"Ra, kamu nangis?" Pertanyaan dari pemilik suara bariton berat ini membuatku dengan cepat menghapus air mataku yang menggenang, sangat memalukan untukku karena harus Sabda yang melihatku menangis, kenapa juga harus dia yang melihatnya di saat ada jutaan manusia di bumi ini? Sungguh aku sangat benci terlihat lemah di mata orang lain apalagi jika orang itu adalah orang yang sangat tidak aku sukai. "Nggak, siapa juga yang nangis. Nggak bisa bedain apa orang nangis sama orang kelilipan?" Ujarku ketus sembari berusaha melepaskan cengkeraman tangannya di lenganku, tidak tahu apa yang merasuki Sabda, tapi aku tidak suka skinship dengannya, membayangkan tangan tersebut pernah di gunakan untuk menggenggam tangan Raya membuatku bergidik sendiri. Sayangnya Sabda yang aku kira sudah sangat menyebal