“Aku ingin ke kampus.”
Suara Viora yang terdengar saat sarapan pagi berlangsung, membuat Robert dan Queen yang tengah menikmati sarapan pagi mereka, akhirnya sama-sama berhenti. Robert dan Queen berpandangan sejenak, kemudian melihat ke arah Viora yang terdiam sambil menatap ke arah kotak selai yang berada di depannya.
“Kau belum sembuh, Viora,” jawab Robert pelan sambil menatap Viora dengan intens Mendengar perkataan Viora tadi, tentu saja dia tidak akan mengizinkan Viora pergi ke kampus mengingat kaki Viora belum sembuh dan Viora masih menggunakan kruk.
“Jangan khawatir, Viora. Kami sudah membicarakan ini dengan pihak universitas. Kau bisa kembali setelah kakimu sembuh.” Queen menimpali. Dia pun tidak akan setuju jika Viora pergi ke kampus dalam kondisi seperti ini.
“Sudah 3 hari berlalu setelah insiden itu dan aku sudah merasa lebih baik. Kakiku tidak terlalu sakit dan aku merasa bosan terus menerus berada di rumah.” Viora mendesah pelan. Dia menatap ke arah ayah dan ibunya bergantian. “Please, ijin kan aku pergi ke kampus. Meskipun aku masih membutuhkan bantuan kruk untuk berjalan, aku sudah terbiasa. Percayalah, semua akan baik-baik saja.” Lanjutnya meyakinkan. Bagaimana pun, dia harus bisa membujuk ke dua orang tuanya agar mengizinkannya pergi.
“Viora, tolong jangan keras kepala,” balas Queen. “Ibu tidak mungkin membiarkanmu keluar rumah dengan kondisi seperti ini.”
“Ibumu benar, Viora. Kondisimu yang sekarang, sangat rentan. Terkena dorongan sedikit saja, kau akan terjatuh dan cedera di kakimu bisa saja bertambah parah.” Jelas Robert. Masih tak setuju dengan keinginan Viora tadi.
Viora terdiam. Dia tau, jika ayah dan ibunya sangat khawatir. Tapi, bisakah dirinya mendapatkan sedikit keringanan untuk membuang rasa jenuh ini?
“Kapan aku bisa kembali ke kampus?” tanyanya yang berarti menyerah pada keputusan kedua orang tuanya yang masih belum mengizinkan dirinya kembali beraktivitas seperti biasanya.
“Setelah kakimu benar-benar sembuh, Viora,” tegas Queen kemudian tersenyum tipis demi menyemangati Viora yang terlihat sedih.
“Ayah memang tak setuju jika kau pergi ke kampus. Tapi jika sekadar jalan-jalan untuk membuang jenuh, tentu saja kau bisa melakukannya, Vio.”
Perkataan Robert selanjutnya, sukses membuat Viora mendongak dengan wajah berbinar. Dia kira, ayahnya juga tidak akan membiarkannya keluar untuk sekadar jalan-jalan. Tapi ternyata?
“Terima kasih banyak,” balas Viora sehingga membuat Robert tertawa.
“Kau adalah putri Ayah satu-satunya, Viora. Tentu saja, Ayah tidak mau terjadi sesuatu padamu.”
“Iya. Aku mengerti. Tapi, aku sudah dewasa, dan kalian berdua masih saja memperlakukanku seperti anak kecil.” Sungut Viora sehingga membuat Queen pun bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Viora dan memeluknya dengan hangat.
“Semua itu kami lakukan, karena kami sangat menyayangimu, Viora,” ucap Queen kemudian mengecup kening Viora pelan dan tersenyum begitu lebar setelahnya. Sebelah tangannya menggapai tangan Robert yang entah sejak kapan sudah memegang tangan Viora. Menggenggamnya dengan erat juga, dan merasa begitu bahagia saat keluarganya berkumpul seperti sekarang.
“Aku juga mencintai kalian berdua. Sangat,” balas Viora sehingga membuat suasana di sana semakin hangat.
Tak berselang lama, Robert bangkit dari duduknya kemudian mengusap pipi Queen dan Viora bergantian. “Aku pergi dulu. Jaga diri kalian baik-baik. Jika ada apa-apa, segera hubungi aku. Mengerti?” ucapnya dan ke dua wanita itu tentu saja mengangguk paham.
Robert tersenyum pelan, sudah saatnya dia meninggalkan rumah kemudian kembali pada kewajiban untuk melindungi negara. Namun, baru saja dia memutar tubuhnya, suara Queen sudah berhasil menghentikan langkahnya. .
“Apa kau masih menyelidiki kasus berbahaya itu?” Queen melepaskan pelukannya di tubuh Viora kemudian menatap Robert dengan poster tubuh tegap. Sudah dari kemarin dia ingin menanyakan hal ini pada Robert, tapi belum memiliki keberanian dan waktu yang tepat. Dan hari ini, dia rasa harus mendapatkan jawaban dan memastikan jika Robert berada dalam situasi yang aman. Yang berarti, tanpa harus ikut campur dalam penyelidikan itu dan bekerja di balik layar saja.
Robert menghembuskan napasnya pelan. Dia pun memilih untuk mendekati Queen kemudian memegang ke dua bahu wanita yang sudah menemani dirinya selama puluhan tahun itu.
“Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja, Queen,” jawab Robert meyakinkan. Akan tetapi, yang dia dapat malah hembusan napas kecewa dari Queen.
“Seharusnya, kau tidak ikut campur dalam penyelidikan itu, Robert. Biarkan anak buahmu atau aparat kepolisian lainnya yang mencari tau. Kau cukup bekerja di belakang layar.” Queen mengungkapkan perasaan khawatirnya. Rasanya, dia memang perlu memperingatkan, bahkan jika perlu. Dia harus mencegah Robert, agar Robert tidak terlalu jauh dalam bertindak. “ Kau tau sendiri, jika berurusan dengan hal ilegal semacam ini, kau akan berada dalam masalah, Robert. Hidupmu bisa saja berada dalam bahaya. Dan kau pun tau sendiri, jika aku tidak pernah mau berurusan dengan masalah seperti ini, dan kehilangan lagi! Cukup pengkhianatan itu saja yang aku benci seumur hidup! Jangan lagi ada masalah pelik seperti ini! Hiks!” akhirnya tangis Queen pecah. Dia sudah tidak tahan untuk membendung rasa khawatir yang sejak kemarin membuatnya tidak tenang. Keselamatan Robert, tentu saja dipertaruhkan sekarang. Bagaimana mungkin dirinya jiwa bernapas dengan normal?
“Tenanglah, Queen. Semuanya akan baik-baik saja.” Robert menarik Queen dalam pelukannya. Memberikan Queen rasa aman sekaligus ketenteraman yang selalu dia curahkan tanpa jeda kepada wanita tercantik itu. Rasa cinta yang begitu besar, tentu saja akan membuat siapa pun merasa takut setiap saatnya begitu orang yang dicintai berada dalam bahaya.
Ya, dia sepenuhnya tau apa yang Queen takutkan sekarang. Apa yang Queen katakan tadi, tentu saja semuanya benar. Hanya saja, dia tidak akan tinggal diam jika ketenteraman negara ini harus terusik lagi oleh komplotan ilegal yang tidak jelas asal-usulnya. Perihal jika suatu hari nanti, dirinya akan berada dalam bahaya atau tidak, biarlah menjadi urusan Tuhan dan takdir hidupnya.
Viora yang melihat suasana yang tiba-tiba saja berubah sedih, hanya bisa menundukkan kepala sembari memainkan jemarinya yang bertautan di atas meja. Ayahnya adalah seorang keamanan milik negara. Tentu saja, pilihan antara keluarga dan negara adalah hal yang seimbang. Ayahnya sudah membuat sumpah untuk mencintai negara ini seperti mencintai dirinya sendiri. Dan sumpah untuk mencintai keluarga ini, sudah seperti hatinya yang menjadi kendali.
Terlepas dari semua itu, ayahnya tetaplah pria nomor satu yang akan selalu menjadi pria terhebat dalam hidupnya. Selain menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, ayahnya juga menjadi kepala keluarga yang begitu hangat dan membuat keluarga ini aman.
Dan kehilangan yang dimaksud ibunya?
Bisakah untuk tak mengingatkan dirinya tentang kesedihan itu lagi? Di waktu yang sama, dia kehilangan 3 anggota keluarganya sekaligus. Dalam kematian yang begitu tragis pula. Dan yang membuatnya semakin benci adalah, pengkhianat sekaligus pembunuh itu adalah pria yang dia cintai. Sangat dia cintai sampai-sampai membuatnya seperti gadis bodoh yang tak memiliki perasaan meskipun sering kali disakiti.
Akibat perbuatan jahat pria itu juga, Dave dan Isabella menderita. Bahkan nyaris tiada juga. Bagaimana mungkin, dia akan melupakannya begitu saja?
Robert melepaskan pelukan di tubuh Queen, kemudian menjatuhkan tubuhnya di depan Queen dan juga Viora yang merasa sedih karena tugas yang di embannya saat ini.
Ke dua tangannya meraih tangan-tangan lembut ke dua wanita itu dan menggenggamnya dengan lembut. “Percayalah jika jagoan kalian ini akan selalu baik-baik saja. Tugas ini memang sedikit rumit. Akan tetapi, tidak akan berbahaya jika kepolisian tidak lagi menemukan bukti yang lainnya. Kalian harus tau, organisasi ilegal ini sangat cerdik. Bahkan, Dave hanya bisa membantuku sampai pada membuka kedok penjahat yang ternyata berasal dari negara Italia itu. Untuk bukti-bukti akurat lainnya kepolisian masih menemukan jalan buntu.”
“Semoga saja, selalu seperti itu.”
Queen dan Viora nyaris menjawab bersamaan dengan jawaban yang sama pula sehingga membuat Robert lagi-lagi tertawa pelan.
“Aku akan berdoa, semoga Mafia atau siapa pun yang melakukan tindak Ilegal itu, bisa menutupi semua bukti dari penyelidikan polisi, dan kasus ini akan ditutup karena menemui jalan buntu.” Lanjut Queen dengan sorot mata tegasnya. Walaupun manik matanya yang indah masih berlinang air mata, jelas perkataannya tadi adalah sebuah keyakinan kuat dari seorang ibu dan juga seorang istri yang berharap Robert baik-baik saja.
Viora membenarkan ucapan ibunya tadi dengan mengangguk. “Ya. Aku akan berdoa semoga kasus ini tidak lagi menemukan bukti apapun. Bagaimana pun, aku tidak mau Ayah berada dalam bahaya.”
Mendengar respons Queen dan Viora, Robert hanya bisa menyetujuinya dengan mengangguk beberapa kali. Mendebat ke dua wanita itu, tidak akan mungkin dia lakukan. Bisa-bisa, Queen dan Viora menahannya di dalam rumah.
“Semoga Tuhan mengabulkan Doa kalian berdua,” balasnya. “sekarang, jangan merasa khawatir lagi. Aku pastikan, jika aku akan baik-baik saja. Aku akan selalu pulang dalam kondisi sehat dan bisa memberikan kalian pelukan yang hangat.” Lanjutnya sehingga ke dua wanita di depannya itu pun merentangkan tangan untuk mendapatkan pelukan sang jagoan seperti biasa.
Hangat, nyaman dan merasa terlindungi.
Robert adalah segalanya untuk Queen dan Viora. Selamanya tidak akan pernah terganti.
***
Queen dan Viora, mengantar kepergian Robert sampai di depan pintu. Sebelumnya, mereka sempat bercengkerama sebelum Robert masuk ke dalam mobilnya.
“Ingat, Viora. Jaga dirimu baik-baik, dan tetaplah berhati-hati jika hari ini kau ingin keluar. Paham?” tegas Robert dan Viora tentu saja mengangguk dengan cepat.
“Tentu saja, Ayah. Aku pastikan akan pulang dengan selamat,” jawab Viora kemudian menunjukkan hormat seorang anak buah kepada seseorang yang berpangkat lebih tinggi.
“Baiklah. Sampai jumpa nanti sore,” pamit Robert kemudian melambaikan tangannya dan menutup jendela mobilnya lagi sebelum melajukan mobilnya—meninggalkan halaman rumahnya yang masih saja asri. Berkat ketekunan dan bagaimana kasih sayang Queen dalam merawat tanaman.
“Ayo kita ke dalam. Kita harus bersiap-siap untuk jalan-jalan,” ajak Queen pada Viora setelah mobil Robert hilang dari pandangan.
Viora hanya mengangguk. Tentu saja dia harus segera bersiap untuk pergi dan menikmati udara segar yang selama beberapa hari ini tidak bisa dia rasakan. lagi. Namun, baru saja dirinya dan ibunya sampai di ambang pintu, deru suara mobil yang kembali terdengar, membuat dirinya dan sang ibu menoleh bersamaan.
Tak lama, pintu mobil itu terbuka dan terlihatlah seorang pria dengan senyuman hangat yang membawa sebuket bunga mawar merah yang indah. Senyum pria itu tidak luntur sedikit pun sampai langkah besarnya membawa dia sampai di depan Viora yang menatapnya dengan terkejut.
“Selamat pagi, Viora. Maaf baru menemuimu sekarang,” ucap pria itu sambil menyerahkan buket bunga yang langsung Viora terima. “bagaimana kondisimu sekarang? Apa kakimu masih sakit?” tanya pria itu dengan raut wajah khawatir.
Viora menggeleng pelan. Kaget juga, karena melihat pria itu tiba-tiba muncul di depannya tanpa memberinya kabar terlebih dahulu
“Aku sudah merasa lebih baik, Edward. Terima kasih karena sudah peduli,” balas Viora dengan senyuman tipis sehingga membuat pria bernama Edward itu pun semakin melebarkan senyumnya.
“Syukurlah. Aku turut senang mendengarnya,” jawab Edward tanpa orang-orang itu ketahui, jika di seberang sana, ada sebuah mobil yang mengamati interaksi antara Viora dan pria asing itu menggunakan teropong kecil miliknya.
Pria yang tak lain adalah Ressam, hanya bisa menghela napasnya pelan. Dia pun melarikan tatapannya ke arah kertas foto yang di dalamnya berisi pose 3 orang yang begitu bahagia.
Viora, Robert dan juga Queen.
“Kenapa harus ayahmu yang terlibat dalam kasus ini, Viora?” desah Ressam yang mulai frustasi dengan permainan yang dibuat takdir untuk dirinya.
Dia sudah mengetahui semuanya. Penyelidikannya dan Troy, cukup memberinya peringatan keras jika jalannya untuk memiliki Viora, tidak bisa lagi dia paksakan
***
Maaf, update nya telat.