Miracle Met You 25

1343 Kata
Elden dan Vino sedang menghabiskan waktu bersama di kolam renang, mereka lomba renang dengan berbagai gaya dari setengah jam yang lalu. Elden membuka kacamata renang nya ketika sampai lebih dahulu sambil bersorak ria karena lagi-lagi ia lah pemenangnya.  Elden langsung duduk di tepi kolam sambil tertawa pelan melihat Vino yang masih berenang ke tepi kolam.  "Cemen Lo! Kalah mulu, heran gue." Vino mencibir kesal lalu ikut duduk di sebelah Elden sambil memasukkan kakinya ke kolam membiarkan kakinya bermain dengan air. Vino mengusap wajahnya yang penuh air lalu menatap kesal ke arah Elden. "Alah gue kalah dari tadi gara-gara kelaparan! Gue laper nih, nggak ada makanan apa di rumah Lo, dari tadi gue nggak di kasih cemilan atau pencuci mulu." "Dih, ambil sendiri di dalem, manja banget. Alasan Lo aja yah, Lo tuh nggak bisa nandingin keahlian gue dalam renang!" cetus Elden sambil mencipratkan air ke wajah Vino namun Vino langsung berlalu pergi dari hadapan Elden, mengambil kimono dan mengenakannya. "Serah Lo, gue laper!" ucap Vino sambil berjalan memasuki rumah Elden, hendak pergi ke dapur untuk mengambil cemilan serta minuman. Elden menatap air kolam renang yang bergerak tak tenang sambil menghela nafas panjang, hari ini adalah hari terakhir nya berada di kota kelahirannya dan besok pagi Elden serta kedua orangtuanya akan berangkat ke London. Jujur saja, berat rasanya meninggalkan negara kelahirannya itu karena banyak sekali kenangan indah yang akan Elden tinggalkan, terutama sahabat baiknya Vino. Elden terkekeh kecil tanpa sadar, mungkin ia akan merindukan kebobrokan Vino dan tingkah Dajjal cowok itu ketika di London nanti. Vino sudah mengetahui jika besok Elden akan pergi karena Elden sudah menceritakan hal itu kepada Vino tempo hari. Respon Vino benar-benar diluar dugaan Elden, sahabat bobroknya itu tanpa sadar menangis sejadi-jadinya dan memeluk erat tubuh Elden. Mengingat hal itu lantas saja membuat Elden terkekeh geli jadinya. "Woi! Ngapa Lo ketawa-ketawa sendiri kek mbak Kunti! Eh apa jangan-jangan Lo di samperin mbak Kunti?!" ucap Vino sambil bergidik ngeri menatap Elden yang sudah menyudahi tawanya. "Nggak! Gue cuma kepikiran sama Lo." Vino meletakkan nampan yang berisi cemilan serta minuman soda di lantai lalu ikut duduk lesehan bersama Elden.  "Dih, ngapain Lo mikirin gue sampai ketawa-ketiwi gitu, tumben banget." "Gue ngakak pas nginget kemarin Lo nangis-nangis ke gue karena mau gue tinggal hahaha," tawa Elden pecah kembali hingga membuat Vino menggaruk tengkuknya sambil terkekeh pelan mengingat kejadian itu. "Eh si k*****t masih inget aja, udah lupain!" cetus Vino kesal sambil meneguk sodanya lalu menatap Elden lagi. "Oh iya tadi gue ketemu mommy Lo di dapur katanya Lo udah siap beres-beres belum buat persiapan pindahan besok?" Elden membuka tutup botol minumannya sambil menggeleng pelan. Ya, kedua orangtuanya sekarang sedang sibuk mengemasi beberapa barang penting yang akan mereka bawa besok hari, tetapi berbeda dengan Elden yang belum membereskan apapun dan sekarang malah asik main air bersama Vino. "Belum, males gue beresinnya, paling yang gue bawa cuma baju, celana, kolor dan lain-lain yang sekiranya gue butuh aja." Vino hanya mengangguk-angguk kepalanya pelan. "Tar kalo udah nyampe London cariin gue cewek cantik ya, yang baik ramah sama kalem-kalem gitu, okay mas bro?" "Eleh, lagian kalo ada mereka mana mau sama manusia bentukan kayak Lo, Vin," kekeh Elden pelan yang langsung dibalas tatapan tajam oleh Vino. "Biadab banget sih kelakuan Lo, anjim banget!" "Dih gak usah lebay, tar gue cariin." "Nah gitu dong! Tengkyu Elden ku sayang!" "Astagfirullah, jijik banget gue sih, sana Lo jauh-jauh!" ucap Elden sambil melepas rangkulan Vino yang malah tertawa terbahak-bahak. *** Setelah mandi Elden keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil lalu menatap seisi kamarnya. Ia menghela nafas pelan lalu mulai mengemasi barang-barangnya ke koper dan juga tas yang diberikan Sheren kepadanya. Elden tidak lupa memasukan foto-foto Valerie ke dalam kotak lalu mengusapnya pelan dan memasukkan kotak itu ke dalam tasnya. Tak lupa Elden memasukkan beberapa baju yang sering dipakai Azka ke dalam kopernya, baju-baju favorit Azka akan Elden bawa bukan hanya baju beberapa barang-barang yang sering Azka kenakan juga akan di bawa Elden.  Setelah semaunya dirasa telah selesai Elden merebahkan diri di ranjang sambil menatap langit-langit dinding yang bertabur ornamen taburan bintang-bintang serta bulan yang selalu dianggapnya Valerie dan juga Azka. Elden memejamkan matanya, ia berharap kehidupan barunya di London akan jauh lebih baik lagi. Elden seketika terdiam, ia tiba-tiba teringat akan sosok mantan kekasihnya, Nasywa. Ingin sekali ia bertemu untuk mengucapkan salah perpisahan kepada cewek itu tetapi ia tidak tahu di mana keberadaan Nasywa saat ini. Nomor ponselnya juga tidak aktif lagi, sepertinya Nasywa sudah punya nomor ponsel baru yang tidak bisa dihubungi Elden. Elden menatap foto dirinya dengan Nasywa di ponsel, foto di mana ia dan Nasywa dulu pernah pergi ke sebuah pasar malam yang menyediakan banyak jenis wahana permainan untuk semua kalangan. Di sana Nasywa juga pernah menyatakan rasa suka dan sayangnya kepada Elden, Elden saat itu sangat senang karena baru pertama kali ini ia mendengar Nasywa mengungkapkan perasaannya kepada Elden secara terang-terangan. Elden tersenyum kecut sambil merebahkan dirinya di ranjang masih terus menatap foto dirinya dan Nasywa.  "Nas, Lo apa kabar?" "Maafin gue ya karena nggak pernah cerita tentang Valeire ke Lo, maafin gue karena udah bohong ke Lo. Gue cuma takut Lo ngerasa aneh ke gue kalau Lo tau gue sebenarnya bisa merasakan kehadiran mahluk halus." Elden melempar asal ponselnya di tempat tidur lalu memejamkan matanya. "See you cantik! Makasih udah pernah hadir di hidup gue, semoga kita bisa bertemu lagi dengan versi kebahagiaan masing-masing. Gue kangen sama Lo, Nasywa." Elden mengusap wajahnya dan menghela nafas panjang, merasa sesak di d**a. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok sang mommy di ambang pintu dengan setelan hitamnya dan selendang berwarna senada yang menyampir di leher sang Mommy.  "Mommy sama Daddy mau ke makam Abang sebelum berangkat besok pagi, Elden mau ikut?" tanya Sheren masih berdiri di ambang pintu. Elden langsung terduduk di tempat tidur nya sambil mengangguk. "Iya Mom, Elden siap-siap dulu ya." "Mommy tunggu kamu di luar ya, jangan lama-lama." Elden mengangguk sambil berjalan menuju lemari pakaiannya, mengambil kemeja berwarna hitam serta celana jins berwarna senada setelah itu Sheren langsung menutup kembali pintu kamar Elden dan menunggu sang putra di ruang tamu. *** Di sinilah Elden dan kedua orangtuanya, mereka berada di makam Azka. Setelah memberikan makam Azka, Elden dan Sheren menaburi bunga di gundukan tanah itu. Elden menatap sang Mommy yang berlinang air mata dan Hendry langsung memeluk tubuh sang Mommy dengan sisa-sisa kekuatan mereka, masih tidak menyangka jika Anak laki-laki mereka akan pergi secepat ini. Elden menghela nafas panjang lalu menatap batu nisan milik Azka dan mengelusnya pelan, Abang nya telah tiada sekarang, tidak ada lagi yang akan menemani Elden di rumah dan tidak ada lagi sosok yang akan memarahinya jika Elden keseringan bermain game hingga larut malam. Elden tidak lagi mengomeli Azka yang pulang dengan keadaan mabuk, melihat Azka tauran dengan sekolah lain ataupun melihat Azka belajar di kelas.  Baru beberapa Minggu setelah kepergian Azka, Elden sudah sangat merindukan abangnya itu. Elden membuka kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya lalu menyeka air matanya dengan cepat lalu memasang kacamatanya kembali dan menatap kedua orangtuanya yang sudah selesai mendoakan Azka. Setelah dari makam Azka, Elden dan keluarganya makan malam di salah satu restoran terkenal dengan obrolan hangat dan keadaan santai.  "Elden, kamu benar-benar mau ikut Mommy sama Daddy ke London?" tanya Hendry yang membuat Elden yang tadinya sedang asik menscroll ponselnya, kini menatap Hendry lalu mengangguk mantap. "Iya Dad, Elden cuma nggak mau tinggal sendirian, mungkin kalau Elden ikut sama Mom dan Dad di London Elden bisa cepat mengikhlaskan kepergian Abang." Sheren mengelus pelan bahu Elden sambil tersenyum tipis. "Abang pasti senang punya adek kayak kamu, Elden." "Elden juga senang bisa punya Abang kayak bang Azka, walaupun Abang nakal di sekolah, suka bolos, bertengkar ataupun mabuk-mabukan, Abang nggak pernah mau Elden ngikutin Abang juga. Abang pasti selalu nasehatin Elden supaya Elden bisa jadi cowok baik dan fokus belajar," ucap Elden yang membuat Hendry dan Sheren terdiam mendengarnya. Yang bisa mereka lakukan saat ini adalah mengikhlaskan kepergian Azka dan bisa melalui semuanya dengan lapang d**a. *** Share cerita ini ke teman-teman kalian ya! Dan jangan lupa untuk tap Love;)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN