Apakah ia harus bersyukur? Melihat Mamanya duduk di meja makan bersama Papanya pagi ini? Keduanya menyambutnya dengan senyuman seolah tak ada apapun yang terjadi semalam. Hamas hanya bisa menatap keduanya dengan tatapan nanar dari tangga. Ia sama sekali tak bahagia karena apa? Karena dari semua kejadian ini, ia merasa menjadi tumbal. "Mama bikin nasi goreng kesukaan kamu, Hamas. Duduk, nak." Hamas hanya bisa menghela nafas. Ia tak berbicara sedikit pun jika memang hanya ini yang diinginkan kedua orangtuanya. Menyelamatkan keduanya dari petaka tapi ia harus menandatangani surat petaka. Bayangannya sudah sangat jauh. Ia takut benar jika surat itu akan menjadi nyata. Usai sarapan pagi yang hening, Hamas pamit. Ia memang harus kembali ke kampus. Ia harus kembali menyusun rencana baru. Mes