Aku mengembuskan napas lega begitu tiba di Jakarta. Akhirnya, dua hari terlewati dengan baik-baik saja, juga dengan perasaan yang sedikit berbeda. “Na, kamu pulangnya naik taxi juga, kan? Nanti ongkosnya jangan lupa masukin laporan pengeluaran selama kita pergi.” Aku buru-buru menggeleng. “Saya mau dijemput teman, Mas. Hehe.” “Oh ya? Nggak naik taxi berarti?” Aku kembali menggeleng, dan Mas Rifqi mengangguk paham. Tak berselang lama, tiba-tiba ada yang memanggilku. Senyumku langsung mengembang begitu melihat siapa yang saat ini datang menghampiriku, mengenakan jaket hitam, juga masker berwarna hitam. “Dia teman kamu?” “Iya, Mas. Saya duluan, ya...” Aku segera berlari menghampiri Mas Arfa dan langsung menariknya menjauh, sebelum Mas