Mobil itu melaju dengan tenang meninggalkan pelataran rumah sakit. Sebelumnya, Annelis sudah berpamitan dengan Sera dan meminta gadis itu untuk menggantikan dirinya menjaga Ziyan. Lagi pula, dia yakin Sera akan menjaga Ziyan lebih baik darinya mengingat gadis itu begitu mencintai sosok Ziyan. Annelis menghela napas, gadis itu mengamati jalanan Bandung yang sudah beberapa pekan ini tidak dia lihat lagi. Rasanya de javu. Dulu, ketika masih kecil dia sering sekali berlarian di pinggir jalan, bersama mamanya. Tetapi semua itu seakan terenggut oleh kematian. Semesta tidak mengizinkan dia untuk bisa terus bersama sang mama. Sekali lagi gadis itu menghela napas. “Apa kamu yakin Ziyan akan baik-baik saja ketika ditinggal begini?” tanya Aarav basa-basi. Dia melirik Annelis. “Bahkan sebelum sa