Katanya jatuh cinta bisa membuat seseorang menjadi tidak masuk akal, menjadi pribadi yang berbeda, dan juga melihat segala sesuatunya lebih indah. Kemungkinan ini yang sedang terjadi pada Bulan. Dia bernyanyi-nyanyi riang sejak pagi meskipun dalam perjalanan ke kantor dihadang oleh hujan gerimis. Semua orang tahu bertemu gerimis di pagi hari dapat menjatuhkan semangat kerja Bulan.
Hari ini Bulan mengenakan jaket sport. Penampilannya terlihat keren. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai dengan cantik, tidak seperti hari-hari biasanya diikat ke belakang. Yunita yang menyadari perubahan penampilan Bulan telah mempersiapkan bahan ledekan.
"Selamat pagi, Cantik...," bisik Yunita dengan suara diberat-beratkan.
"Yun, nggak ada kerjaan ya?" Bulan tertawa.
"Habisnya gue lihat ada yang beda dengan lo. Ini pasti gara-gara Lios," kata Yunita dengan cengiran lebar.
Bulan tidak membantah juga tidak mengiyakan. Dia hanya menyalakan laptop sambil bersenandung riang.
"Yang sedang jatuh cinta mah beda ya? Langit mendung tapi suasana hatinya cerah banget," ledek Yunita.
"Apa sih? Emang mendung ya? Nggak lihat tuh." Bulan menjulurkan lidah.
"Cie cieee, di hati Bulan udah ada matahari. Eh, benar kan ya nama Lios berarti matahari?"
"Iya, benar. Ilios. Matahari." Bulan tersenyum.
"Kok bisa ya matahari dan bulan bersama. Kan menurut ilmu pengetahuan sekalinya matahari dan bulan ketemu yang terjadi adalah gerhana."
"Nggak ada hubungannya, Yun. Ibu guru banget sih lo." Bulan tertawa renyah.
"Hahaha loh, benar dong? Kalian menyebabkan gerhana di ...." Yunita melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang menguping, lalu melanjutkan, "di hati Johan...."
Tawa mereka berdua meledak.
"Jahat lo! Tapi benar juga sih. Gerhana." Bulan mengusap airmata yang keluar karena tertawa terlalu keras.
"Siapa suruh dia bertepuk sebelah tangan sama lo. Ya kan?" Yunita menyeringai.
"Ho oh. Biar ditolak gimana orangnya tetap aja nyosor. Mudah-mudahan kalau tau gue dekat sama Lios dia bisa menyerah." Bulan meringis.
Diam-diam Yunita juga berharap demikian. Jika Johan menyerah terhadap Bulan, setidaknya Yunita bisa mengakrabkan diri dengan lelaki itu. Meskipun tidak menjadi pacar, jadi teman dekat juga boleh.
"Dengar-dengar hari ini mau meeting. Cik Susan sama Pak Edward hadir," kata Yunita.
"Oh ya? Pasti soal event lagi."
"Mungkin." Yunita mengangkat bahu.
You&Me memang memiliki jadwal rutin mengadakan event wedding setiap enam bulan. Demi memantapkan fondasi sebagai perusahaan yang menjembatani vendor pernikahan dengan pasangan calon pengantin, You&Me tidak boleh terlihat statis. Karena dunia wedding adalah industri yang dinamis. Sepatah saja ulasan buruk dapat mempengaruhi masa depan perusahaan.
Selama ini Pak Edward selaku owner didampingi Cik Susan telah berhasil membawa You&Me bertahan di urutan teratas pencarian di dunia wedding organizer. Pelayanan yang diberikan You&Me mencakup banyak hal dari a sampai z. Ulasan terbaik pun selalu mengalir masuk ke website You&Me.
"Meeting jam berapa ya?" tanya Bulan.
"Pagi, kali," sahut Yunita yang sama-sama tidak tahu.
"Mudah-mudahan bukan sore," cetus Bulan.
"Kenapa? Ooohh mau nge-date lagi ya? Asyiknya yang punya pacar," ledek Yunita.
"Hahaha belum Yun, orangnya belum nembak gue jadi pacar."
Obrolan seru kedua wanita terhenti karena kedatangan Johan. Wajahnya tampak suram. Yunita melihat perubahan tersebut dan bertanya-tanya dalam hati, apa yang bisa membuat suasana hati Johan tidak baik?
"Nanti meeting jam sembilan," ucap Johan. Matanya tidak lepas dari wajah Bulan.
"Oke," sahut Bulan dan Yunita nyaris berbarengan.
Johan mengernyit, "Yun, gue mau ngomong sebentar sama Bulan."
Yunita paham. Maksud Johan adalah supaya dia menyingkir. Yunita pun kembali ke mejanya.
"Ada apa?" tanya Bulan dingin. Dia tidak suka dengan perilaku Johan yang bossy terhadap Yunita.
"Kemarin sore yang jemput lo siapa?" tanya Johan tanpa berbasa-basi sedikit pun.
"Kenapa? Bukan urusan lo, kan?" ketus Bulan. Matanya menatap Johan dengan berani.
"Gue mau tau, karena lo teman gue. Siapa yang tau apa maksud orang itu mendekati lo."
Bulan tertawa, "Jo, Jo. Itu urusan gue. Lo nggak berhak tau, apalagi ikut campur. Dia orang yang baik. Cukup?"
Johan membungkuk, jarak di antara mereka mengecil. Bulan merasa tidak nyaman dan menggeser kursinya mundur.
"Gue suka sama lo, Bulan. Gue peduli sama lo. Gue nggak mau—"
"Jangan ikut campur!" potong Bulan dengan galak. Kekesalannya sudah memuncak. Tadinya dia tidak ingin banyak berdebat, tapi karena sikap Johan tidak tahu malu akhirnya Bulan memutuskan untuk berbicara dengan keras.
"Bulan, gue berbuat demi lo...." Johan tidak menyerah.
"Apa perlu gue perjelas? Gue nggak suka sama lo. Paham? Seharusnya lo udah ngerti dari sikap gue selama ini. Gue menghindar karena gue nggak suka sama lo," tukas Bulan.
Johan menunduk kalah.
"Udah jelas kan? Sekarang biarkan gue kerja dengan tenang."
"Oke. Jangan menyesal dengan kata-kata lo." Usai berkata Johan pun pergi.
Bulan bergidik. Apa maksud kata-kata Johan?
Yunita yang berada di mejanya tidak dapat mendengar percakapan Bulan dan Johan, tapi dari ekspresi mereka berdua Yunita menebak pasti bukan pembicaraan yang baik.
Handphone Bulan berdenting. Ada pesan masuk dari Lios. Wajah Bulan seketika menjadi cerah.
'Hai, pagi. Udah di kantor?' begitu isi pesan singkat yang dikirim Lios.
'Pagi juga. Udah dong. Kamu? Baru bangun?' balas Bulan.
'Iya. Masih santai di kamar,' balas Lios.
'Oh, asyiknya....'
'Sore mau ketemu?' tanya Lios.
'Mau. Ke cafe lagi?'
'Iya. Lagumu udah siap?'
'Belum. Nanti kuingat-ingat dulu ya.'
'Oke.'
Berbalas pesan singkat dengan Lios merubah suasana hati Bulan seratus delapan puluh derajat. Mood yang barusan dihancurkan Johan kini kembali membubung tinggi.
Otak Bulan berputar, berusaha mengingat lagu-lagu kesukaannya. Bulan menyadari kalau dia sempat menyukai lagu-lagu dari band bernama Ten2Five. Mungkin Lios tahu.
'Kamu tahu lagunya Ten2Five?' Bulan mengirim pesan singkat pada Lios.
'Yang mana?' balas Lios.
'I will fly to you?'
'Nanti kamu nyanyi itu?'
'Tapi latihan dulu ya? Udah lama soalnya,' pinta Bulan.
'Oke, tenang aja. Aku juga perlu latihan kok.'
'Oke deh. Sampai nanti.'
'See you.'
Bulan melonjak kegirangan. Dia segera memasang earphone bluetooth dan mempelajari lagu. Bibirnya komat-kamit menghafalkan. Bahkan ketika atasan memanggil untuk meeting Bulan masih saja memutar ulang lagu tersebut.
Sementara itu di apartemen Lios...
Berkirim pesan singkat dengan Bulan membuat Lios bersemangat di pagi hari. Penampilan yang acak-acakan karena baru bangun tidur malah membuatnya terlihat seksi. Lios menguap lebar.
Tidak membuang waktu, Lios mencari lagu yang dimaksud Bulan di aplikasi online. Dia tahu lagu ini sempat populer bertahun-tahun yang lalu karena irama dan liriknya yang ear catching. Enak didengar. Lios dapat membayangkan Bulan menyanyikan lagu ini. Seulas senyum terkembang di bibirnya.
"Bulan yang cantik. Aku nggak sabar untuk mengungkapkan perasaan padamu...," bisik Lios pada dirinya sendiri.