elden tersenyum sambil terkekeh pelan, ia jadi teringat sesuatu. Eldeh merogoh sakunya dan mengambil ponsel lalu Elden membuka aplikasi kamera, menatap pantulan wajahnya di sana. Elden tersenyum melihat setiap inci wajahnya, hidung mancung, wajah bersih tanpa jerawat, dan senyum yang sudah pasti memikat. Lagi-lagi Elden terkekeh pelan, hal itu membuat Vino menatapnya heran sekaligus jijik dengan sikap yang Elden tunjukkan sekarang. "Ngapain sih lo?" tanya Vino heran. "Menatap keindahan wajah gue yang terpahat sangat sempurna," ujar Elden dengan percaya diri. Vino memasang tampang mau muntah. "Dih, sok kegantengan lo, lebih gantengan gue dari pada lo!" balas Vino tidak mau kalah. Pesanan Elden pun tiba, Elden langsung menyantap mie goreng kesukaannya dengan lahap. Tentu saja dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya walaupun ia sedang makam, menurutnya ia terlihat lebih ganteng ketika ia sedang tersenyum. Elden rasa ia mulai gila, tak biasanya ia memuji dirinya sendiri seperti saat ini. Sepertinya virus kepedean yang dimiliki Valerie berpindah padanya. "El lo kenapa sih, senyum-senyum sendiri, sehat lo? Bang Azka ngasih pestisida ya tadi malam sama lo?" tanya Vino sambil menatap Elden dengan tatapan jijiknya. Elden tidak menyahuti ucapan Vino, ia hanya fokus menghabiskan makanannya. Tiba-tiba Vino menepuk-nepuk tangan Elden, membuat Elden kesal. "Apaan sih, njir?" "Bang Azka sekolah?" Elden mengangguk sebagai jawaban. "Tumben banget, biasanya juga ogah-ogahan," komentar Vino yang tak ditanggapi oleh Elden. Setelah sarapan di kantin, Elden dan Vino segera berjalan menuju kelas mereka karena bel akan segera berbunyi, namun di koridor kelas mereka berpapasan dengan Nasywa yang berjalan seorang diri dengan tumpukan buku di tangannya. Melihat sang pujaan hati yang tampak keberatan dengan barang bawaannya, lantas saja Elden langsung berlari kecil mendekati Nasywa dan mengambil alih buku-buku itu dan tersenyum manis menatap Nasywa. "Selamat pagi, cantik," sapa Elden dengan senyum mengembangnya yang langsung membuat Nasywa tersipu malu mendengar nya dan tentunya membuat Vino diare mendadak yang melihat sahabatnya yang tengah ngapelin Nasywa. "Mau ke ruang guru kan? Gue anterin ya?" "Eh nggak usah, gue bisa sendiri kok." Elden langsung menggeleng pelan ketika melihat Nasywa ingin mengambil alih buku dari tangannya. "Gue temenin aja, mana tega gue ngeliat cewek gue keberatan bawa buku, sendirian pula, nanti kalo ada cowok-cowok genit di tengah jalan gimana? Kan bahaya." Vino menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah per-lebay-an Elden. Jelas-jelas ruang guru jaraknya tak jauh dari posisi mereka saat ini, kenapa Elden harus mengatakan hal yang sangat menjijikkan seperti tadi sih, membuat Vino merasa malu dengan kelakuan sahabatnya Elden. "Hmm, ya udah deh," ucap Nasywa yang langsung disenyumi Elden. "Eh Vino, Lo duluan deh, gue mau nganterin bidadari dulu." "s****n, gue ditinggal, awas Lo di kelas, gepeng badan Lo!" cetus Vino kesal sambil melayangkan tatapan horornya kepada Elden, namun langsung di tatapan mengejek oleh Elden. *** Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, Elden dan Vino juga telah selesai mengganti baju mereka menjadi baju basket. Elden berjalan di koridor yang sudah sangat sepi, ia hendak pergi ke kelas untuk mengambil tasnya yang ketinggalan. Tiba-tiba langkah Elden terhenti tepat di kelas Azka, ia melihat seseorang sedang berada di kelas abangnya itu. Penasaran, Elden masuk ke dalam kelas itu dan tersentak kaget, Elden membulatkan matanya, mulutnya sedikit terbuka dengan apa yang dilihatnya saat ini. "Lebay lo!" ujar orang itu yang tidak lain adalah Azka, abangnya. Azka sedang menyalin tulisan yang berada di papan tulis sambil sesekali melirik ke arahnya, sungguh hal itu baru pertama kali dilihat oleh Elden. Setan manakah yang membuat Azka menjadi sangat rajin seperti sekarang ini? Elden mengernyit heran. "Arwah mana yang ngerasukin tubuh lo, bang?" tanya Elden masih tidak percaya. Bagaimana bisa Azka belajar disaat semua siswa-siswi sudah pulang? Apa Valerie baru saja merasuki tubuh Azka sehingga abangnya itu menjadi aneh seperti ini? Tapi rasanya tidak mungkin karena tidak ada aroma lavender di situ. "Mau gue tendang badan lo ke zimbabwe?" balas Azka kesal dan menatap Elden tajam. Elden teringat dengan Vino, ia harus bergegas ke lapangan karena Vino pasti sedang menunggunya sambil menggenggam sapu yang biasanya digunakan tetangganya untuk menghajar maling karena Elden lama kembali ke lapangan. "Ya udah gue ke lapangan dulu, belajar yang rajin biar pinter!" ujarnya lalu berlari kecil meninggalkan kelas itu karena tak sengaja Elden melihat wajah Azka yang seperti ingin membunuhnya, tapi Elden tidak peduli. Ketika sampai di lapangan Vino langsung melemparkan bola basketnya ke d**a Elden dengan keras, membuat Elden meringis pelan sambil memegang dadanya. "Lama banget sih lo? Ngapain lo lama-lama di toilet, ngeliatin kecoa yang keluar dari dalem WC, huh?" tanya Vino dengan raut wajah super duper kesal. Vino duduk di lapangan, lalu meminum air mineral miliknya dengan kesal. "Gue tadi nggak sengaja ketemu sama bang Azka, gue liat bang Azka lagi belajar noh di kelas, makanya gue lama. Bukan apa-apa, kali aja bang Azka kerasukan setan yang suka belajar makanya gue samperin, ternyata setelah gue liat-liat, bang Azka nggak lagi di rasukin sama setan mana pun," ujar Elden panjang lebar dan tertawa kemudian saat kepalanya memutar kejadian beberapa saat lalu di depan kelas Azka. Tetapi Vino hanya diam, tidak menggubris ucapan Elden yang tidak penting menurutnya. "Tanggepan lo kayak orang yang lagi kelilit utang pas istri tetangga lagi lahiran tau nggak?!" selak Elden sambil duduk disebelah Vino. "Ya udah, ayo main," ajak Elden semangat. "Nggak ah, gue udah males." Vino mengedikkan bahunya acuh. Elden mendengus kesal, ingin sekali ia menyemburkan air yang ada di toilet ke wajah Vino. Atau menyemplungkan wajah Vino ke got yang terletak di belakang sekolah mereka. "Lo tau nggak sih tentang kecelakaan yang dialamin cewek, hm kira-kira tu cewek umurnya 15 tahunan?" ujar Vino tiba-tiba, wajahnya tiba-tiba berubah serius. Elden terdiam menatap Vino dengan heran. "Kenapa?" Vino menatap Elden dengan kesal. "Gue nanya, kok lo malah balik nanya sih?" Elden terkekeh pelan. "Maap-maap, oke lanjutin." "Gue kayak ngerasa bersalah gitu, gue takut itu cewek mati dan gentayangin gue, kan serem kalau beneran terjadi." Vino memasang tampak ketakutannya dan bergidik ngeri membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya jika cewek itu benar-benar meninggal. Elden terdiam, ia langsung kepikiran dengan Valerie. Arwah menyebalkan yang dengan pedenya mengatakan jika dirinya cantik dan Elden pasti akan jatuh cinta jika melihat wajah arwah itu. Banyak pikiran negatif yang merasuki kelapa Elden saat ini tentu saja karena ucapan aneh Vino beberapa saat yang lalu. "Vin, gue jadi curiga sama lo," ujar Elden menggantungkan ucapannya. "Curiga apaan?" tanya Vino tidak mengerti dengan yang Elden ujarkan. Elden hanya diam, ia menatap Vino dengan tatapan curiga yang sangat ketara. Melihat tatapan Elden, Vino menghela nafas berat. "Oke, oke gue ngaku sekarang." Elden tersentak kaget, jadi pikiran negatif yang bersarang di kepala Elden benar seratus persen? "Iya gue pelakunya, gue yang waktu itu malingin baju tetangga gue dari jemuran. Lo puas?" ujar Vino dengan kesal sambil berdiri dari duduknya. Elden menatap Vino sambil mengernyit bingung, apa yang diucapkan Vino barusan? Maling baju tetangga? APA HUBUNGANNYA DENGAN KECELAKAAN CEWEK BERUMUR 15 TAHUN?! Ingin sekali Elden melempar tubuh Vino ke ring basket saat ini. "DASAR VINO GEBLEQ!" pekik Elden keki sendiri melihat Vino yang telah menjauh. *** Hai, share cerita ini ke teman-teman kalian ya. Dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN