Setelah Neola memerintahkan untuk melakukan pertandingan hidup dan mati, mau tak mau para rakyat terpaksa melakukan sesuai keinginan Neola. Mereka mulai bertarung dengan sekuat tenaga untuk tetap hidup dan menjadi pemenang.
Satu demi satu para rakyat mati ditangan teman mereka sendiri, sedangkan Neola yang menyaksikan hal itu malah terlihat gembira dan terhibur, namun tidak dengan Eren, ia tak sanggup melihat pemandangan tak mengenakkan itu, karena hal yang dilakukan mereka akan berakhir dengan sia-sia.
Tak terasa sore hari telah tiba, dan pertarungan terakhir baru saja telah usai, para pemenang yang masih bertahan hidup itu segera berkumpul di hadapan Neola.
"Yang Mulia, kami telah melakukan apa yang anda perintahkan, kami juga telah mengotori tangan dengan membunuh orang-orang tak bersalah, saya di sini ingin menagih janji anda, yang akan memulangkan kami ke keluarga masing-masing," ujar salah seorang pemuda mewakili yang lainnya.
Neola berdiri dari tempat duduknya, ia mengambil pisau kecil dari dalam saku dan ia melemparkannya tepat di kepala pemuda itu, yang menyebabkannya terjatuh dan mati seketika.
"Hah, apa katamu, memulangkan kalian? Aku tak pernah ingat membuat janji seperti itu pada kalian,” ucap Neola dengan ringan, sembari memalingkan pandangannya.
Sontak mendengar hal itu membuat para Rakyat meresa dibohongi olehnya, tapi tidak dengan Eren sebab ia telah menduga, bahwa Neola akan mengatakan hal itu, itu sebabnya ia berpikir apa yang dilakukan para rakyat akan menjadi sia-sia.
"Tidakkah kau malu dengan posisimu sebagai raja? Kau lebih mirip iblis jahat ketimbang menjadi raja," teriak seorang pria dari belakang yang meresa kecewa telah dibohongi.
"Benar, kau hanyalah iblis yang tak memiliki hati nurani," himbuh seseorang.
Mendengar hal itu Eren menggelengkan kepalanya, ia merasa kasihan dengan mereka.
Neola yang meresa tersinggung segera membunuh mereka berdua dengan segera, kali ini ia tak membunuh dengan pisau, ia membunuh mereka dengan sihir api yang dapat membakar target mereka dengan cepat. Tak perlu waktu lama untuk membuat orang-orang yang berani menentang raja tirani itu menjadi hanggus terbakar.
"Aku memanglah iblis yang tak memiliki hati, aku akan melakukan apa yang ku mau, jika kalian ingin menghentikan ku, maka cobalah saja," hardik Neola.
Mereka yang tadinya terlihat marah menjadi ciut setelah melihat kekuatan dari Neola.
"Lihat lah apa yang bisa kalian lakukan? Seorang b***k akan tetap menjadi b***k pada akhirnya,” himbuh Neola, tak berhenti sampai di situ, Neola juga menolok-olok dan merendahkan mereka dengan hinaan yang amat pedas.
Setelah puas mengejek, Neola segera pergi meninggalkan aula latihan itu dan menuju kamarnya. Sedangkan Eren masih di sana untuk membatu menguburkan para rakyat yang telah gugur dalam pertarungan tadi.
Selama menguburkan mayat-mayat mereka yang telah mati, ia memikirkan untuk segera pergi dari Wilamangun, setelah menyaksikan sendiri kekejaman yang dilakukan Neola. Sebenarnya dengan ilmu beladirinya, Eren bisa saja untuk kabur sendiri dari Wilamangun, namun ia takut ayahnya malah akan dihumum menggantikan dirinya yang seorang penghianat.
Di malam harinya setelah Neola makan malam, ia mengundang Eren untuk menghadap padanya, ia menanyakan perihal tugas yang telah lama ia berikan padanya, untuk segera mencari dan menangkap para rakyat Wilamangun yang telah kabur.
"Aku telah memberimu cukup waktu untuk menyelidiki kemana perginya para warga yang kabur dari Wilamangun, apakah kau telah mendapatkan informasi mengenai mereka?" Tanya Neola sembari memegang gelas berisikan anggur.
"Maafkan hamba Yang Mulia, tapi saya masih belum bisa melacak keberadaan mereka,” jawab Eren dengan cepat.
Sebenarnya Eren telah mengetahui keberadaan dari mereka yang berada di perbatasan antara Narayana dan Janardana, namun ia terpaksa untuk berbohong guna menyelamatkan nyawa para warga yang kabur itu. Karena ia tahu apa yang akan dilakukan oleh Neola jika mengetahui informasi tersebut.
"Hah, aku sedikit kecewa padamu, akhir-akhir ini kinerjamu kurang dapat memuaskan ku,” desis Neola.
"Maafkan hamba, saya akan berusaha mencari informasi lebih keras lagi." Eren berpura-pura untuk mencari, walau ia sudah mengetahui posisi para warga itu.
Neola yang masih kecewa dengan Eren menyuruhnya untuk pergi. Eren segera meninggalkan ruangan itu, di saat ia keluar, ia berpapasan dengan Daru yang rupanya juga dipanggil oleh Neola untuk menghadap.
"Salam untuk Panglima,” sapa Daru.
"Selam juga untuk Mentri Daru," tampak jelas bahwa ia sangat tidak suka dengan Daru yang licik, tapi ia berusaha untuk menyembunyikannya.
"Apakah Yang Mulia juga memanggil Anda?" Tanya Daru.
"Ya, aku baru saja dari aula singgasana dan akan kembali ke kamarku."
"Apa yang membuat Anda dipanggil oleh Yang Mulia." Daru berusaha untuk mencari tahu tentang dipanggilnya Eren ke aula singgasana.
"Tidak apa-apa, bukan masalah penting," ia tak ingin masalah warga yang kabur diketahui oleh Daru, karena ia yakin, tak ada hal baik yang terjadi jika Daru mengetahuinya.
"Aku akan pergi jika tidak ada keperluan lagi."
"Ohh iya, silahkan." Daru mempersilahkan pria itu untuk pergi, senyuman liciknya kembali terpampang di wajah bulatnya setelah Eren melewati dirinya.
Daru kemudian masuk ke ruang aula singgasana, di sana Neola telah menunggu kedatangannya.
"Salam Yang Mulia."
"Apa yang membuat hamba dipanggil menghadap, Yang Mulia," tambah Daru.
"Aku ingin mendiskusikan tentang pemasukan dari tambang emas bulan ini, penghasilan dari tambang bulan ini sangat menurun drastis karena kelangkaan dari emas yang kian sedikit, aku ingin mendengar pendapatmu tentang masalah ini.”
"Masalah ini memang sangat serius, tapi tenang saja, saya telah memikirkan sebuah rencana Yang Mulia." Sembari menggesekkan kedua tangannya Daru berusaha menenangkan.
"Apa rencanamu?"
"Saya akan menyuruh prajurit Wilamangun untuk menyamar sebagai bandit dan merampas kereta dagang milik Kerajaan Maurya." Daru menceritakan semua rencana busuknya.
"Tapi apakah itu tidak berbahaya? Kereta dagang milik Maurya akan dijual pada Kerajaan Janardana, dan untuk saat ini jika kita bermusuhan dengan Janardana sama saja mencari kehancuran," walau Neola adalah raja yang acuh pada rakyatnya tapi ia masih bisa menggunakan otaknya untuk berpikir.
"Tak apa, kita bisa mengkambing hitamkan pada rakyat yang kabur dari Wilamangun sebagai dalih bahwa mereka beralih profesi sebagai bandit dan kita tidak perlu mengambilnya dalam bentu logam, karena kita akan mengambilnya ketika telah terjual berupa uang." Daru mengutarakan semua rencananya pada dengan detail.
“Benar juga apa yang kau katakan, aku tidak berpikir sampai ke situ.”
Pada benua Alamarya terdapat lima kerajaan, masing-masing dari kerajaan memiliki kondisi alam mereka sendiri-sendiri.
Pada bagian Utara terdapat Kerajaan Sekandi, Sekandi adalah kerajaan yang hampir semua daratannya tertutupi oleh salju tebal. Sekandi dipimpin oleh raja bernama Shiba, ia adalah sosok raja yang adil terhadap rakyatnya, namun sayang, ia memiliki sifat separatis pada Kerajaan lain. Terutama pada Kerajaan Janardana, mereka terus menerus saling berselisih.
Di bagian Barat terdapat Kerajaan Janardana, Janardana memiliki tanah yang cukup subur, tapi pemasukan utama dari kerajaan Janardana adalah dengan menjual hasil peralatan militernya, sudah tak heran lagi karena leluhur mereka adalah para penempa besi yang handal. Janardana bermusuhan dengan Sekandi dan menjalin hubungan dagang oleh kerajaan Maurya.
Dari bagian Timur ada kerajaan Maurya. Kerajaan ini jugalah yang menjadi tempat asal-muasal dari Ankara dan Jyotika. Maurya memiliki tambang logam yang melimpah, tapi mereka tak bisa mengolahnya sendiri dan menjualnya pada Kerajaan Janardana. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja bernama Arya, ia adil dan bermatabat tinggi,
Dan di bagian tengah benua, terdapat kerajaan yang di apit oleh keempat kerajaan yang lain, ialah Wilamangun. Sebagian besar tanah Wilamangun adalah gurun pasir yang tandus, Wilamangun juga menjadi kerajaan termiskin diantara kelima kerajaan di benua Alamarya.
Sedangkan di bagian Selatan terdapat kerajaan Narayana. Berbeda dengan yang lain, Narayana adalah satu-satunya kerajaan paling subur dan memiliki kekayaan alam yang tak tertandingi, dengan ditambah kepemimpinan Riwandra menjadikan Narayana sebagai kerajaan adidaya yang tiada tanding.
Tujuan dari Daru adalah menjarah hasil tambang dari Muarya yang akan dikirim ke Janardana melewati Lembah Jagan, Lembah jagan sendiri adalah wilayah yang masih masuk ke dalam Wilamangun.
"Tapi hal itu tidak bisa kita lakukan dalam jangka waktu lama, semakin lama kita bermain api, bisa saja api itu membahayakan kita." Raja tirani itu berkata.
"Kita memang tak bisa melakukan rencana ini untuk jangka panjang, namun jika kita melakukan ini sesekali, itu memungkinkan kita untuk menutup anggaran Wilamangun." Tak habis-habis ide mentri keuangan Wilamangun itu.
"Benar juga apa yang kau katakana, kita bisa mendapatkan banyak keuntungan besar hanya dari menjarah. Tak sia-sia aku melantikmu menjadi Mentri keuanganku." Neola memuji mentrinya itu, terlihat Neola setuju dengan rencana licik miliknya.
"Terima kasih atas pujiannya Anda, Yang Mulia."
Karena pastinya penjagaan uang hasil dagangan itu akan dijaga oleh orang banyak dan kuat, karenanya Neola menyuruh Eren untuk memimpin jalannya rencana ini. Keesokan harinya setelah menyetujui rencana Daru, ia meminta Eren untuk menemuinya guna membahas masalah ini.
Awalnya Eren tidak setuju dengan rencana ini, yang juga ditentang oleh Petra, Petra dan Eren mencoba memberikan solusi yang lebih baik dan tidak beresiko tinggi, namun perkataan mereka tidak dihiraukan oleh Neola. Tak ada yang bisa menghentikannya karena ia sangat keras kepala.
Mau tidak mau Eren mematuhi perintahnya. Di hari yang telah ditentukan yakni ketika malam bulan purnama, kelompok dagang Maurya selalu melewati Wilamangun, untuk kembali dari Janardana ke Maurya setelah berhasil menjual hasil tambang mereka kepada Janardana.
"Kau hanya perlu memakai topeng penutup wajah dan ambil semua uang dagangan itu di kereta kuda mereka, kau bisa langsung pergi setelah mendapatkan uangnya," titah Neola.
Singkatnya, pada malam bulan purnama Eren dan beberapa prajurit memulai aksi mereka, ia dan prajuritnya mengenakan pakaian serba hitam dengan topeng penutup wajah. mereka tampak sedang menunggu di Lembah Jagan sesuai yang telah Daru rencanakan.
Dan benar saja, beberapa jam setelah mereka menunggu, datang rombongan dari arah Jarnardana yang hendak munuju Maurya.
"Mereka telah tiba Panglima," ucap salah seorang prajurit.
"Bukankah aku telah bilang untuk tidak memanggilku dengan nama?"
"Maaf, saya lupa," jawab prajurit itu.
Segera setelah rombongan itu memasuki Lembah Jagan, Eren dan prajuritnya menghadang mereka dengan berbagai macam senjata. Kemunculan orang-orang bertopeng membuat para rombongan kaget.
"Mau apa kalian, pergilah dari hadapan kami, jangan menghalangi jalan!" Ujar kusir kuda rombongan dengan lantang.
"Berikan sebagian dari hasil penjualan logam itu, dan kami akan membiarkan kalian lewat," sahut Eren yang masih mengenakan topeng.
"Omong kosong macam apa yang keluar dari mulut busukmu itu," bentak seorang pria. Ia mengenakan pakaian dari Kerajaan Maurya yang diduga adalah pemimpin rombongan sekaligus penjaga yang ditugaskan.
"Kami telah memperingatkanmu tapi tak kau hiraukan, jangan salah kami jika sabagian dari kalian akan pulang hanya membawa nama," ancam Eren.
"Kami tak takut dengan ancaman receh milikmu, pasukan bunuh mereka yang menghalangi jalan kita, mereka hanya sebelas orang, kita menang dalam hal jumlah," teriak pemimpin rombongan pada anak buahnya.
Eren sebenarnya tak ingin ada seorang pun mati dalam tugas ini, baik di pihaknya mau pun di pihak lawan, maka dari itu ia mencoba mengancam mreka, tetapi rombongan itu tak takut dengan ancaman yang diberikan oleh Eren, dan pertempuran pun tak terelakkan.
Para prajurit dari masing-masing kubu saling berhadapan, sedangkan Eren menghadapi pemimpin rombongan, ia bertarung dengan sengit, ia sedikit kesusahan karena ia sedikit dirugikan dalam pertarungan itu.
Sumber kekuatan sihir Eren adalah matahari, ia akan semakin kuat jika matahari tepat berada di atas kepala, namun pada malam harinya ia tidak bisa menggunakan sihirnya sama sekali.
Tetapi bukan berarti ia akan kalah, ia masih bisa menggukan ilmu beladiri, ia bisa bertarung dengan imbang oleh pemimpin rombongan yang menggunakan sihir dalam pertarungan itu. Oleh sebab itulah gelar Panglima Perang melekat pada dirinya.
Lama kelamaan Erenlah yang menguasai jalannya pertarungan, sadar akan kekalahannya pemimpin rombongan meminta salah seorang prajuritnya untuk membantu. Tapi itu sia-sia karena tak mengubah situasi apa pun.
"Lebih baik kau menyerahkan sebagian hasil dari penjualan itu padaku dan aku akan melepaskanmu hidup-hidup," saran Eren sambil menghindari sihir.
"Lebih baik aku mati di sini dari pada aku hidup yang nantinya akan menanggung malu di hadapan Raja Arya." Pemimpin pombong masih kukuh dalam pendiriannya.
Tak berselang lama Eren berhasil menusuk dadanya dan tepat mengenai jantung dari pemimpin rombongan, yang menyebabkannya mati. Melihat pemimpin mereka telah berhasil dibunuh, dua orang prajurit dari Maurya kabur berlari meninggalkan kereta kuda beserta isinya.
"Kejar mereka!" Teriak prajurit.
"Tak usah, kita telah mendapatkan apa yang Yang Mulia inginkan, tak perlu lagi mengejar mereka.”
"Baik, Panglima."
Ia segera menghentikan prajuritnya yang hendak mengejar, tujuannnya bukanlah membantai dan membunuh, tapi merampas harta hasil penjualan logam. Ia mengambil harta rampasannya dan menyuruh prajurit yang masih hidup untuk menguburkan mayat-mayat yang telah gugur dalam pertarungan itu.
"Kuburkan mayat-mayat prajurit yang telah gugur dengan layak."
Dalam pertempuran itu memakan banyak korban, dari Eren sendiri prajuritnya telah gugur tujuh orang dan hanya menyisakan dua untuk kubu rombongan. Ini mungkin kemenangan Basar bagi dirinya, namun ia tak senang dengan kemenangannya itu. Ia sangaat sedih dan merasa bersalah atas kematian orang-orang tak bersalah, terutama pada pemimpin rombongan.
"Maafkan aku, kau harus mati di sini, kau adalah kesatria yang hebat," ucap Panglima Perang itu pada mayat pemimpin rombongan, ia menggotong mayatnya dan menguburkan dengan tangannya sendiri dengan layak.
Setelah menguburkan mayat, fajar tiba dan Eren pulang ke istana Wilamangun dengan membawa kemenangan. Kepulangannya itu ternyata telah disambut oleh Neola, terlihat juga Daru dan Petra.
Neola yang telah menunggu di depan gerbang menyambutnya bak pahlawan karena berhasil menjalankan tugas dengan baik.
"Selamat datang Panglima Perang Wilamangun, aku bangga padamu, kau telah berhasil menjalankan tugasmu dengan baik." Sambut ria Neola.
Perubahan sifat Neola sangat membuat Eren tidak nyaman pasalnya beberapa hari yang lalu ia sempat kecewa dengannya karena masalah warga yang kabur dari Wilamangun.
"Maaf Yang Mulia, tapi saya kehilangan lebih dari setengah prajurit," tampak kekecewaan pada wajah pria itu, karena meresa gagal menjadi Penglima.
"Tak apa, para prajurit itu hanyalah batu loncatan dan mereka pasti bangga mati dalam tugasnyau" ucap ringan Neola. Ia seakan tak perduli berapapun jumlah prajurit yang mati yang penting adalah ia berhasil mendapat uang jarahan.
Betapa bodohnya ia berharap pada Neola.