Miracle Met You 8

1500 Kata
Valerie kini tengah duduk di sebuah batang pohon bersama Eliza. Sejak insiden Elden memarahi dirinya dan membentaknya di sekolah kemarin ia tidak ingin menemui cowok pemarah seperti Elden. Yang ia lakukan adalah bertemu dengan Eliza dan bercerita pada hantu perempuan cantik yang sudah bertahun-tahun menjadi hantu. "Kamu ada buat dia kesal nggak, Val?" tanya Eliza setelah mendengar semua cerita Valerie. Valerie menggeleng. "Aku cuma minta tolong sama dia buat lanjutin kasus kematianku kak Eliz, tapi Elden aja langsung sewot. Kek cewek lagi pms," adu Valerie dengan wajah cemberut. Eliza tertawa. "Mungkin Elden memang lagi pms, Val," kekehnya. "Terus gimana dong, kak? Elden nya galak, aku takut," ujar Valerie. Eliza sontak tertawa. "Vally, Vally, harusnya yang takut itu Elden, kan kamu yang hantu jadi harusnya kamu yang nakutin dia," ujar Eliza. Eliza terlihat senang akan apa yang diujarkan nya barusan. "Jadi aku harus menakuti Elden, kak?" tanya Valerie, ragu. Eliza tampak berpikir. "Sepertinya itu bukan ide yang buruk." Eliza menyeringai. "Caranya?" tanya Valerie. Eliza terkekeh memikirkan sebuah ide yang terlintas di pikirannya, Eliza merogoh sesuatu dari baju putih panjangnya. "Gunakan ini." "Lipstick?" Alis Valerie terangkat. Eliza mengangguk mantap menatap Valerie dengan seringaian lebar. *** Elden baru saja keluar dari toilet, cowok itu tengah mengeringkan rambutnya yang basah karena ia baru saja selesai berkeramas, menggunakan handuk putih kecil. Pulang sekolah langsung mandi dan tidur di ranjang adalah kenikmatan hakiki yang di rasakan Elden. Brakkk! Elden tersentak dan menatap pintu toiletnya yang sudah tertutup rapat, padahal tadi ia tidak menutup pintu toiletnya itu. Elden mengabaikan hal itu dan menanggalkan handuknya dan berjalan menuju meja belajarnya, Elden mengemasi buku-buku yang akan di bawanya besok ke sekolah. Prang!!! Bingkai foto yang tadinya menempel pada dinding kini telah jatuh dan hancur berserakan di lantai, bahkan kaca dari figura foto tersebut pecah. Elden menatap pecahan kaca bingkai foto itu dan berdecak kesal. Elden mengendus, ia mencium aroma bau bunga lavender milik Valerie di kamarnya. "Mau apa lo?" tanya Elden kesal. Tanpa menjawab ucapan Elden, Valerie langsung mendorong botol parfum dan barang-barang Elden lainnya ke lantai. "Ngapain sih lo?!" bentak Elden yang mulai tersulut emosi, lama-lama ia kesal juga melihat tingkah tak kasat mata yang dilakukan Valerie. "Kok nggak sekalian aja semua barang-barang gue lo hancurin!" tukas Elden, sarkas. Elden membereskan pecahan botol parfumnya yang sudah berserakan, jika Azka tau jika parfumnya habis karana ulah Valerie, pasti abangnya itu tidak segan-segan untuk mengiling badannya. Elden berdiri dan terkejut kala melihat tulisan merah yang menghiasi kacanya. "KALO KAMU NGGAK MAU BANTUIN AKU, AKU NGGAK AKAN SEGAN-SEGAN UNTUK NGEBUNUH KAMU DAN KAMU AKAN BERGENTAYANGAN DI DUNIA MANUSIA BERSAMAKU SELAMANYA." Elden menelan salivanya dengan susah payah, keringat dingin membasahi keningnya. Valerie tidak sedang mengancamnya bukan? "Bilang iya kalau kamu nggak ingin mati detik ini juga," ujar Valerie dengan nada yang menyeramkan tepat di samping telinga Elden. Valerie meniup leher Elden dengan maksud memberi kesan menakutkan di dalamnya. Bulu kuduk Elden merinding, Elden mengusap lehernya. Elden tidak ingin mati sekarang untuk beberapa detik kemudian, ia masih ingin hidup dan menikmati masa remajanya. Elden mendesah pelan. "Iya! Gue bakal bantuin lo!" "Bagus, aku suka dengan keputusanmu." ujar Valerie lalu meninggalkan Elden yang masih merinding sekaligus sebal. Setelah di rasa aroma Valerie perlahan-lahan menghilang, Elden kemudia terduduk di tempat tidurnya dan menatap seisi kamarnya yang sudah berantakan karena ulah Valerie. "s****n, kalo nggak hantu, udah gue geprekin badan Lo!" umpatnya kesal sambil membereskan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. *** Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring, beberapa siswa-siswi tampak berjalan menuju gerbang sekolah. Sama hal nya dengan Elden dan Vino, mereka tengah berada di parkiran sekolah sambil mengobrol. Tiba-tiba aroma bunga lavender menusuk indra penciuman Elden, ternyata Valerie sudah datang untuk menagih ucapannya semalam. "Ayo Elden! Kamu bilang kalau kamu mau bantuin aku." Elden mendesah pelan lalu tidak membalas lagi ucapan Vino. Elden menaiki motornya dan mulai men-starter motornya. "Lo mau balik? Cepet amat, biasanya juga nongkrong sampe sore," ujar Vino seraya bersandar pada motornya. "Gue ada urusan," jawab Elden diiringin dengan dengusan kesal. "Ayo Elden!" seru Valerie dengan nada mendesaknya yang membuat Elden sangat kesal di buatnya. "Ebuset, bisa diam nggak sih lo?!" bentak Elden. Vino yang mendengar bentakan Elden, dengan perasaan aneh menatap cowok itu menyelidik. "Lo ngebentak siapa tadi?" "Nggak! Bukan apa-apa, abaikan aja." "Lo aneh tau nggak!" kesal Vino. "Seaneh-anehnya gue, lebih aneh lagi lo!" Elden berujar pedas, berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Yeee, bangsul!" Vino mengalihkan tatapannya, tanpa sengaja tatapannya jatuh kepada seorang cewek yang sedang berdiri tepat di depan gerbang. "Gue duluan," ujar Elden. "Eh bentar, lo liat tuh ada si Nasywa di depan, ini kesempatan lo buat anterin dia pulang." Elden menatap Nasywa yang sedang menunggu jemputannya di depan gerbang. Nasywa, sang pujaan hati ternyata belum pulang juga. Ingin sekali Elden mengajak cewek itu untuk ikut bersamanya tapi bagaimana lagi karena hantu s****n yang mengikutinya dan merengek kepadanya rencananya itu harus gagal. "Ingat tujuan utama kamu!" bisik Valerie dengan nada yang menyeramkan. Elden mendengus kesal, di dalam hati kecilnya ia ingin sekali mengantarkan Nasywa pulang, namun di sisi lain nyawanya sudah sangat terancam. "Lo aja Vin, gue nggak bisa, anterin sampai rumah, jangan sampai lecet!" ujar Elden lalu berlalu pergi meninggalkan Vino yang menganga di tempatnya. Elden melewati Nasywa begitu saja tanpa menoleh atau sekedar menegur cewek itu, hal itu ia lakukan karena Valerie yang tidak sabaran. Ia harap Nasywa tidak marah padanya, dan sehabis menyelesaikan tugasnya Elden berjanji akan segera menghubungi sang pujaan hati. Elden mengendus berusaha untuk mencari keberadaan Valerie, ternyata aroma bunga lavender masih bisa di tangkap oleh indra penciumannya, yang berarti mungkin Valerie tengah duduk di belakangnya sekarang. "Kita mau kemana sekarang?" tanya Elden. "Ke jalan raya, tepat di mana kecelakaan itu di mulai." Setelah mendengar hal itu, Elden tidak mengatakan apa-apa lagi, cowok itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan. Elden melajukan motornya ke tempat di mana Valerie beritahu. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di jalan raya yang tidak jauh dari kediaman Velerie. Elden memarkirkan motornya di salah satu warung yang berada di pinghir jalan dan memuka helm nya. Elden mengedarkan pandangannya, suasana jalan saat itu sangat sepi hanya beberapa kendaraan yang melewati jalan itu. "Sekarang coba kamu tanyain ke salah satu warga tentang kecelakaan itu." "He'em." Elden berjalan menghampiri beberapa bapak-bapak yang sedang menyesap kopi mereka sambil mengobrol ria. "Permisi pak," ujar Elden. "Iya, ada apa, dek?" tanya salah satu pria tua yang memiliki rambut gondrong. "Saya mau nanya nih, beberapa waktu yang lalu, di jalan ini pernah terjadi kecelakaan nggak, Pak?" tanya Elden. Pria tua itu memikirkan ucapan Elden lalu berujar. "Iya, beberapa waktu yang lalu di jalan ini memang pernah terjadi kecelakaan. Kecelakaan itu belum lama terjadi, sekitar 2 minggu yang lalu." "Bisa bapak tunjukkan lokasi kecelakaannya?" tanya Elden. Pria tua itu menatap Elden dengan kening yang mengerut. "Saya salah satu teman dari korban, saya pengen tau kronologi kejadian kecelakaan yang dialami oleh teman saya," ujar Elden menepis pemikiran buruk yang mungkin saja ada di pikiran pria tua itu. "Baiklah, mari saya tunjukkan," ujar pria tua itu sambil berjalan menuju titik lokasi. Kini mereka telah berada tepat di mana Valerie tertabrak oleh sebuah mobil. Valerie memperhatikan sekelilingnya sambil mengingat-ingat kembali kejadian malam itu. Pria tua itu menerangkan beberapa hal yang diketahuinya kepada Elden. "Aku ingat Elden, malam itu aku berjalan di pinggir jalan, aku melihat cahaya mobil yang menusuk indra penglihatan ku. Aku berhenti tepat di tempat kamu berdiri sekarang dan mobil itu menabrak tubuhku dan aku terpental dan kemudian jatuh." Elden menyimak ucapan Valerie dengan baik. "Aku masih sadar ketika badan telah ditabrak, aku melihat mobil itu berhenti beberapa saat. Mobil itu berhenti sekitar 3 meter dari tempat kamu berdiri, beberapa detik kemudian mobil itu melaju meninggalkan ku dengan kecepatan tinggi. Aku tidak mengingat apa-apa lagi." Elden mendesah pelan, ia berpikir Valerie sudah mengingat semuanya, nyatanya tidak. "Bapak tau mobil seperti apa yang menabrak teman saya?" tanya Elden. "Saya tidak tau mobil itu bermerek apa, tapi mobil itu jika tidak salah berwarna putih dan itu seperti mobil sedan." Elden mendengus, jika seperti ini kasus kecelakaan Valerie belum selesai dan ia harus membatu Valerie lagi. "Ya sudah pak, terima kasih atas informasinya, saya pamit pulang dulu," ujar Elden sopan, tak lupa ia tersenyum. "Iya, sama-sama." "Kita lanjut besok ya, Vally. Gue capek," ujar Elden. "Baiklah." Valerie membalas, menurut karena tidak mungkin ia memaksa Elden disaat cowok itu sudah lelah. Valerie mengikuti Elden hingga sampai di rumah cowok itu. Mata Valerie tak sengaja melihat mobil putih milik Azka. "Elden, mobil putih itu mirip sekali dengan mobil yang menabrakku," ujar Valerie tiba-tiba menghentikan langkah Elden yang hendak masuk ke dalam rumah. Elden berbalik melihat mobil azka yang terparkir di garasi. "Yang punya mobil kayak gitu bukan cuma abang gue doang. Mungkin kebetulan mirip aja," balas Elden cuek. Elden pun melenggang masuk meninggalkan Valerie. Valerie tanpa sadar mengerutkan dahinya samar dan tanpa Valerie sadari, auranya telah berubah. *** Hai, Jagan lupa untuk share cerita ini ke teman-teman kalian ya. Tap love juga yuk!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN