"Wah-wah calon menantu saya datang rupanya, Gibran." Itu sungguh sapaan yang sama sekali tak mau di dengar Hamas. Lelaki itu membalik badan ketika mendengar suara pintu terbuka. Orang yang dicarinya muncul tapi tidak sendirian. Kedua tangan Hamas terkepal. Ingin sekali ia menghajarnya. Tapi ia hanya diam sambil menahan emosi. Matanya menatap tajam pada lelaki yang tersenyum ke arahnya. Tampak tulus sekali padahal wataknya tak lebih dari ular berbisa yang sedang bersiap-siap menerkam mangsanya. Sungguh mengerikan sekali. "Oh? Dengan dia, Pak?" tanya lelaki yang terlihat jauh lebih muda dibandingkan Bakrie, sang Menteri Kesehatan. "Papa!" "Ah ya, ada anak Papa rupanya," ucapnya pura-pura terkejut. Padahal ia sendiri yang memintanya untuk datang dengan cepat ke sini. Tak disangka, Nisa