Setelah beberapa saat menghabiskan waktu berdua dan menyelesaikan masalah dalam hubungan mereka. Tanpa mereka sadari, Keyla berdiri di samping mereka dengan tatapan terluka. Sangat menyakitkan menyimpan cinta dalam diam, namun jika di ungkapkan akan membuat mereka saling berjauhan.
"Lex, kita pulang yuk! Udah mau ujan, udah sore juga." ajak Keyla yang mungkin dengan cara itu, Alex dan Ara tidak selalu bersama.
"Ya udah ayo, ayo Ra!" Ucap Ara.
Drrrt...drrrt...
"Bentar Lex, ada telphone." Ucap Keyla.
"Yaudah angkat dulu aja," ucap Alex dengan tangan yang setia merangkul pinggang Ara.
"Hallo!"
"Apa ini dengan sodara Keyla?"
"Iya sa-"
BRUUGH..
"KEY!" Panggil Alex panik.
Dengan cepat Alex melepaskan rangkulanya pada Ara dan beralih pada Keyla, Ara menatap keduanya bingung.
"Key, kanapa? Siapa yg telphone lo tadi?" Tanya Alex dengan tangan memegang Keyla erat.
"Nenek Lex, nenek aku masuk rumah sakit." Tangis keyla pecah di dalam pelukan Alex.
"Lex kit-" ucap Ara tergantung.
"Kita harus ke rumah sakit Lex, kita harus ke sana!" Ucap Keyla memotong ucapan Ara.
"Ya udah kita ke sana sekarang!" Putus Alex, yang kemudian berlalu meninggalkan danau sekaligus Ara yang masih setia dengan tatapan tak percayanya.
Ara terdiam memandang Alex yang berlalu begitu saja.
"Alex, dia... dia lupain dan ninggalin gue gitu aja." Gumam Ara dengan senyum miris melihat keadaanya yang sangat menyedihkan.
••••
Di sisi lain...
"Mah, ini udah hampir jam 8 malem tapi Ara belum pulang juga." ujar Shahil pada sang Ibu.
"Kamu udah telphone Alex kan?"
Tanya Riana.
"Udah, tapi gak ada yg angkat dan--"
"Nah tuh dia pulang," ucap Riana.
Saat Ara menghampiri mereka.
"Dari mana aja kamu?" Bukan Riana melainkan kakaknya.
"Dari luar." Jawab Ara seadanya.
"Kakak tau itu, kamu... arrghh... LO ITU CEWEK KALO MAU PULANG TELAT ITU BILANG, JANGAN NGILANG! MAU BIKIN KITA STRESS DI RUMAH! IYA?" Sentak Shahil.
"Maaf, Ara salah..." lirih Ara menahan tangis.
"SEMUA ORANG JUGA TAU LU SALAH, lo puny--"
hikss... hikss...
"Ra, Ara hey maaf... kakak tadi gak maksud buat bentak kamu," ucap Shahil melembut melihat Ara menangis.
Direngkuhnya tubuh sang adik, mungkin dengan cara itu Ara bisa berhenti menangis.
"Udah dong Ra, nangisnya. Masa di bentak gitu aja nangis." Goda Riana.
"Huah...ahh hikkss... hikss Mamah jahat ud.. udah tau Ara sedih mal... Malah diledekin," tangis Ara semakin kencang.
"Mamah diem deh jadi makin berisik kan," ujar Shahil.
"Mending sekarang Kakak anterin kamu ke kamar, kamu bersih-bersih terus makan malem bareng ok? Yuk!" Ajak Shahil.
Ara hanya mengangguk setuju.
"Ganti baju gih, tapi jangan mandi. Cuci muka sama kaki aja ya dek, udah malem kakak tunggu di bawah." Ujar Shahil meninggalkan kamar Ara dan menuruni anak tangga.
Merasa sudah siap, Ara pun keluar kamar hendak makan malam bersama Kakak dan ibunya.
"Nih di makan biar sehat, biar gak gampang nangis," gurau Riana agar anaknya tidak merengut saja.
"Emmh," hanya itulah yang keluar dari bibir putri kesayanganya.
Mereka sekeluarga pun menyantap makan malamnya bersama dalam keheningan.
"Mah Ara udah selesai, ke kamar duluan yah." Pamit Ara.
"Iya, tapi Ra kalo kamu ada yang mau di ceritain, cerita aja ke Mamah, biar gak stres sendiri iya kan Sha?" Ujar Riana.
"Idih, aku itu gak stres." Sahut Ara seraya berlalu.
Ara pun meninggalkan Ibu dan Kakaknya yang mungkin masih mentertawakan nya.
***
Setelah berada di dalam kamar, Ara terlihat sibuk memandangi ponselnya. Ia kira akan ada notifikasi dari Alex, tapi ternyata tidak sama sekali.
Fyuuhhh...
Ara menghela nafas kasar, mungkin dengan begitu ia bisa merasa lebih baik.
"Yaang kemarin ku melihatmu, kau bertem-" saat ia sedang asik bernyanyi lagu galau, tiba-tiba HP-nga berbunyi menandakan adanya pesan masuk.
Good. Akhirnya Alex mengiriminya pesan.
From:My Possesif
Yang maaf, tadi aku ninggalin kamu di danau maaf yah.
Ara benar-benar malas untuk membalas pesan itu.
From:My Possesif
Tadi neneknya Keyla masuk rumah sakit yaang, aku cuma gak tega...
From:My Possesif
Yang, bales dong jangan di read doang...
From:My Possesif
Yaaang! maaf... maaf... maaf... maaf...
From:My Possesif
Yang aku telphone yah?
Ara hanya memutar bola mata sebal.
Drrtt... drrrtt... drrttt...
Ternyata Alex benar-benar menelphone.
Drrrttt... drrtt...
Ara terlihat menghela nafas berat dan menatap ponselnya nanar.
ting!
From:My Possesif
Yaang angkat, kita harus bicara...
From:My Possesif
ARANA MOURA!!
From:My Possesif
Ara sayang maaf, angkat telphone aku ya yaang, kita harus bicarain! Biar clear.
Drrrttt...ddrrrttt...
Benar, Alex menelphone lagi. Sesuai keinginan Alex, Ara pun mengangkat sambungan telphonenya.
"Yaang akhirnya kamu angkat juga,"
Karena masih kesal, Ara hanya mendiamkanya.
"Yang, ngomong dong jangan kayak gini..."
Ucap Alex dari seberang sana, terdengar sedih memang.
"Mending kamu marahin aku, jangan diem kayak gini Ra..."
Ara tersenyum miring mendengar hal itu. Jika bisa, mungkin sudah Ara marahi sejak tadi. Tapi kali ini Ara kecewa, bukan marah.
"Yaang, kalo kamu diem terus aku ke rumah kamu sekarang."
"Gak usah kesini, ngomong aja, mau minta maaf kan? udah lupain aja"
Lupain aja?sesederhana itukah?tentu tidak tetapi lebih mudah berpura pura gak peduli daripada jujur hanya menyesakan hati ketika mendapat jawaban tak sesuai keinginan.
"Gak bisa gitu yaang, aku bisa jelasin, aku kerumah kamu yah!"
"Aku bilang gak usah lex, aku mau tidur!"
Tuutt...tuutt...
Ara mematikan sambungan telphoennya dan terlelap menjelajahi alam mimpi.
Alex POV
Aarrrgghhhh, siall!
"Araaa sayangg maaf!"
"Lex, lagi ngapain?" tanya Keyla.
"Eh biasa bengong! Lo belum tidur?"
"Bohong, pasti mikirin Ara yang marah iyakan?" tebaknya.
"Ya gitu Key,"
"Udah Lex, biarin aja nanti juga dia bakal nyesel sendiri."
Mendengar ucapanya, aku langsung menatapnya dengan satu alis terangkat.
"Maksud aku, cewek itu emang gitu sekarang marah entar juga menye-menye lagi! hehe..." Jelasnya mengulangi.
"Ara beda dari cewek lain, apalagi dari lo..."
Mendengar ucapan gue, Keyla sedikit melamun.
"Bercanda kali Key, serius amet sih lu, lo baik cantik juga kok, gue duluan yah ngantuk." Ucap gue berlalu meninggalkanya.