"Gue pikir setelah kabar pertunangan itu, mereka bakal putus deh." "Gue juga mikir gitu sampai tadi pagi, mereka datang semobil. Gilak gak tuh?" "Bukannya dia bahkan belum bercerai ya?" "Tauk. Parah banget. Suaminya diinjek-injek gitu aja mentang-mentang bisa dapat direktur." Terdengar dehaman dari arah pintu. Tentu saja Yessa mendengar semua itu. Ia menahan kedongkolannya sedari tadi. Mereka ini apa tidak bisa ya bergunjing di belakangnya? Ia kesal sekali. "Bosen kerja ya?" oloknya. Lalu ia berlalu menuju ruangannya. Semua perempuan ingin menjambak rambutnya. Ingin sekali andai berani. Yessa tidak berhenti di depan ruangan Danish di mana ada mejanya. Ia malah masuk bahkan tanpa perlu menutup pintu. Ia tak merasa perlu ada yang disembunyikan lagi. "Aku kesel tauk! Mereka ngata-nga