Start Up
Berawal dari tiga tahun lalu saat Gian tiba-tiba menghubunginya untuk bertemu di sebuah ruangan lantai tiga yang ada di kampus mereka. Padahal mereka sudah sama-sama lulus tujuh tahun lalu. Tapi masih punya akses di sana karena ternyata Gian mempunyai teman yang bekerja di departemen itu. Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Yeah, berdampingan dengan departemen mereka dulu saat masih kuliah, yaitu Kesehatan Lingkungan.
Pertemuan tiga tahun lalu itu akhirnya membawa mereka bersama di sini. Di depan sebuah gedung Kementerian untuk presentasi mengejar dana investasi perusahaan. Usai menyelesaikan kuliahnya setahun lalu, Serena akhirnya fokus membantu Gian sembari menjadi dosen tidak tetap di kampusnya dulu.
"Lo bisa!"
Serena mendengus. Dua lelaki di kiri dan kanannya hanya bisa nyengir. Mereka mendukung Serena untuk unjuk bicara di depan para juri. Gadis itu untuk ke sekian kalinya mewakili perusahaan mereka untuk presentasi demi menarik investor. Kali ini, salah satu Kementerian membuka sebuah kontes startup yang bisa diikuti oleh kawula muda yang ingin mengembangkan startup mereka sendiri. Dananya tak begitu besar. Hanya 50 juta untuk juara pertama. Empat puluh juta untuk juara kedua dan tiga puluh juta untuk juara ketiga. Mereka memang mengincar uang karena bagaimana pun perusahaan ini memerlukan modal untuk menjalankannya. Terlebih lagi, mereka belum punya banyak karyawan tetap. Lebih banyak yang part time meski profesional. Tapi bayarannya juga tetap tinggi bukan?
Selama ini, mereka punya satu pemodal. Tapi tak banyak dana yang bisa diberikan. Sisanya diusahakan oleh sang CEO itu sendiri, yaitu Gian. Gian adalah otak munculnya start-up ini. Ia mendirikan sebuah start-up yang bergerak di bidang pendidikan khusus profesional maupun fresh graduate. Berawal dari mengembangkan pelatihan online khusus lulusan K3 dan lingkungan, kini mereka hendak memperbesarnya untuk kalangan profesional dari bidang yang lain. Dan otak yang mengembangkan berbagai jalur pelatihan ini adalah Serena. Serena itu memiliki banyak ide kreatif yang membuat Gian sangat tertarik. Makanya sejak awal mendirikan perusahaan, ia sudah menawari Serena untuk bergabung. Tidak ada sistem gaji tetap. Karena sejak awal Serena juga bilang kalau ia memang mau membantu. Selain karena memang tertarik dengan start-up yang dibawa Gian ini. Ia mencintai dunia pengajaran. Sebelum Serena, Ramzi adalah orang pertama yang direkrut Gian. Tentu saja Ramzi itu adalah kakak tingkat mereka yang berbeda jurusan. Ramzi murni lulusan K3 yang mendedikasikan diri untuk bekerja di kampus mereka. Cowok itu jago marketing. Pelatihan online mereka bisa berjalan sejauh ini juga berkat Ramzi.
"Selamat pagi Bapak dan Ibu sekalian. Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan diri saya. Saya Serena Helwa, Project Development Manager dari PT Green Global, akan mempresentasikan produk start-up kami!" tuturnya dengan senyuman kemudian memberi kode pada Ramzi untuk memulai presentasi.
Belajar dari banyak pengalaman presentasi di berbagai tempat bahkan hingga luar negeri, membuat Serena belajar banyak hal. Terutama terkait konten yang akan dipresentasikan. Ia tidak lagi mempresentasikan sesuatu seperti sedang mengajar di kelas. Ia sudah tahu caranya. Meniru gaya-gaya CEO startup ternama di dunia namun dengan caranya sendiri. Ia tampak percaya diri menjelaskan banyak hal penting dari konten yang mereka buat selama bermalam-malam. Mereka tidak lagi menampilkan jenis presentasi yang biasa melainkan pitch deck. Pitch deck sendiri merupakan presentasi singkat yang berisi mengenai penjelasan atau gambaran umum mengenai rencana bisnis start-up yang dimiliki. Serena mengenal istilah ini setelah dikritik habis-habisan di depan investor Singapura. Sungguh pembelajaran yang sangat luar biasa. Berkat itu, sejak dua tahun terakhir, ia sudah tak pernah melakukan kesalahan yang sama.
Dalam start-up pitch deck, ada penjelasan yang harus disampaikan. Poin-poin tersebut harus tertulis dengan jelas karena hal tersebut juga akan mempengaruhi hasil presentasi yang akan dilakukan.
Serena memulainya dengan penjelasan singkat produk pelatihan mereka, besar sasaran pasar dalam bentuk nominal uang, tahapan start-up, transaksi dalam beberapa bulan terakhir. Sejujurnya, start-up mereka sudah lumayan stabil dari segi keuangan. Namun perputaran uangnya masih pas-pasan ketika harus memproduksi sesuatu. Tentunya mereka perlu untuk membayar narasumber yang akan mengisi pelatihan, modul pelatihan, editing video dan lainnya. Butuh biaya besar karena mereka ingin memberikan yang terbaik. Berbeda saat awal memulai di mana mereka memang sangat terbatas dari segi dana. Hanya mengandalkan uang yang dimiliki Gian sebagai orang pekerja keras.
Serena juga menjelaskan mengenai berapa dana yang dibutuhkan, dana yang sudah mereka dapatkan, nama founder beserta pengalamannya serta mitra yang sudah diperoleh atau yang sudah diajak kerja sama selama tiga tahun terakhir. Mereka sudah banyak ikut kontes seperti ini untuk mencari dana atau mengikuti berbagai acara networking di mana banyak investor berada. Namun jerih payah itu masih belum berhasil. Rupanya Allah masih ingin melihat keteguhan hati mereka dalam berusaha. Tak masalah, justru itu melantik semangat Serena untuk berusaha lebih keras lagi.
Setelah itu, Serena juga menjelaskan latar belakang dari dibukanya startup ini. Berawal dari kepedulian mereka terhadap fresh graduate yang belum memiliki banyak pengalaman dan terhimpit dana karena tak punya dana untuk mengikuti banyak pelatihan yang harganya tidak sedikit. Paling murah? Empat jutaan. Untuk seorang fresh graduate yang bukan kalangan berada tentu berat. Di sisi kain juga banyak pergolakan batin dengan keadaan keluarga. Apalagi bagi anak-anak rantau. Selain itu, akses menjadi pembuka jalan. Kebanyakan pelatihan yang ada masih terbuka secara offline. Belum ada yang online. Maka itu mereka berinisiatif untuk membuatkan sebuah platform di mana mereka bisa belajar di mana saja dan kapan saja dengan harga yang lebih murah namun memiliki kompetensi yang sama dengan pelatihan-pelatihan di luar sana. Kepengurusan penyetaraan ini yang kemarin-kemarin sungguh merepotkan karena pemerintah atau instansi terkait belum terbiasa dengan yang namanya digital. Meski akhirnya mereka memang berhasil. Bahkan mulai bermunculan pesaing mereka.
Selain itu, Serena juga memaparkan statistik member aktif platform mereka yang sudah mencapai satu juta orang selama tiga tahu terakhir. Tentu saja banyak drama. Karena mereka bersaing ketat dengan pencuri ide Gian. Sebelum menarik Serena dan Ramzi, Gian sempat mengajak seorang investor untuk bekerja sama. Tapi akhirnya gagal dan berbulan-bulan kemudian Gian kaget karena idenya malah direalisasikan sendiri. Mengerikan bukan? Yaah itu lah yang disebut plagiat. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur. Mengurus hak cipta semacam ini terasa merepotkan. Jadi mereka harus berinovasi dan akhirnya bisa berkembang lebih cepat dibandingkan dengan mereka.
Di dalam dunia bisnis, mereka disebut kompetitor. Serena juga menyebutkan semua kompetitor di dalam konten yang mereka presentasikan hari ini. Dia adalah gadis yang pandai menggunakan intuisi untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan startup lain dan ia menuangkannya dalam bentuk konten presentasi. Ia menyebut semua kelebihan dan kekurangan dari para kompetitor itu. Kemudian membandingkannya dengan apa yang mereka punya. Hal yang tidak dipunyai oleh para pesaing mereka yang berada di ruangan ini.
Terakhir, Serena juga memaparkan rencana pengembangan perusahaan ke depan. Ini lah alasan Gian membiarkan Serena mengambil posisi untuk presentasi di berbagai acara semacam ini. Karena ia tahu, dari segi apapun, Serena unggul. Ia tidak gugup bahkan terlampau percaya diri dan sangat meyakinkan. Ia juga sangat menguasai perusahaan. Karena memang otak pengembangan proyek di perusahaan ini adalah Serena.
@@@
"Mantap! Gue suka banget sama presentasi lo tadi!" puji Gian. Serena malah mendengus dan Ramzi tertawa. Ketiga duduk melingkar di kantin Kementerian. Sasaran makan murah ya cuma di sini. Kalau keluar lumayan mahal sementara Gian harus menghemat pengeluaran. Hahaha. Cowok ini sesungguhnya masih bekerja di sebuah konsultan dan digaji tinggi selayaknya profesional. Asyiknya tak perlu ke kantor tiap hari. Hanya perlu meninjau proyek saja.
"Turki loh. Gue inget janji lo."
Gian hanya bisa tertawa mendengarnya. Ia tentu saja bersedia membiayai tiket gratisan seperti yang ia janjikan. Meskipun sudah mau memberikan hal itu, sejujurnya Serena yang selalu menunda. Cewek itu beralasan belum memiliki waktu. Lalu ia tiba-tiba teringat pekerjaan lain kemudian melirik ponselnya.
"Mau ngajar?" tanya Ramzi. Ia hapal betul gerak-gerik tubuh Serena kalau mulai melihat layar ponselnya. Serena mengangguk kecil. Ia memang punya jadwal mengajar di Depok siang nanti. Jadi harus kembali lagi. Mungkin nanti naik commuterline saja.
"Tapi kita bakalan menang gak ya?"
"Pasti!"
Gian selalu percaya diri. Sejak setahun terakhir, mereka selalu menang kontes semacam ini. Ini tentu saja akan menjadi pemasukan tambahan untuk perusahaan mereka. Gian perlu menggaji beberapa karyawan tetap yang masuk kantor hari ini. Sementara tiga orang petingginya sibuk hilir-mudik mencari modal. Yeah, begini lah nasib pengusaha modal pas-pasan.
"Kalo dari analisis gue, yang ikut tadi kebanyakan UMKM yang akhirnya terjun ke dunia start-up. Lo bisa lihat konten presentasi mereka dan cara mereka bicara. Pengalaman mungkin gak berbeda jauh dari kita soal pendirian perusahaan. Tapi kebut-kebutan kejar investor gak ada yang segila elo, Ser."
"Muji nih?"
Gian tertawa. Tapi ia memang salut dengan Serena. Kenal lama sejak kuliah dan tahu track record Serena seperti apa makanya ia tertarik untuk menarik Serena ikut dalam perusahaannya. Mereka pernah menggelar sebuah acara di mana Gian berperan sebagai ketuanya dan Serena adalah bendaharanya. Mereka berhasil mendapat dana sponsor dengan total 259 juta rupiah untuk acara nasional yang digelar di kampus mereka. Untuk cakupan anak kuliahan, pencapaian Serena tentu sangat keren. Bahkan setelah tahun-tahun berikutnya, tak ada lagi yang seperti mereka. Bahkan panitianya bisa berlibur kala itu. Mereka mengambil acara menginap selama tiga hari di Karimunjawa. Keren bukan?
Melihat bagaimana dedikasinya lah, Gian menarik Serena untuk bergabung. Gadis serba bisa itu memang melakukan banyak hal untuk perusahaan. Termasuk mengelola keuangan. Serena juga banyak belajar persoalan pajak dan urusan keuangan lainnya. Hal yang sebetulnya sudah ia geluti sejak lama. Namun berhubung bukan lulusan keuangan, ia masih awam juga. Meski dibantu Ramzi yang pandai mencari relasi untuk membantunya banyak belajar tentang hal ini.
"Lusa lo bisa ikut kan? Ada meeting sama investor itu."
"Yang katanya dari Singapura itu?"
Gian terkekeh. Ia tahu kalau Serena jadi agak-agak trauma dengan investor dari negara Merlion itu. Tapi mau bagaimana? Tiba-tiba datang tawaran dari mereka dan mengajukan kerja sama. Hanya saja masih perlu diselidiki perusahaannya. Jangan sampai salah kaprah seperti 2,5 tahun yang lalu di mana mereka hampir ditipu.
@@@