"Kamu kalo gak terlalu suka sama Shina, jangan terlalu kentara nolaknya. Mama kan jadi gak enak." Ia hanya mengusap wajahnya. Ya lantas harus disembunyikan? Bagaimana caranya? Dan lagi, cara itu menurutnya yang paling terbaik. Ya agar Shina tak lagi memikirkannya. Ia juga tak begitu perduli sih. "Mau ke mana, Ga?" Ia baru menuruni tangga. Keningnya mengerut. Mungkin heran karena mamanya agak lama di rumah. Bahkan hingga siang ini pun masih terlihat di rumah. Biasanya kan sudah berangkat syuting. Biasanya tanpa jeda. Kerja melulu. Ia sampai hapal. Dulu ia sering marah dengan keadaan ini. Tapi setidaknya masih ada neneknya. Namun makin ke sini, ia sudah mulai terbiasa. Lama-lama ya menjadi tak perduli. Karena baginya taka da bedanya. Ia seolah hidup sendirian di rumah ini. "Keluar."