Miracle Met You 23

1223 Kata
Sepulang sekolah Elden tidak lupa mengunjungi makam Azka, walaupun hanya sekedar melepas rindu dengan abangnya itu. Elden baru saja mendoakan Azka, ia berharap Azka tenang di dunia barunya. Elden juga tidak lupa mampir ke makam Valerie yang letaknya tidak jauh dari makam Azka. Elden menaburkan kelopak bunga mawar di makam Valerie dan tidak lupa membawa buket bunga lavender untuk Valerie. Elden menghirup aroma bunga lavender yang dibawanya, Elden terdiam sesaat menatap buket bunga lavender itu. Valerie benar, ia sedang merindukan arwah menyebalkan itu. Elden meletakkan buket bunga lavender itu di batu nisan Valerie, lalu mendoakan Valerie di dalam hati. Setelah itu Elden mengelus batu nisan milik Valerie dan berjalan meninggalkan area pemakaman dan masuk ke dalam mobilnya. Tujuannya saat ini adalah pulang ke rumah. Tidak sampai 15 menit, Elden sudah sampai di rumahnya. Ia memasuki rumahnya dan menghempaskan tubuhnya di sofa. Elden menutup kedua matanya sambil menghela nafas berat. Elden mencoba mengendus kali aja aroma lavender milik Valerie tiba-tiba datang kepadanya, namun nyatanya adalah tidak. Biasanya jika Elden sedang tenang seperti ini, Valerie pasti datang untuk mengganggu dan menggodanya dan mengatakan Elden ganteng kalo lagi nutup mata kayak gitu. Elden menghela nafas berat, perasaan menyesal karena sering memarahi dan memberikan kata-kata pedas kepada Valerie pasti ada dibenak Elden. Benar kata pepatah, jika penyesalan selalu datang diakhir. "Elden, kamu sudah pulang?" tanya Sheren, berbasa-basi. Elden langsung membuka matanya dan mencari sumber suara. "Iya, Mom." "Kamu habis jenguk Abang ya?"  Elden mengangguk pelan sambil menghela nafas pelan. Sheren menghela nafas dan berjalan mendekati Elden. "Ya sudah ganti baju kamu terus mandi dan makan." Elden hanya mengangguk dan berjalan menuju kamarnya. *** Saat ini Elden dan Vino sedang berada di taman yang berada di samping rumah Elden, kedua cowok itu sedang berbaring di atas rumput sambil menatap langit malam yang dipenuhi banyak bintang. Suasana saat itu hening dengan dihiasi lampu yang remang-remang, Elden dan Vino juga belum memulai topik pembicaraan karena sedari tadi kedua cowok itu hanya fokus menatap langit malam. Setelah kepergian Azka dan Valerie, Elden menyukai gelapnya malam dan menatap bulan dam bintang seakan Valerie adalah bintangnya dan Azka adalah bulannya. "El, kok diem gini sih, bicara dong, cari topik atau bahas apa gitu," keluh Vino dengan kesal. "Gue rindu bang Azka, Vin." Elden berujar dengan helaan napas berat. "Gue juga rindu bang Azka, padahal bang Azka waktu itu udah berubah ya, bang Azka udah mulai rajin belajarnya," timpal Vino. Elden menghela nafas. "Gue belum sempat liat bang Azka lulus SMA-nya dan menempuh jenjang perkuliahannya." "Ini udah kehendak tuhan, El. Kita harus terima." *** Di sekolah wajah Elden terlihat tidak bersahabat, cowok itu keseringan murung dan bermuka datar. Entahlah, sepertinya ia menjalani hidup dengan segala kehampaan, tidak ada warna-warni dihidupnya. Kehidupan Elden seperti berjalan di tempat, tidak ada manis-manisnya. Sepertinya harus diberi gula dulu biar hidup Elden terasa manis, pemirsa. Teman-teman Elden seperti menghindari cowok itu karena sikap Elden yang aneh dan gampang emosian. Pernah suatu hari, Risa –bendahara kelas Elden, mengajak Elden untuk berbicara seperti ingin berbasa-basi, namun nyatanya Elden mengusir Risa dan mengeluarkan kata-kata pedas dari mulutnya hingga membuat Risa menangis. Hanya Vino yang mengerti dengan keadaan Elden saat ini, makanya Vino selalu mencairkam suasana dan lebih sering main ke rumah Elden, karena Vino tau Elden kesepian sekarang. Azka sudah tidak ada, Valerie juga sama. Vino melempar bola basketnya kearah Elden yang tengah termenung di kursi yang menghadap ke lapangan. Dengan cepat Elden langsung menangkap bola besar itu dan menatap Vino yang sudah mengganti bajunya dengan baju seragam basket. "Gue denger Nasywa pindah sekolah," ujar Vino sambil mengambil alih bola basketnya dari tangan Elden. "Terus?" sahut Elden, terdengar tidak berminat mendengar kelanjutannya. "Perasaan lo gimana?" tanya Vino. Elden menghela nafas dan menyandarkan punggungnya, tidak berniat untuk membalas ucapan Vino. "Lo lupa sama cinta pertama lo di SMA? Nasywa kan orangnya," ujar Vino sambil memantul-mantulkan bola basketnya. Elden masih tetap diam, tidak berniat membalas. Jika terus memikirkan Nasywa sama saja akan membuat hatinya hancur kembali dan Elden akan mengingat masa-masa indahnya dulu bersama Nasywa. "Lupain Valerie, El. Gue tau lo belum ikhlasin dia pergi." Elden mendengus mendengarnya. "Elden dengerin gue baik-baik, kayaknya lo kurang pencerahan dari gue," ujar Vino lalu duduk di sebelah Elden, tatapan mata cowok itu kali ini terlihat serius. "Valerie datang kekehidupan lo buat minta tolong ke lo, supaya lo bantuin dia buat nyelesaiin urusan dia di dunia kita, kan?"  Elden mengangguk. "Sekarang lo udah nyelesaiin urusan Valerie kan? Dan Valerie udah berterima kasih sama lo sebelum dia pergi, lo ingat nggak sih pas Valerie bilang kalo lo ganteng kalo lo lagi senyum?" Lagi-lagi Elden mengangguk, tentu saja Elden mengingat jelas hal itu. "Mana senyum lo sekarang? Lo terlihat cemen bro," ujar Vino, sedikit menghibur Elden. Sesaat Elden menatap Vino, Elden terkekeh pelan melihat wajah konyol milik Vino saat cowok itu mengakhiri ucapannya. Vino menatap Elden sinis. "Ngetawain apa lo?" "Muka lo nggak usah dijelekin, kan emang udah jelek dari lahir!" Vino berdecak kesal lalu membuang wajahnya. "Dih sok ngambek lu, kambing!" ujar Elden. Vino hanya terkekeh lalu menatap Elden lagi. "Valerie udah pergi, otomatis lo harus ngejalanin hidup lo kayak dulu lagi. Lo masih ingat apa tujuan lo sekolah di sini, selain buat nuntut ilmu?" ujar Vino sambil menaik-turunkan alis matanya. Elden terdiam, ternyata Vino masih ingat semua tentangnya. Elden memang bersekolah di sekolah yang terfavorit di kota tempat ia tinggal, butuh kecerdasan yang luar biasa untuk bisa masuk di sekolahnya itu. Dan Elden memilih sekolah itu bukan hanya sekolah itu adalah sekolah terfavorit, namun ada hal lain yang membuatnya harus bersekolah di sana. "Deketin Nasywa." Vino menatap Elden dengan wajah yang serius. Vino mengangguk mantap, lalu wajah Vino tidak berekspresi. "Sayangnya, dia udah pergi dan nggak ada satu orang pun yang tau di mana Nasywa sekarang." Elden hanya diam, ia juga tidak pernah lagi mendengar kabar tentang Nasywa. Nasywa pindah sekolah saja, ia baru mengetahui hal itu dari Vino tadi. Terakhir Elden bertemu cewek itu, ketika ia masih mengurusi urusan Valerie, setelah itu Nasywa seperti menghilang ditelan bumi.  Tiba-tiba Elden terdiam telak karena ia merasa menyesal karena telah membuat Nasywa kecewa kepadanya. Jujur saja Elden masih memiliki perasaan kepada mantan kekasihnya itu, tetapi kini Nasywa telah pergi meninggalkan dirinya dan juga kenangan mereka tanpa pamit kepada Elden. Terkadang Elden juga berpikir kenapa Nasywa tidak pernah mengatakan jika cewek itu akan pindah sekolah secara mendadak seperti ini kepadanya? Dunia memang tidak adil, setelah kepergian Valerie dan Azka, cewek yang disukainya juga ikut pergi tanpa jejak. "Vin," panggil Elden pelan. "Hmm." "Gue jadi kangen Nasywa, gue ngerasa selama gue jadian sama dia gue nggak pernah bahagian dia Vin. Gue terlalu sibuk sama urusan gue sampai-sampai gue ngelupain dia." Vino menghela nafas pelan lalu merangkul tubuh Elden. "Gak papa El, lagian semuanya udah berakhir kan? Toh nggak bisa diulang lagi, Lo ikhlasin kepergian orang-orang yang Lo sayang dan cari kebahagiaan yang baru." Elden tersenyum kecil sambil mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. "Thanks ya Vin, walaupun Lo bobroknya nauzubillah dan berkelakuan kayak Dajjal, Lo tetap yang terbaik menurut gue!" Kekeh Elden sambil menjitak kepala Vino. "s****n! Kelakuan Lo gak jauh beda dari gue, nyadar dong kambing!" Elden dan Vino tertawa terbahak-bahak hingga membuat beberapa orang yang lewat keheranan melihat tingkah Vino dan Elden dan menatap aneh ke arah mereka namun sama sekali tidak dipedulikan oleh kedua cowok b****k itu. *** Share cerita ini ke teman-teman kalian ya! Dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN