Satu bulan telah berlalu, Sovia benar-benar melupakan Bima beserta keluarganya. Dia tidak ingin menambahkan beban hidupnya hanya karena tidak mendapatkan restu dari mamanya Bima. Mencintai Bima, itu yang masih ia rasakan, dan mungkin tidak akan pernah hilang rasa cinta untuk Bima.
Satu minggu yang lalu, Alesha dan keluarganya datang ke rumah eyangnya Sovia. Tidak Sovia sangka, Bima sudah melamar Alesha karena mamanya kekeuh ingin Bima menikahi Alesha, dan toga hari lagi adalah hari pernikahan Alesha dan Bima. Sovia tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena itu adalah keputusan mamanya Bima. Mau memberontak dan merebut Bima pun tidak akan pernah bisa.
Sovia hanya bisa pasrah dan menerima keadaan. Percuma saja bicara dengan Bima, toh tidak akan bisa merubah keadaan. Sakit hati Sovia membuat dirinya tenang. Ya, tenang. Tenang karena tidak menyakiti mamanya Bima lagi. Kalau dia menikah dengan Bima tanpa restu mamanya Bima, dia tidak akan tenang hidupnya, karena dia menyakiti mamanya Bima.
“Aku ikhals jika kamu menikahi Alesha, Bim. Ikhlasku karena aku sudha tidak menyakiti mamamu lagi,” gumam Sovia.
^^^
Alesha sudah siap dengan gaun putihnya. Ini adalah hari di mana dia akan menjadi seorang istri. Istri dari laki-laki yang sangat ia cintai, namun tak ada cinta di hati laki-laki itu untuknya. Aelsha sebenarnya tidak ingin menyakiti Sovia. Dia gagal membantu menyatukan Bima dengan Sovia. Itu semua karena mamanya Bima yang sakit, dan ingin Alesha menikah dengan Bima.
Tidak ada anak yang tega melihat orang tuanya sakit, dan tidak mungkin seorang anak menolak permintaan orang tuanya dalam keadaan sakit. Bima ingin menolak permintaan mamanya yang menyuruhnya untuk menikah dengan Alesha. Namun, melihat mamanya yang sakit seperti itu, Bima tidak tega menolak permintaan mamanya. Apalagi dia hanya memiliki satu orang tua kandung. Bima menerima permintaan mamanya untuk menikah dengan Alesha.
Bima sudah siap dengan jas putihnya. Dia duduk di tepi ranjangnya sambil menunggu semuanya siap, dan berangkat ke rumah Alesha. Bima memandangi foto Sovia yang ada di layar ponselanya. Sakit. Hanya itu yang Bima rasakan saat ini. Wanita yang ia cintai tidak bisa ia miliki karena terhalang restu dari mamanya.
“Maafkan aku, Sov. Aku tidak bisa melawan restu mama. Sejak malam itu, mama sakit, dan aku tidak berani menolak permintaan mama, Sov,” gumam Bima.
Bagas melihat saudaranya yang dari tadi menyembunyikan diri di kamar. Dia tahu bagaimana perasaan Bima saat ini. Akan menikah dengan wanita yang tidak dicintainya. Sungguh sangat menyakitkan hati.
“Bim, sudah siap? Semua sudah siap, tinggal berangkat ke rumah Alesha,” ucap Bagas.
“Seperti yang kamu lihat, siap tidak siap aku harus menikah dengan Alesha, kan?” jawab Bima.
“Aku tahu rasanya jadi kamu, Bim. Maaf sekali, aku tidak bisa membantumu untuk bersama Sovia. Aku tidak tega melihat mama seperti itu. Lihat, mama sekarang bahagia sekali kamu mau menikah dengan Alesha,” ucap Bagas.
“Iya, mama bahagia, Gas. Sangat bahagia, biarlah aku yang menderita. Menikah dengan wanita yang sama sekali tidak aku cintai,” ucap Bima.
“Mau bagaimana lagi, Bim. Mama tetap menginginkan kamu dengan Alesha. Kamu memaksa untuk tetap dengan Sovia pun, mama tetap tidak akan merestui kalian, dan mungkin mama nekat memisahkan kalian berdua. Aku pernah mendengar obrolan mama dan ayah, jika suatu hari mama tahu kamu menikah diam-diam dengan Sovia pun, mama tetap mau kamu menikahi Alesha,” jelas Bagas.
“Ya sudahlah, mau gimana lagi, semua jalan hidupku mama yang menentukan,” ucap Bima.
“Kita keluar ya, Bim. Kamu dah ditunggu semua orang di luar. Lagian akad kamu kan satu jam lagi, kita butuh beberapa menit untuk ke rumah Alesha,” ucap Bagas.
Bima keluar dari kamarnya bersama Bagas. Dia langsung di sambut mamanya di depan kamarnya. Riri menatap Bima dengan tatapan sendu. Ada sedikit rasa sesal, karena memakasakan putranya menikah dengan wanita yang tidak dicintainya. Tapi, dia juga tidak bisa merestui Bima dengan Sovia, karena sisa luka yang dulu masih sangat membekas di hatinya. Luka yang ditorehkan papanya Bima dan Bundanya Sovia, masih sangat melekat erat di hatinya.
“Maafkan mama, Nak. Mama memaksamu karena mama tidak bisa merestui kamu dengan Sovia. Melihat Sovia sama saja melihat penderitaan mama dulu saat papamu memilih bundanya Sovia. Maafkan mama.” Riri memeluk Bima dan menangis, karena dia sedikit menyesal sudah menghancurkan kebahagiaan Bima.
“Sudah, Ma. Aku tidak apa-apa. Yang penting mama sehat, jangan sakit lagi,” ucap Bima dengan menyeka air mata mamanya. Bima mencium kening mamanya. Dia begitu menyayangi mamanya, dan kali ini dia benar-benar tidak bisa menolak permintaan mamanya.
Alex melihat Bima sama seperti dirinya dulu saat akan menikahi ibunya Bagas. Pernikahan Alex dengan ibunya Bagas adalah permintaan dari kedua orang tuanya. Cintanya pada Riri tetap ia simpan, meski sudah ada ibunya Bagas di sisinya. Hingga dia bicara dengan ibunya Bagas ingin mencari Riri dan menikahinya, menjadikan Riri istri kedua.
^^^
Keluarga Bima sudah sampai di rumah Alesha. Bima berjalan di sisi ayahnya. Alex menepuk pundak Bima. Dia tahu apa yang Bima rasakan sama seperti apa yang dulu ia rasakan saat ia akan menikahi ibunya Bagas. Wanita yang dipilihkan orang tuanya.
“Ayah tahu perasaanmu, Bim. Kamu yang sabar, jalani apa adanya. Jalani peranmu sebagai suami, meski tidak ada rasa cinta sama sekali untuk Alesha. Kamu harus menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Tanggung jawab seorang laki-laki yang sudah menikah sangat berat. Pesan ayah hanya satu, kamu seorang suami, kamu harus memberikan hak-hak pada istrimu, meski kamu tidak mencintainya, jalani peranmu sebagai seorang suami,” tutur Alex.
“Iya, Yah. Terima kasih. Ayah yang selalu mengerti Bima dari dulu. Tapi, Bima pun tidak ingin menyakiti mama. Bima tidak mau melihat mama sakit karena Bima. Bima hanya mencintai Sovia, Yah. Tapi, Tuhan berkata lain, Bima harus menikah dengan Alesha, itu semua karena permintaan seseorang yang begitu berharga dalam hidup Bima, yaitu mama,” jawab Bima.
“Sabar, tenang, dan serahkan semua pada Allah. Kamu akan mendapatkan jalan yang terbaik. Lupakan Sovia perlahan, meski kamu sama sekali tidak bisa melupakan cintanya pada Sovia. Hargai perasaan istrimu, apalagi dia sangat mencintaimu, dan dia pun sangat menyayangi Sovia,” tutur Alex lagi.
“Insya Allah, Yah,” jawab Bima.
Bima duduk di sebelah ayahnya dan di hadapan penghulu. Sedangkan Alesha, Alesha masih belum keluar dari kamarnya. Dia masih bersama papa dan mamanya di dalam kamar. Dia ingin sekali menghentikan pernikahannya, tapi dia sangat menyayangi Mamanya Bima. Dia sudah janji pada mamanya Bima untuk menjadi istri Bima.
“Ma, Pa, Bima tidak mencintai Alesha, tapi Bima sayang sama Tante Riri. Mama dan papa tahu, kan? Selama mama dan papa di Jakarta siapa yang selalu baik sama Alesha? Tante Riri yang baik sekali sama Alesha. Tante Riri yang selalu menemani Alesha saat Alesha sakit dan sedirian di rumah. Tante Riri sangat baik dengan Alesha, Ma, Pa,” ucap Alesha.
“Lalu maunya kamu apa, Nak? Mau membatalkan acara ini? Harusnya kalau kamu masih ragu, jangan menerima lamaran Bima, Nak?” ucap Pak Teguh.
“Alesha mencintai Bima, Pa. Itu kenapa Alesha menerimanya. Mungkin Alesha sudah jahat dengan Kak Sovia, tapi Alesha tidak bisa menyakiti Tante Riri. Tante Riri sudah seperti mama Alesha sendiri, sedang Kak Sovia, dia pun sudah seperti kakakku sendiri. Alesha memilih Tante Riri, karena dia sudah seperti orang tua Alesha. Alesha tidak mau menyakiti orang tua Alesha,” jelas Alesha.
“Kalau ini sudah menjadi keputusan kamu, ya kamu harus jalani, Nak. Jangan seperti ini. Mama merestui kamu dengan Bima, karena kamu mencintai Bima, dan mamanya Bima sangat menyayangi kamu,” ucap Mama Maya.
“Sekarang, semua sudah seperti ini. Papa rasa Bima akan menerima kamu suatu hari. Bukan papa kejam, merelakan anaknya dinakahi laki-laki yang tidak mencintaimu, tapi papa lihat keseriusan Bima untuk menikahi kamu, meski dia terpaksa, karena mamanya yang memaksanya. Bima anak yang berbakti pada mamanya. Laki-laki yang menyayangi mamanya, pasti akan menyayangi istrinya, papa percaya itu. Kamu jangan takut, dan jangan merasa bersalah dengan Sovia. Lagian Sovia sudah merelakan kamu dengan Bima, karena itu untuk kebaikan mamanya Bima,” jelas Pak Teguh.
“Makasih, Pa. Papa memang papa terbaik untuk Alesha. Doakan Alesha, supaya bisa menjadi istri yang baik untuk Bima, meski tidak ada cinta di hati Bima untuk Alesha,” ucap Alesha.
“Ya sudah, sekarang keluar, Bima dan Penghulu sudah menunggu di luar,” ucap Pak Teguh.
Alesha menganggukkan kepalanya. Dia keluar bersama papa dan mamanya. Alesha berjalan dengan diapit kedua orang tuanya menuju ke tempat Bima yang sudah menunggunya. Mata Alesha terlihat sembab, tatapannya sendu, hatinya bergemuruh tidak karuan, karena akan menikah dengan seseorang yang tidak mencintainya.
“Aku memang menginginkan pernikahan ini. Menginginkan menjadi milik Bima satu-satunya. Tapi, itu nanti, bukan sekarang. Nanti kalau Bima sudah bisa mencintaiku, bukan seperti sekarang, Bima tidak mencintaiku, apa aku bisa hidup berdampingan dengan laki-laki yang tidak mencintaiku? Semua karena Tante Riri, aku menyayangi Tante Riri seperti aku menyayangi mama. Maafkan aku, Kak Sovia. Aku harus menikah dengan laki-laki yang kamu cintai, maafkan aku,” gumam Alesha.
Alesha duduk di sebelah Bima. Dia tidak menyangka hari ini dia akan melepas masa lajangnya dan berganti status sebagai istri Bima, laki-laki yang sangat ia cintai, namun tidak untuk Bima. Bima sama sekali tidak mencintainya.
Bima dengan lantang dan lugas mengucapkan ijab qobul di depan penghulu dan papanya Alesha. Semua saksi yang menyaksikan mengucapkan kata sah, saat Bima selesai mengucapkan ijab qobulnya. Hari ini, Bima dan Alesha sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
“Ini keinginanku, tapi apa aku sanggup menjalani pernikahan yang tidak ada cinta dari suamiku?” gumam Alesha.