Mentari senantiasa menyinari pagi, tetapi tidak dengan hati
***
Hoaaamm!!!
Terlihat seorang gadis tengah merentangkan seluruh otot ototnya yang tegang.
"Araaaa sayangg banguun udah siang, kamu harus sekolah!" ujar Mamah Ara sedikit berteriak.
Tanpa menjawab ara langsung turun dari tempat tidur dan masuk kedalam kamar mandi.
***
"Mah, Papah masih lama di luar kota?" Tanya Shahil pada sang Ibu.
"3 harian lagi kayaknya, kenapa?"
"Gak pa-pa sih, cuma tanya doang, hehe." Jawab Shahil.
"Pagi Kak, Mamah!" Seperti kebiasaannya, Ara selalu menyapa Ibu dan Kakaknya. Ayahnya juga, jika ada.
"Lama banget sih Ra, bisa kesiangan tau!" Protes Shahil karena adiknya terlalu lama berdandan.
"Bawel." Sahut Ara.
"Ra, Jakak tunggu di mobil. Mah Shahil berangkat!" Pamitnya.
"Eh tunggu Kak, Ara udah selesai kok, yuk! Mah, Ara pamit berangkat yah!"
"Iya, hati-hati yah kalian..." Ucap Riana.
Ara dan Shahil pun melenggang keluar rumah menaiki mobil Kakak-nya.
Ara tidak ingin bertemu Alex, Shahil pun sudah tahu kejadiannya. Akhirnya ia pun memberitahu Alex jika Ara akan pergi bersamanya.
Namun, fokus Ara sekarang hanyalah Rere. Ia masih penasaran kenapa ia memberitahu Alex tentang semua yang ia ceritakan.
Sesampainya di sekolah, Ara dan Shahil berpisah untuk masuk ke kelas masing-masing.
"Kak, Ara duluan ke kelas yah, daah!" Pamit Ara berlalu meninggalkan sang Kakak di parkiran.
"Ra!" Merasa terpanggil Aravpun berbalik,.
Ternyata itu Alex, kekasih yang sudah tega meninggalkan sendirian di danau dalam keadaan hari yang sudah semakin gelap dan turun hujan.
Jujur, Ara belum ingin menemuinya. Karena sekarang hanya Rere yang memenuhi pikirannya.
Hampir saja Alex melangkah mendekatinya, hingga tiba-tiba saja...
"Aleex!" Panggil Keyla hingga Alex menghentikan langkahnya.
Sesuai tebakan Ara, bahwa Keyla akan memanggilnya dan pasti Alex akan berbalik arah.
Berkat orang dalam dan nama keluarga besar Alex, Keyla bisa dengan mudah menjadi murid di sekolah mereka. Ara sudah sangat yakin jika Keyla akan satu sekolah dengannya, apalagi setelah kejadian Neneknya yang sakit itu.
Saat Alex berbalik Ara langsung berlari menuju kelas.
Jujur Ara sangat kecewa dengan prilaku Alex yang lebih memprioritaskan sahabat masa kecilnya tanpa menghiraukan pendapat kekasihnya. Ara ingin sekali menangis namun tidak untuk sekarang.
Sesaat setelah sampai di kelas, Ara langsung duduk di kursinya. Menunggu Rere, sahabatnya.
"Pagi Araku!"
"Eh Re, duduk sini!" Pinta Ara.
Dengan penuh tanda tanya Rere pun duduk di samping Ara.
"Ada apa ra?" Tanya nya bingung.
"Maks-"
"Woooy ada bu Diana! Diem! diem!" Teriak salah seorang siswa yang memiliki hobi seperti Mail, berdiri di depan pintu.
"Entar aja deh Re, kita belajar aja dulu." ucap Ara, Rere pun mengangguk dan pergi ke tempat duduknya, ya di belakang kursi Ara.
"Pagi anak-anak..." sapa Bu Diana, pembelajaran pun dimulai.
***
Sedangkan di lain tempat.
"Heh, Mr.Qodir gak masuk hari ini!" Ucap salah seorang siswi.
Sontak semuanya terdiam dan kemudian bersorak sorai.
"Yeay!"
"Yuhuuu"
"Ini baru hidup."
"Gue suka guru kayak gitu!"
"Yaah, kok gak masuk sih?"
Banyak sekali macam teriakan dari murid kelas 12 IPA 1, seperti yang kita baca, ada yang bahagia dan ada juga yang sedih.
"Sha!" Panggil Alex.
"Kenapa?"
"Ara kem-"
"Kemarin lk ngapain adek gue?" Potong Shahil.
"Lo jangan salah paham dulu, kemarin gue gak sengaja ninggalin Ara di danau, lu taukan Keyla? Nah Neneknya masuk RS, otomatis--"
"Otomatis lu prioritasin dia, iya?"
"Ya, kan neneknya--"
"Lex, neneknya yang sakit kan bukan Keyla? Neneknya udah di RS kan? Udah ada yang nanganin, nah adek gue sendirian Lex, sendiri!" ucap Shahil mengeluarkan seluruh kekesalanya.
"Nyesel gue ngerestuin lu jadi pacar adek gue Lex." lanjut Shahil.
"Jangan gitu dong Sha, gue tau gue salah tapi... Aduuh gimana ya... arrghh!" Teriak Alex frustasi.
"Lo coba deh bujuk dia, tapi lain kali jangan pernah ngulangin hal kayak gini lagi. Gue gak rela adek gue lo sakitin." Ucap Shahil.
"Okay." Ucap Alex.
Sampai tak terasa jam pelajaran pun berlalu dan saatnya istirahat.
Murid-murid berhamburan keluar, berbondong bondong mencari makanan.
Di kelas 11 Ips 1, yakni kelas Ara kini tinggal berdua hanya Ara dan Rere.
"Ra lo tadi mau ngomongin apa?" tanya Rere to the point
"Gini, sebenernya lo ada apa sama gue?" tanya Ara yang semakin membuat Rere bingung.
"Apaansih, emang ada apa? Gue gak pa-pa sama lo." jawab Rere.
"Nggak Re, sumpah kalo lo emang punya masalah sama gue, lo jujur aja gue gak pa-pa kok." ucap Ara kembali.
"Maksud lo apaan Ra gue bener-bener gak ngerti!"
"Kalo lo emang gak ada masalah sama gue, kenapa lo nyeritain semua hal yang gue ceritain ke Alex? Kenapa Re?" ungkap Ara terus terang.
"Gu... Gue gak bocorin kok, Ra?" Elak Rere.
"Lo gak perlu bohong, gue udah tau semuanya Re. Lo tinggal jawab aja kenapa lo lakuin itu?" Ara terus mendesak Rere.
"Ok, gue jujur, gue emang ngebocorin semuanya ke Alex."
"Tapi kenapa Re?" tanya Ara yang bingung dengan tindakannya.
"KARENA LO GAK PANTES BUAT ALEX!"
"Ap...apa? Maksud lo apa sih, Re?"
"YANG PANTES BUAT ALEX ITU CUMA GUE RA, KARENA CUMA GUE YANG BENER-BENER SAYANG DAN CINTA SAMA DIA, GAK KAYAK LO, t*i LO!" Sentak Rere pada Ara yang seketika membuat mata Ara memerah menahan tangis sekaligus amarah. Hingga,
PLAK!
"JAGA UCAPAN LO, LO YANG t*i, SAHABAT MACEM APA LO YANG TEGA NGERUSAK HUBUNGAN SAHABAT SENDIRI? Heuh?" sentak Ara tak kalah sengit.
"DAN ASAL LO INGET GUE SAYANG DAN GUE CINTA SAMA ALEX DAN GUE GAK BAKALAN BIARIN CEWEK MUNA KAYAK LO DAPETIN ALEX! INGET ITU?" Setelah mengeluarkan seluruh amarahnya, Ara langsung pergi meninggalkan Rere.
Dengan air mata yang terus saja mengalir, Ara terus berlari mencari tempat yang sepi, persetan dengan tatapan siswa siswi yang lain.
Brugh..
Ara menjatuhkan diri di atas rumput taman belakang sekolah.
Bermodalkan lutut, Ara menangis sejadi jadinya.
"Kenapa... ken..kenapa lo tega, Re?hikksss... Coba aja lo bilang dari awal, gue bakal relain ... Alex buat lo!" gumam Ara di sela-sela tangisnya.
"Ara, sayang ternyata kamu ada di sini. Kamu lagi nga-- hey kenapa nangis?" Tanya Alex setelah melihat tubuh kekasihnya bergetar dengan sebuah isakan.
"Kenapa kamu harus dateng sekarang sih leex aku masih kesel sama kamu!" gumam Ara sayangnya hanya dalam hati.
Ara langsung mengangkat wajahnya dan menyeka sisa air matanya.
"Aku gak pa-pa!" jawab Ara dan berlalu meninggalkan Alex.
"Araaa!" teriak seseorang dari kejauhan, membuat Ara menghentikan langkahnya, begitu juga Alex yang hendak mengejarnya.