“Kita ngapain di sini Mas, bukannya Mas harus ke rumah sakit. Kenapa kita ke kafe?” Asiyah jadi bingung, Adam malah membawanya ke sebuah kafe mewah. Kini, Asiyahduduk tak tenang melihat Adam yang hanya diam saja. Adam memutarkan badannya, menoleh menatap Asiyah di sampingnya. Kini wajah mereka sejajar. Adam tahu, Asiyah pasti tak mengerti. Ia meraih tangan Asiyah yang memilin satu sama lain, menggenggam dan mengelusnya dengan lembut. Asiyah tertegun. Kenapa Adam menggenggam tangannya? Tumben sekali. Tak dipungkiri ada rasa nyaman saat tangan hangat itu mengelus jemarinya dengan lembut. “Asiyah, dengarkan baik-baik! Ini sudah waktunya kamu mengambil keputusan. Dan saya yakin kamu akan memilih untuk kebahagiaanmu bukan? Jangan pernah ragu dengan pilihanmu. Tentu saja, saya akan menuruti