Miracle Met You 11

1562 Kata
Pagi Elden terasa sangat indah karena baru saja Elden bangun tidur, ia langsung mendapat telepon dari Nasywa sang pujaan hati. Elden langsung saja melompat dari tempat tidurnya dan buru-buru mengangkat telepon dari Nasywa. Setelah pertemuan mereka tempo hari Nasywa jadi sering menelepon Elden pagi-pagi hanya sekedar untuk mengingatkan Elden untuk tidak lupa sarapan pagi atau sekedar memastikan Elden sudah bangun atau belum. Makin ke sini Elden merasa jika hidupnya lebih berwarna karena sang kekasih yang selalu saja membuat Elden senyam-senyum seperti orang gila di rumah. Oh ya! Jangan lupakan juga Valerie, arwah menyebalkan yang saat ini sepertinya tengah memata-matai Elden. Elden sedang asik mencuci piring bekas makan malam kemarin, ia mencuci piring sambil telepon dengan Nasywa. Elden tidak bisa melepas senyum cerah di wajahnya ketika mendengar tawa Nasywa yang akhir-akhir ini menjadi candu baginya.  "Woi!" PRANG! Elden lantas saja tersentak kaget sampai-sampai ia menjatuhkan piring yang sedang dilapnya hingga pecah berceceran di lantai. Beberapa saat hanya ada keheningan, Elden terdiam sambil berusaha mengatur deru nafasnya yang memburu karena masih merasa kaget. "Hallo, Elden, Lo nggak pa-pa?" ucap Nasywa di seberang sana yang langsung menyadarkan lamunan Elden. Elden lantas mendengus keras-keras karena Valeire lah yang membuatnya kaget hingga memecahkan piring. "Nggak papa Nas, gue nggak sengaja mecahin piring," ucap Elden sambil berjongkok, hendak memungut serpihan kaca yang sudah berserakan di lantai. "Jangan di pungutin, sapu aja pakai skop, nanti tangan Lo luka, Elden." Elden lantas saja tersenyum lebar mendengar Nasywa yang sangat perhatian kepadanya. Elden lantas saja berdiri, mengambil sapu dan skop lalu menyapu lantainya dengan perlahan. "Gue tutup ya teleponnya, udah jam segini, gue harus mandi, sampai jumpa di sekolah, Elden, bye!" Belum sempat Elden membalas ucapan Nasywa, cewek itu sudah lebih dahulu menutup sambungan teleponnnya secara sepihak yang langsung membuat Elden berdecak kesal. Ia langsung saja melempar asal sapunya dan berkacak pinggang. "Salah Lo nih, kenapa sih ngagetin gue?!" "Ya maaf, lagian kamu asik banget teleponan sampai-sampai keran air lupa kamu matiin, lihat tuh airnya udah berceceran ke mana-mana." Elden berdecak kesal sambil menutup keran airnya, setelah membereskan serpihan kaca Elden langsung saja bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. *** Hari ini adalah hari minggu di mana Elden akan menghabiskan hari libur seharinya dengan bersantai di kafe sambil menikmati kopi s**u kesukaannya. Elden menyambar kunci motornya, ia sudah terlihat rapi dengan pakaian santainya dan berjalan menuju teras rumah. "Elden kamu mau kemana?" Langkah kaki Elden terhenti, ia mendesah pelan ketika mendengar suara itu. "Mau pergi kondangan, lo mau ikut? Kalo mau ikut, pergi mandi, pakai baju cantik, terus dandan menor gih," sahut Elden kesal lalu kembali melanjutkan langkahnya. Dalam hari Elden mengumpat, mengapa ia malah mengajak Valerie untuk ikut dengannya?! Yang ada hantu itu malah mengganggu ketenangannya saja nanti. Sudah jelas ia ingin bersantai, mengajak Valerie sama saja mengganggu waktu santai yang telah ia rencanakan. Elden menatap Azka yang sedang mengelap mobil sedan berwarna putihnya. Elden tidak mempedulikan hal itu dan langsung menaiki motor kesayangannya. "Mau kemana lo?" tanya Azka menyelidik, karena tak biasa di hari minggu ini Elden pergi keluar. Elden menatap Azka yang tengah menatapnya. "Kondangan." Azka mengangkat alisnya. "Siapa yang kawin?" tanya Azka lagi, dengan alisnya mengerut samar. "Kucing tetangga Vino!" seru Elden lalu pergi begitu saja meninggalkan Azka yang menatapnya dengan tatapan yang menyiratkan sebuah kata, sinting lo!" *** Elden tengah menyesap kopi s**u kesukaannya sambil menatap jendela transparan yang berada di sampingnya. Akhirnya Elden bisa menikmati hari libur seharinya dengan tenang tanpa ada gangguan dari Valerie maupun Vino sahabat laknatnya. Masa bodoh jika Elden disindir pelayan yang bekerja di kafe itu, karena dirinya yang datang sendiri tanpa membawa pasangan atau pun seorang teman mengingat kafe ini ramai dengan sepasang kekasih. Elden ganteng, dan menurut Elden cogan mah bebas. Entah mau bersama pasangan atau tidak, dan Elden memanglah termasuk cogan yang bebas itu he he. Elden terkekeh, ia teringat ucapannya yang menyuruh Valerie berdandan tadi. Arwah mana yang bisa berdandan? Jika pun ada, itu hanyalah cerita belaka yang membosankan menurut Elden. "Elden." Elden tersentak kaget saat mendengar suara Valerie, hampir saja ia ingin menyemburkan kopi s**u yang berada di mulutnya, tapi untungnya hal itu tidak terjadi. Elden meletakkan cangkir kopinya dan menghela nafas berat. Ia tau jika arwah itu pasti sedang duduk di kursi yang berada di hadapannya karena aroma lavender tercium pekat di hidungnya dan tepat berada di depan sana. Elden membuang wajahnya, moodnya hancur seketika karena si arwah menyebalkan itu tiba-tiba datang. Kopi s**u yang tinggal setengah cangkir itu kini diabaikannya begitu saja, rasanya ingin sekali Elden meneguk kopinya itu sampai habis dan menyemburkannya tepat di wajah Valerie. Namun sayang, mengingat Valerie itu adalah arwah yang tidak bisa ia lihat dan ia sentuh, Elden jadi tidak bisa melakukannya. Yang ada ia malah dianggap tidak waras oleh pengunjung yang berada di kafe itu. "Kamu bilang kamu mau kondangan tadi, tapi kamu malah nongkrong sendirian di sini. Dasar jomblo!" ejek Valerie sambil tertawa. Menertawakan Elden lebih tepatnya. Elden membulatkan matanya ketika mendengar kata terakhir yang diucapkan arwah menyebalkan itu. Elden berusaha sabar, menanggapi ucapan Valerie hanya akan membuat moodnya semakin hancur. "Aku bosan tau nggak, aku pergi ke rumahku dan ngelihat Mama sama Papa lagi bicarain tentang kasus kematian ku bersama polisi. Aku ketemu Eliza, tapi kak Eliza lagi sibuk. Aku ketemu kamu, kamu malah cuekin aku," keluh Valerie. Elden mendesah pelan, sejak kapan Valerie menjadi secerewet ini? "Kalo gitu, pergi aja sono ke alam lo," cibirnya. "Gimana mau pergi, kamu nya aja yang nggak mau bantuin aku!" Elden sangat malas jika membahas tentang hal itu karena Velerie selalu mendesaknya untuk mencari siapa pelaku kasus kematian Valerie. Elden kesal karena Valerie tidak bisa mengerti dirinya yang punya kehidupan juga, Elden ingin beristirahat sejenak dan meninggalkan semua masalahnya, termasuk kasus Valerie. "Oh iya, wujud ku udah berubah seperti sedia kala. Aku bingung kenapa wujud ku berubah seperti itu, aku kesal karena kak Eliza tidak mau memberitahu yang sebenarnya kepadaku." Valerie berujar dengan suara yang sangat senang bercampur kesal diakhir kalimat yang ia lontarkan. Elden hanya diam, ia harus menjaga nama baiknya di kafe itu. Elden tidak mau dianggap tidak waras karena berbicara sendiri seperti orang stres, dan berujung pelayan di kafe itu mengusirnya. "Elden, aku pengen deh punya teman. Di duniaku, semua makhluk halus itu menyeramkan, jadinya aku tidak punya teman. Aku hanya berani berteman dengan kak Eliza karena cuma Eliza yang cantik menurutku dari sekian arwah tersesat yang pernah aku jumpai." Dalam hati Elden mengumpat, arwah kok takut sama arwah si! Valerie begonya sampai ke tulang ya, batin Elden. "Aku juga punya satu teman lagi selain Eliza, hm berarti aku punya dua teman dong. Satu kak Eliza dan satunya lagi kamu." Valerie berujar riang dan kemudian ia menepuk kan tangannya beberapa kali pertanda gadis itu tengah sangat senang. Valerie terus berceloteh walau diabaikan dan tidak direspon oleh Elden yang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan kesal, sejujurnya Elden ingin menutup matanya karena Valerie seperti sedang mendongengkan cerita yang sangat membosankan untuknya. "Andai aja kamu bisa liat aku, pasti kamu bakal suka sama aku," celetuk Valerie tiba-tiba. Elden refleks menegakkan tubuhnya dan membelalakkan matanya. Selain menyebalkan arwah itu juga mempunyai sifat kepedean tingkat tinggi. Elden bergidik ngeri, apa saat ini bukan Valerie yang berada di hadapannya? Apa arwah lain yang sedang berbicara tadi? Tapi suaranya mirip sekali dengan suara Valerie. Fix, ini arwah udah mulai aneh. -batin Elden was-was menatap lurus ke depan. "Maksud lo apa?" "Aku itu gadis yang cantik, sayangnya kamu nggak bisa liat wujud ku dan wajahku." "Serah lo deh," ujarnya lalu meninggalkan uang lima puluh ribu di atas meja dan pergi berjalan meninggalkan tempatnya. Elden kesal karena Valerie mengikutinya, langkah kaki Elden terhenti. "Stop ikutin gue!" selaknya. "Saya nggak ngikutin mas kok, saya cuma mau pergi ke toilet." Elden mengernyit dan membalikkan badannya menatap bingung pelayan kafe yang sedang berdiri di dekatnya. Suara tawa terdengar, Elden tau Valerie pasti sedang menertawainya sekarang. "Maaf, saya nggak bicara sama mbak," ujarnya cuek lalu pergi kafe itu.  Stay cool Elden! *** Elden memasuki rumahnya dengan wajah yang kesal setengah mati, ia melempar asal kunci motornya ke meja di depan sofa dan duduk di sofa sambil menutup kedua matanya. "Elden bilang dong, sekali aja. Aku pengin denger." Azka yang juga tengah duduk di hadapan Elden, mengernyitkan keningnya. "Kenapa lo?" Elden hanya diam, ia masih menutup kedua matanya dan tidak berniat menjawab pertanyaan Azka barusan. Ia sangat kesal dan marah karena sedari tadi Valerie mengganggunya dan memintanya untuk mengucapkan kata Vally cantik. Sejenak Elden berpikir, di dunia ini arwah mana yang cantik?! Valerie memang sangat aneh, arwah itu berhasil membuatnya ingin terjun dari lantai sepuluh sebuah apartement milik Azka yang tidak ditempati. "Kalo kamu nggak bilang, aku bakal gangguin kamu terus." Telinga Elden sudah terasa panas karena ucapan-ucapan yang dilontarkan Valerie. "Nggak sulit kok cuma bilang itu doang," cetus Valerie dengan sedikit memohon. "IYA, IYA VALLY CANTIK! PUAS LO?!" ujar Elden dengan nada yang tinggi dan deru nafas yang tidak teratur, wajahnya sudah merah karena menahan kekesalan. Elden menatap Azka yang juga tengah menatapnya. Mampus gue! Bang Azka liat! "Lo kenapa? Siapa Vally? Kenapa lo bilang dia cantik? Pake nada tinggi segala, lo sehat?" semprot Azka dengan wajah datarnya. "Kalo di tanya tu di jawab!" sentak Azka, galak. Elden menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia terkekeh pelan. "Hehehe, nggak kenapa-napa bang, gue ke kamar dulu," pamitnya lalu berlari memasuki kamarnya sebelum Azka memberi bogeman di wajahnya. *** Hay! Share cerita ini ke teman-teman kalian ya! Dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN