Ide Gila

1046 Kata
"Tiap hari nongkrongin rumah Jendral, nggak malu sama seragam dinas lu?" Jika orang lain yang berkata demikian bisa di pastikan orang tersebut akan mendapatkan dampratan dari Sabda Brawijaya, namun yang berucap demikian adalah seorang Sara Amaranti, seorang yang sudah Sabda kenali sebagai wanita bermulut pedas dan sarkastik, wanita yang Sabda kenal bahkan dari mereka duduk dengan seragam putih biru SMP. Terkadang Sabda atau orang lainnya yang mengetahui jika Sara adalah kakak dari Raya pasti akan terbelalak tidak percaya. Ya, banyak orang tidak percaya jika mereka adalah saudara satu Ayah melihat betapa berbedanya sifat mereka. Ibarat kata antara Sara dan Raya mereka adalah bawang merah dan bawang putih dalam kehidupan nyata. Sara si bawang merah yang judes, sarkas, dan sangat menyebalkan, sedangkan Raya adalah bentuk sempurna seorang wanita Yudhayana yang lemah lembut dan anggun. Mendapati Sara berujar dengan sangat tidak ramah di telinga Sabda kali ini bukanlah hal yang pertama untuk Sabda, awalnya Sabda sangat terganggu dengan sikap sarkas Sara yang sangat berbeda dengan sikap Sara saat sekolah dahulu, sikap yang seketika berubah saat Sabda datang ke rumah Yudhayana sebagai kekasih Raya, dan sikap sinis tersebut semakin menjadi saat akhirnya Sabda bertunangan dengan Raya. Satu hal yang bisa di simpulkan Sabda, perempuan yang kini rambut panjangnya di ikat kuncir kuda tersebut membenci Raya dan segala hal yang berkaitan dengan kekasih Sabda tersebut, itulah sebabnya Sabda juga kecipratan benci seorang Sara. Padahal seingat Sabda, pria tersebut sama sekali tidak pernah membuat masalah dengannya. Sabda ingin tidak peduli terhadap sikap Sara, namun lambat laun sikap defensif perempuan seusia dengannya tersebut mengganggunya dan membuatnya tidak bisa diam lagi. "Mau sampai kapan sih lu nggak rukun sama keluarga lo sendiri. Lo nggak kepengen hidup nyaman rukun sama Bokap Nyokap adik Lo sendiri." Sabda tahu ada batasan yang tidak boleh di langgar saat berbicara dengan seseorang, namun Sabda mengabaikan hal tersebut karena kekesalannya pada Sara benar-benar sudah berada di puncaknya. Dan sama seperti Sabda yang muak dengan tingkah Sara yang menurutnya sangat kurang ajar, Sara pun merasakan hal yang sama seperti yang di rasakan Sabda, jika orangtuanya saja tidak bisa mendebat Sara, Sabda pikir dia bisa menggurui Sara? Hidup satu atap dengan manusia pengkhianat seperti Papa dan juga Ibu tirinya saja Sara bisa, lalu Sabda dengan tololnya hendak mengajarkannya untuk sabar dan menerima keadaan? Dengan rasa muak yang sudah sampai di puncaknya Sara mendekati Sabda, menusuk dengan kuat d**a calon adik tirinya tersebut kuat-kuat, selain karena Sabda adalah kekasih Raya, seragam yang di kenakan Sabda adalah sumber kebencian Sara, Sara benci sosok yang serupa dengan Papanya, sosok berseragam yang semena-mena seolah mereka adalah penguasa dunia. "Jangan mengguruiku soal apapun jika kamu tidak tahu apapun soal orang yang hendak kamu gurui, Sabda! Aku sudah cukup muak melihatmu wira-wiri di rumah ini seperti pengangguran di bandingkan seorang Pama, dan jangan menambah ketidaksukaanku kepadamu menjadi semakin banyak!" Untuk terakhir kalinya Sara melayangkan tatapan tajam penuh peringatan kepada calon adik iparnya ini sebelum akhirnya Sara beringsut mundur, berlalu menuju motor matic yang sangat murahan di bandingkan mobil mewah orangtua dan adik tirinya. Jika ada orang yang perlu di nasehati Sabda, maka orang itu adalah calon mertua pria tersebut. Sungguh, dunia yang sangat memuakkan untuk seorang Sara Amaranti. Andaikan saja ada keajaiban di dunia yang serba tidak adil ini, maka satu hal yang di inginkan Sara, yaitu pergi sejauh mungkin dari rumah dan orang-orang yang di sebutnya keluarga, ya, pergi sejauh mungkin dari orang-orang yang sudah membuatnya begitu membenci dunia ini. Namun sayangnya dunia adalah tempat di mana segala sesuatu yang tidak di inginkan Sara justru terjadi, setelah seharian ini hidup Sara sebagai seorang design interior berjalan dengan sangat nyaman, bertemu klien yang tidak banyak mau, pergi ke studio melihat perkembangan beberapa furniture yang di pesannya, sebuah kabar yang sangat tidak mengenakan justru di dapatkan Sara saat dia kembali ke kantor dari temannya Rachel, bukan sekedar teman kantor Rachel juga merupakan teman dari jaman sekolahnya dulu hingga kuliah dan kini menjadi rekannya di kantor. "Reuni nanti malem full team, asyik banget dah, jarang-jarang 28 orang bisa kumpul barengan. Emang de best banget dah si Randi bisa bujukin semua, calon suami gue emang top markotop dah." Sara yang baru saja kembali dari pengapnya studio dan sedang menenggak air dingin seketika menyemburkan air yang baru di minimnya seketika. Tentu saja apa yang di lakukan Sara ini membuat Rachel bergidik jijik dengan cipratan air dari mulut Sara. "Apaan sih lu!" Mengabaikan Rachel yang mencak-mencak Sara mengguncang tubuh sahabatnya tersebut dengan keras, wajahnya memperlihat ketidaksukaan yang sangat kentara. "Please, bilang sama gue kalau lo lagi becanda! Gue nggak mau ketemu sama Sabda, sumpah gue muak liat dia saban hari di rumah sama anaknya si Sundel, jangan juga di reuni kali ini dia ikutan juga, Chel. Apalagi sampai di bawa si pilingces, sumpah gue nggak sudi!" Rachel yang terkejut dengan tingkah Sara yang seperti orang kesurupan hingga nyaris mencekiknya tentu saja sontak menjambak rambut ekor kuda dari Sara tidak kalah beringas. "Apa-apaan sih lu, Ra! Enak aja main cancel reuni kita, gue sama Randi udah susah payah ngumpulin kalian semua biar gue bisa ngasih undangan kawinan kita berdua langsung ya ke kalian, Lo juga kudu jadi Bridesmaids gue, jadi nggak ada acara mangkir-mangkir segala." Sara ingin membalas ucapan Rachel, sayangnya Rachel yang sudah berkacak pinggang dan merepet dengan gaya emak-emak merepet tidak berhenti membuat nyali Sara menciut seketika, akhirnya yang bisa Sara lakukan hanya pasrah mendengar Rachel yang seringkali mendumal hingga kemana-mana. "Apalagi alasan nggak mau ketemu sama adik tiri Lo! Cuihhh, najis!! Kenapa juga Lo mesti ngehindar dari dia. Kalau gue jadi Lo gue bakal rebut si Sabda dari adik tiri haram jadah Lo itu buat balas dendam rasa sakit hati Nyokap di masalalu. Emaknya ngerebut Bokap Lo, dan Lo balas impas dengan rebut si Sabda dari si Raya! Toh, di lihat kanan kiri, depan belakang, atas bawah, Lo jauh lebih cakep dari adik tiri Lo!" Mendengar bagaimana gilanya pemikiran seorang Rachel membuat Sara menggeleng-geleng pelan tidak habis pikir dia bisa bersahabat dengan manusia unik nan licik seperti Rachel ini. Karena percayalah, sekalipun Sara membenci Raya dan ibunya hingga ke sumsum tulang, Sara masih memiliki otak untuk tidak melakukan hal tersebut, karena prinsip seorang Sara adalah dia yang tidak sudi memiliki segala hal yang menjadi milik adik tirinya. Itu terlalu menjijikkan untuk Sara sekalipun itu adalah ide balas dendam paling indah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN