31. Bukan Sidang

1787 Kata

                “Kalian mau terus diam aja kaya gitu?” Suara Bu Ivi menginterupsi. Tangan Mas Arfa yang menggenggam tanganku, kembali mengerat.  “Fa, jangan diam aja. Mama udah beri kepercayaan penuh ke kamu, harusnya kamu bisa dong, jelasin semuanya.” “Memang bisa, cuma bingung mulai dari mana.” Mas Arfa akhirnya menjawab. Dari tadi Mas Arfa banyak diamnya, padahal harusnya mudah baginya menjelaskan semuanya. Karena memang, tidak terjadi apa pun di antara kami berdua. Entah apa yang ada di pikiran Mas Arfa saat ini, tetapi dari tadi aku terus merasakan tangannya melonggar dan mengerat beberapa kali. “Kalian pacaran?” itu suara Ayah Mas Arfa, maksudku Pak Ravi. “Iya.” Mas Arfa langsung menjawab tanpa ragu. “Mama masih nggak ngerti kenapa kamu pilih sembunyiin pacar kamu di sini,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN