Miracle Met You 7

1116 Kata
Elden tengah sibuk menyalin catatan Vino malam ini, setelah pulang dari rumah Valerie cowok itu bermalas-malasan di rumah dan lupa dengan tugasnya sebagai seorang pelajar. Untung saja Vino berbaik hati mengirim foto catatannya untuk dipelajari dan disalin oleh Elden. Elden mengendus, bau bunga lavender tidak tercium lagi oleh indra penciumannya. Elden menghela nafas lega karena Valerie tidak menganggu belajarnya kali ini. Cklek! "Lo tadi bolos karena apa? Lo lagi ada masalah ya di sekolah sampai bolos gitu?!" Azka langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung menyembur Elden dengan pertanyaan yang sama seperti yang dilontarkan abangnya itu tadi pagi. Elden menatap Azka yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah datarnya. Elden tidak perlu menjawab, Azka pasti sudah tau semuanya. "Kenapa lo bolos, jawab gue, punya mulut kan Lo?" tanya Azka lagi. Elden menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue telat bang, telat! Gue nggak ada masalah apa-apa di sekolah, seriusan. Kalo nggak percaya tanya aja deh sama Vino," ucap Elden dengan jengah. "Cuma karena telat lo bolos?" ketus Azka, tatapan cowok itu terlihat kesal dan marah. Elden menaikkan sebelah alis matanya. "Abang juga sering bolos, malah setiap hari. Gue baru bolos satu kali, kenapa abang marah?" Azka mendengus tatapannya tajam menusuk indra penglihatan Elden, "Cukup gue aja yang berandalan, lo jangan!" selaknya galak. Elden tertegun. Apa ia tidak salah dengar? Azka menghembuskan nafasnya berat. "Gue pergi dulu, jangan lupa kunci rumah." "Mau kemana?" tanya Elden, cowok itu meneliti penampilan Azka dari atas sampai bawah. "Biasa ke klub." Elden beranjak dari duduknya, "Gue ikut." "Mau gue giling badan lo? Lo nggak denger apa yang gue bilang tadi?" Azka menatap Elden dengan mata yang melotot. Elden meneguk salivanya kuat, nyalinya ciut seketika melihat Azka yang melotot seperti itu. Azka terlihat menyeramkan jika sudah mengancamnya seperti ini, nyatanya Azka tidak pernah main-main dengan ucapannya. Membuat Elden terduduk lagi di kursinya dan membiarkan Azka pergi ke club untuk bersenang-senang seorang diri. Setelah kepergian Azka, Elden kembali menyalin catatan Vino. Setelah kepergian Azka, Elden kembali menyalin catatan Vino. Suasana saat itu sangat hening, membuat Elden lebih serius dan ocus dengan apa yang sedang di kerjakannya. "Hai, cowok!" sapa Valerie tiba-tiba yang langsung membuat Elden memijit keningnya yang berdenyut. Elden mengumpat kesal baru saja ia merasakan ketenangan, tapi Valerie sudah merusak semuanya. Elden diam saja dan mengabaikan kehadiran Valerie di kamarnya. "Hei! Kamu kok ninggalin aku sih tadi?" Elden tetap bungkam, tidak menyahut. "Ayah dan Ibuku sudah pulang, ayo kita pergi lagi ke rumahku." Lagi-lagi Elden hanya diam, walau di dalam hati Elden mengumpati Valerie. "Elden! Kamu kok nyuekin aku sih?" Elden menggebrak meja belajarnya dengan keras membuat Valerie terpekik kaget. "Kamu apa-apaan sih?!" sungut Valerie. "Lo tuh yang apa-apaan! Lo nggak liat gue lagi ngapain? Gue lagi belajar ogeb! Kalau ke rumah lo itu bisa nanti-nanti, jangan sekarang!" Elden berseru galak. Velerie terkekeh. "Jangan galak-galak gitu ah, gantengnya jadi ilang tuh," goda Valerie. "Dasar arwah gila! Gue nggak baper!" umpat Elden. "Jangan ganggu gue! Gue mau belajar, pergi sono," usir Elden, mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Valerie cemberut meski ia aku Elden pasti tidak melihat wajahnya yang cemberut itu. Merasa Valerie tidak mengganggu Elden pun kembali mengerjakan tugasnya kembali. *** "Lo kenapa bolos kemarin?" tanya Vino seraya meneguk minuman sodanya. Ia menatap Elden yang sedang mengaduk-aduk mie dan bakso yang ada di mangkuk. Elden hanya menatap Vino sekilas lalu memakan baksonya. "Lagi males belajar aja." Elden dan Vino sedang berada si kantin tengah menghabiskan jam istirahat mereka. Vino menepuk bahu Elden, "Lo nggak dimarahin bang Azka?" Elden mendengus dan menatap Vino sebal. "Kuahnya tumpah b**o, gue baru aja mau masukin ke dalem mulut," rutuknya kesal. "Sorry," ujar Vino santai, mengacuhkan wajah Elden yang seperti akan memakannya hidup-hidup. "Jadi gimana respon Bang Azka pas tau lo bolos?" tanya Vino lagi. "Marahlah." Singkat padat dan jelas membuat Vino gemas. "Marahnya gimana?" tanya Vino penasaran. "Ya marah gitu, nggak perlu gue jelasin!" Vino mencibir mendengar jawaban ketus Elden. Kemudian Vino kembali menepuk bahu Elden lagi. "Oh iya gue baru ingat!" seru nya heboh. "Nggak usah pake nepuk bahu gue kenapa, bakso gue jatuh noh kan sayang," kesal Elden. "Ehehe, sekali lagi gue bilang sorry." "Lo inget apaan emang?" tanya Elden. "Itu, anu, apa ya? Kok gue lupa lagi." Elden hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat temannya itu, Elden sudah selesai menghabiskan baksonya, cowok itu mengambil tisu dan membersihkan mulutnya. Elden mengambil minuman bersodanya dan melihat reaksi Vino ingin menepuk kembali bahunya. "Lo nepuk bahu gue lagi, gue patahin tu batang hidung lo," ancam Elden. Vino hanya terkekeh mendengar ancaman Elden. "Hey, Elden!" sapa Valerie yang langsung membuat Elden menggeram frustasi. "Apa?!" ketus Elden. "Apanya yang apa?" tanya Vino bingung, cowok itu mengangkat alisnya bingung. Elden berdecak kesal, "Tadi kan lo inget sesuatu dan sesuatu itu apa?" ucap Elden asal. "Pulang sekolah kamu sibuk nggak?" tanya Valerie. "Nggak," jawab Elden dengan nada pelan agar Vino tidak curiga jika ia sedang berbicara dengan Valerie. "Hm. berarti kamu bisa dong bantuin aku lagi." "Nggak bisa." "Yah, kok nggak bisa sih?" ucap Valerie dengan cemberut sambil menghela nafas kesal. "Nah iya El, gue baru inget, semalem Nasywa nyariin lo." Elden mengangkat sebelah alis matanya. "Tumben dia nyariin gue, biasanya juga gue yang nyariin dia." "Nggak tau, Nasywa bilang dia ada urusan sama lo pas gue tanya urusan apaan dia bilang kalo itu urusan lo dan dia. Katanya gue nggak boleh tahu." Elden semakin mengerutkan keningnya heran, ada apa Nasywa mencarinya? Apa jangan-jangan Nasywa rindu kepadanya? Ah mustahil! "Cieleh, ada urusan apaan lo sama dia?" ujar Vino seraya menyenggol bahu Elden. "Elden, jadi gimana? Kamu bisa kan?" ucap Valerie dengan nada mendesaknya yang membuat Elden mendesah pelan. "Nggak bisa, gue ada urusan mendadak." "Tapi kamu bilang-" "KALO GUE BILANG NGGAK BISA YA NGGAK BISA, JANGAN PAKSA GUE!" bentak Elden seraya meninggalkan tempat itu dengan langkah lebar. Semua pasang mata berpusat pada Elden yang berjalan keluar area kantin dengan wajah emosi, dan mereka menatap Vino yang menganga di tempatnya. "ELDEN! LO KENAPA DAH? KOK TIBA-TIBA NGEBENTAK GITU? GUE SALAH APA?" teriak Vino dengan kalimat akhir yang lebay. "Fix, tu anak udah bener kagak beres," gumam Vino seraya geleng-geleng kepala. Elden berjalan meninggalkan kantin dengan wajah memerah dan tangan yang terkepal kuat, cowok itu benar-benar emosi untuk kali ini. Bau bunga lavender pengikuti indra penciumannya yang berarti Velerie mengikuti langkahnya. "Elden, plis bantuin aku." "Elden kamu kok jadi marah gini sih sama aku, seharusnya aku yang marah ke kamu karena kamu nggak mau bantuin aku." "Elden!" "Lo bisa diam nggak sih?!" Beberapa siswa-siswi menatap Elden dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, karena mereka melihat Elden yang berbicara sendiri. "APA LO LIAT-LIAT?" Elden menatap nyalang siswa-siswi yang menatapnya dengan mata yang melotot. *** Tap love ya, jangan lupa buat share cerita ini ke teman-teman kalian!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN