Miracle Met You 27

1330 Kata
Elden menghela nafas pelan Jakarta sangat berbeda jauh dengan London, jika ia biasanya pergi ke sekolah dengan mengendarainya motor kesayangannya kini tidak lagi karena Mommy dan Daddy nya melarang nya mengendarai motor karena tidak banyak siswa-siswi di London yang mengendarai motor. Biasanya mereka menangisi bus way atau pun bersepeda, mereka jarang mengendarai motor seperti yang dilakukan Elden di sekolah lamanya. Elden mendesah pelan sambil membuang tatapannya ketika melihat pelayan di rumahnya memberikan sepeda yang di beli Daddy nya tempo hari. Mau tak mau Elden harus menaiki sepeda itu daripada ia harus diantar oleh Daddy nya, seperti anak kecil saja, pikir Elden. Elden akhirnya menaiki sepedanya dan mengayuh sepedanya menuju sekolah barunya yang jaraknya tidak terlalu jauh jika ia mengikuti arah yang diberitahu Mommy nya sebelumnya. "Ck, kesal banget gue pagi-pagi goes sepeda, mending naik motor cepet dan nggak ribet." Elden mendengus karena udara pagi itu sangat menusuk kulitnya, Elden menggigil sambil berusaha sekuat mungkin mempercepat kayuh laju sepedanya. "Enak banget si Vino pasti make motor kesayangannya gue, sedangkan gue harus capek-capek goes sepeda!" cetus Elden kesal, ya karena tidak bisa membawa motornya ke London, Elden terpaksa meninggalkan motor kesayangannya bersama Vino dan ia yakin setiap hari Vino akan mengendarai motornya itu. Ketika telah sampai di area sekolah Elden lantas memperlambat goesannya karena tidak perlu takut akan terlambat. Ia mengayuh sepedanya melewati beberapa siswa-siswi yang tengah berjalan kaki menuju sekolah, beberapa di antaranya juga menaiki sepeda sepertinya dan ada juga yang diantar dengan mobil mewah yang sukses membuat Elden menganga melihat merek mobil itu yang diketahuinya sangat terkenal dan mahal harganya. Elden lantas mengerem mendadak sepedanya ketika melihat Nasywa lah yang keluar dari mobil mewah itu, Elden menganga tak percaya dan berdecak kagum, tidak menyangka jika keluarga Nasywa sangat kaya. Melihat keberadaan Elden, Nasywa lantas melambai pelan ke arah Elden sambil tersenyum cerah lalu berjalan mendekati Elden yang masih terdiam menatap keelokan wajah sang mantan pacar yang seindah sunset pantai di sore hari. "Hai, Elden," sapa Nasywa ketika cewek itu telah berdiri di sebelah Elden. "Eh hai," balas Elden ketika tersadar dari lamunannya. Nasywa tersenyum tipis lalu tanpa meminta izin langsung duduk di tempat duduk belakang sepeda Elden sambil memeluk tubuh Elden erat yang langsung membuat tubuh Elden meriang jadinya. "Bareng sampai parkiran nggak papa kan?" ucap Nasywa. "Iya nggak papa, malah gue seneng," kekeh Elden sambil mengayuh sepedanya sambil senyam-senyum sendiri, berboncengan dengan doi di pagi hari sungguh sukses membuat mood Elden yang tadinya buruk sekarang tidak lagi karena Nasywa. Setelah memarkirkan sepeda di jejeran sepeda lainnya Elden dan Nasywa sama-sama berjalan menuju kelas, Elden berniat untuk mengantarkan Nasywa ke kelas cewek itu mengingat mereka berbeda kelas.  "Nas, udah sarapan pagi belum nih?" tanya Elden sambil menatap Nasywa yang berjalan beriringan bersamanya. "Udah dong, Lo gimana? Udah sarapan kan?"  "Belum nih, nggak sempet tadi karena takut telat," ucap Elden sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana, padahal niatnya Elden ingin mengajak Nasywa sarapan bersama di kantin tetapi tidak jadi karena ternyata cewek itu sudah sarapan ternyata. Nasywa menari tangan Elden hingga membuat Elden mengernyit kebingungan melihat Nasywa yang menariknya dan menuntunnya untuk duduk di salah satu kursi yang berada di koridor kelas. Nasywa merogoh sesuatu dari dalam tasnya dan mengeluarkan kotak bekal berukuran kecil dari dan lalu membukanya yang ternyata isinya adalah sandwich yang sengaja dibawanya dari rumah. Nasywa mengambil tangan Elden lalu meletakkan kotak bekalnya di sana. "Makan gih, gimana mau belajar kalo perut Lo belum terisi, pantesan tadi goes sepedanya lambat ternyata karena belum makan." Elden mengumpat di dalam hati, merasa sangat malu kepada Nasywa karena Nasywa mengetahui jika dirinya lelah ketika mengayuh sepeda tadi. "Nggak usah Nas, gue bisa makan di kantin pas jam istirahat nanti, lagian ini bekel Lo kenapa jadi gue yang makan." "Ish nggak papa, buat Lo aja, cepet makan, kalo Lo nggak makan gue marah nih," ucap Nasywa dengan wajah cemberutnya yang langsung membuat Elden terkekeh geli melihat wajah menggemaskan Nasywa. "Iya, iya gue makan." "Astaga Nas, Lo cemberut aja tetep cakep apalagi senyum," gumam Elden pelan sambil memakan sandwich nya namun masih bisa didengar oleh Nasywa hingga membuat cewek itu diam-diam tersenyum kecil. *** Sepulang sekolah Elden langsung pulang dengan mengendari sepedanya dan ketika telah sampai di rumah Elden meletakkan sepedanya di depan rumah, malas memasukkan sepedanya ke garasi rumah biar pelayan rumahnya saja yang memasukkannya sendiri, karena Elden terlalu lelah untuk saat ini. Elden melempar asal tasnya di sofa lalu merebahkan diri di sana sambil menghela nafas pelan dan memejamkan mata, beristirahat sejenak. Sheren yang tengah berjalan menuruni tangga melihat putra nya yang sudah pulang dan langsung tersenyum kecil lalu berjalan mendekati Elden. Sheren duduk di sebelah Elden lalu meletakkan kaki Elden dan memijit kaki sang putra dengan sayang. Elden yang merasakan kakinya tengah dipijit oleh sang Mommy lantas membuka mata dan menatap Sheren yang masih memijit kakinya.  "Kamu capek ya?" "Nggak kok Mom, lagi istirahat aja bentar," ucap Elden sambil terkekeh walau di dalam hati ia berkata sebaliknya. "Gimana sekolah baru kamu? Menyenangkan?" Elden mengangguk pelan. "Iya, Elden juga punya temen yang berasal dari Indonesia juga di sana yang ternyata adalah temen Elden pas di sekolah dulu." "Wah seriusan? Kebetulan banget dong, siapa nih?" ucap Sheren dengan sangat penasaran sambil menatap Elden. "Nasywa namanya." "Perempuan? Mom kira Laki-laki seperti kamu. Lain kali ajakin main ke rumah ya?" Elden mengangguk pelan sambil terkekeh pelan, di dalam hati ia bertanya-tanya apakah Nasywa mau datang ke rumahnya untuk menyapa kedua orangtuanya? Seharusnya Eldenlah yang datang terlebih dahulu ke rumah Nasywa untuk menyapa kedua orangtua cewek itu dan meminta restu, Elden tertawa pelan memikirkannya yang langsung membuat Sheren mengernyit kebingungan menatap sang putra. "Kamu kenapa El? Hmm lagi mikirin Nasywa ya?" goda Sheren sambil mengusap lembut wajah Elden. "Hehe iya nih," kekeh Elden yang langsung disenyumi oleh Sheren. "Ya sudah kamu mandi bersih-bersih dulu, habis itu berpakaian rapi ya, benar lagi ada tamu Daddy yang bakal dateng buat makan malam bareng kita." Elden mengernyit karena tidak menemukan sang Daddy di ruang keluarga. "Daddy Mana mom?" "Ada di kamar lagi siap-siap, kamu juga siap-siap gih ada Mila juga nanti." "Mila? Siapa Mom?" tanya Elden. "Anaknya Om Reno sama Tante Reni, kamu kayaknya belum kenal sama Tante dan Om kamu, mereka orang Indonesia juga sama kayak kita. Anak mereka namanya Mila, seusia kamu juga, makanya kamu cepet siap-siap biar kenalan sama Mila ya?" ucap Sheren menjelaskan yang langsung dianggguki Elden. Elden mengambil tasnya lalu beranjak dari duduknya. "Ya udah Elden mandi dulu ya Mom," ucap Elden, mengecup singkat pipi Sheren lalu berjalan menaiki tangga. *** Pintu kamar Elden di ketuk pelan oleh pelayan rumahnya, menyuruhnya untuk segera turun ke bawah karena tamu Daddy nya sudah datang dan mereka akan segera makan malam bersama.  Elden yang baru saja selesai berpakaian langsung saja menatap dirinya di cermin sambil menyisir rambutnya, Elden berdecak kagum menatap dirinya sendiri. "Ya Allah gua cakep banget, bersyukur banget gua punya Daddy yang tampan dan Mommy yang cantik, gua jadi secakep ini karena mereka," ucap Elden memuji dirinya sendiri sambil menyemprotkan parfum ke udara membiarkan wangi parfum menempel di tubuh nya. Setelah bersiap-siap Elden lalu merapikan kembali rambutnya dan menatap sekali lagi dirinya di cermin. "Pantesan Valerie suka manggil gue ganteng, ternyata gue emang ganteng banget ya. Jadi kangen tuh arwah, Val baik-baik di sana ya, gue sayang Lo," ucap Elden sambil tersenyum menatap dirinya di cermin. Setelah selesai Elden langsung keluar kamar dan turun ke bawah berjalan menuju ruang makan di mana di sana sudah terdapat dua keluarga yang sedang berbincang hangat yang dilengkapi dengan hidangan makan malam yang sudah tersaji di meja. Elden tersenyum lalu ikut bergabung dengan duduk di sebelah sang Mommy dan Elden langsung terdiam seribu bahasa ketika melihat sosok cewek yang duduk berhadapan dengannya kini. Darahnya berdesir, waktu seakan berhenti berlalu, seketika seperti ada peluru pistol yang mengenai jantung Elden saat ini. Elden sangat shock hingga ia tak sadarkan diri di tempatnya dan membuat semua orang langsung menatapnya khawatir terutama Dad dan Mom nya. *** Share cerita ini ke teman-teman kalian ya! Dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN