33. Tak Terduga

1881 Kata

                “Nana! Akhir minggu ini lo ngajuin cuti, ya?” Venti yang katanya mau ke ruangan Mas Rifqi, pulang dari sana langsung heboh. “Iya, Ven, sekali-kali. Kan jarang juga, aku ambil jatah cuti bulanan.” “Na, serius kamu ambil cuti besok? Mau mudik?” Tika yang juga baru datang dari luar, ikutan heboh dan berdiri di depan mejaku bersama Venti. “Heboh banget, sih, orang cuma kangen rumah.” “Tapi kan kamu habis pulang waktu kunjungan ke Solo sama Mas Rifqi.” Tika menatapku penuh curiga. Tika jelas berpikir aneh, karena dia tahu aku habis pulang. Dengan aku pulang lagi, itu artinya aku harus rela mengeluarkan ongkos pesawat, sedangkan dia tahu kalau aku sering perhitungan untuk urusan yang satu itu. Tidak hanya aku sebenarnya, dia pun begitu. “Udah kangen aja, nggak tahu kena

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN