34. Senyum Penuh Tanda Tanya

1756 Kata

                Aku menarik napas panjang, lalu kehembuskan perlahan. Kuulangi berkali-kali, sampai merasa lebih tenang. Yang akan ‘berjuang’ itu Mas Arfa, tetapi kenapa aku yang sepertinya lebih deg-degan?                 Sejak semalam, aku sudah sulit tidur. Aku terus kepikiran bagaimana kalau hanya Nisa yang menyukai Mas Arfa, sementara orang tuaku tidak? Apalagi Ibu sudah jelas menyebut nama laki-laki lain.                   Duh!   “Ayo, naik!” ketika ada tangan yang menggenggam tanganku, rasa gugup itu perlahan hilang. “Iya...”                 Aku dan Mas Arfa segara naik pesawat, dan langsung mencari tempat duduk begitu sudah di dalam. Setelah ketemu, aku memilih untuk duduk di dekat jendela. “Nda, kayaknya kamu dari tadi nggak fokus, ya?” tanya Mas Arfa beberapa saat kemud

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN