“Nama aslinya adalah Arthur Carolus. Dia berpangkat inspektur di kota ini. Dia memiliki seorang putra dan kehidupan keluarga mereka selama ini, cukup aman. Tentu saja karena harta yang mereka dapatkan secara kotor, tersembunyi keberadaannya. Cukup pintar.” Troy berkomentar panjang lebar begitu meretas data orang yang meminta senjata dari Ressam. Hebatnya, orang-orang seperti ini—yang terikat dengan sebuah organisasi ilegal pastilah memiliki nama begitu banyak untuk memudahkan transaksi di berbagai tempat dan berjaga-jaga, kalau saja suatu hari nanti takdir baik tak berpihak sehingga membuat orang itu berada dalam masalah. Dan pria bernama Arthur itu, sudah merekam jejak transaksi ilegalnya di beberapa negara. Hebat. Pria itu patut diberikan tepuk tangan untuk bakat liciknya dalam berkilah dan bersembunyi dibalik identitas barunya, juga identitasnya sebagai polisi yang bisa dijadikan topeng publik.
Ressam mengetukkan jarinya ke meja. Dia melihat data pria yang nama aslinya adalah Arthur itu kemudian melihat layar ponselnya yang memperlihatkan jika nama pria itu adalah, Rudra. Cukup pintar. Karena jika sampai negara ini tau, jika pria itu adalah ular hitam berkepala dua, tentu saja jabatannya akan segera ditarik paksa dan pria itu akan menjadi pecundang yang mendekam di penjara.
Anehnya, kenapa transaksi ini bisa gagal? Arthur itu adalah seorang inspektur yang bisa mengetahui gerak-gerik anak buahnya. Seharusnya, Arthur bisa mengendalikan semuanya dan tidak membuat kesalahan fatal seperti ini.
“Troy, aku akan menghubungi pria itu sekarang,” ucap Ressam pada akhirnya setelah situasi di antara dirinya dan Troy sama-sama terdiam setelah mengungkap siapa Rudra itu sebenarnya.
Troy mengangguk. “Kau harus mencari tahu apa yang sebenarnya Arthur itu rencanakan, Ressam. Jangan sampai liciknya pria itu membuatmu berada dalam bahaya.” Troy lagi-lagi memperingatkan. Bagaimana pun, dia tidak mau jika Ressam berada dalam masalah.
Ressam hanya mengangguk kecil. Jangan sampai, Arthur itu menjadikan dirinya sendiri sebagai teman yang akan menikamnya dengan segera.
Dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi Arthur yang harus segera dia lenyapkan jika berniat untuk bermain-main dengannya.
“Game Over!” Ressam mengucapkan sandinya dan Arthur yang sudah mengangkat panggilannya pun membalas,
“You Win Or You Die?”
“Selamat sore. Bagaimana situasi yang terjadi di sana?” Ressam tidak mau berbasa-basi. Begitu Arthur menjawab sandinya, dia segera memberondong pria itu dengan pertanyaan yang harus mendapatkan jawaban dengan segera. “transaksi ini, sudah membuat anak buahku mendekam di kantor polisi. Kau harus membayar mahal untuk kebodohanmu ini!” Tak tanggung-tanggung, Ressam melemparkan kata-kata tak sopan itu. Tapi, dia sama sekali tak peduli. Arthur itu selain bodoh, harus dia waspadai.
“Maafkan saya, Tuan. Tapi sungguh, saya tidak menyangka jika transaksi kita akan gagal seperti ini.”
“Kau pasti sengaja melakukannya?” pancing Ressam sambil melirik ke arah Troy yang juga berfokus pada dirinya sekarang.
“Tidak, Tuan! Mana mungkin saya akan membuat diri saya sendiri berada di dalam mulut singa? Gagalnya transaksi ini, membuat saya rugi besar. Semua Klien saya membatalkan pesanan,” jawab Arthur di seberang sana dengan suara yang terdengar sedikit ketakutan.
“Aku tidak peduli. Itu semua menjadi konsekuensi atas kebodohanmu yang membuat transaksi ini gagal. Seharusnya, kau memastikan dulu jika situasi malam itu aman!” desak Ressam sehingga membuat helaan napas kasar Arthur terdengar.
“Saya sudah menyisir dan memastikan jika kondisi jalanan malam itu aman, Tuan. Anda bisa melihat sendiri, jika polisi yang menggagalkan transaksi ini bukanlah polisi yang sedang bertugas,” jawab Arthur dengan meyakinkan. Sesuai dengan fakta yang memang terjadi di tempat penangkapan. “ tapi Anda jangan khawatir. Sampai saat ini, aparat kepolisian termasuk polisi yang menggagalkan transaksi ini belum menemukan bukti apapun.” Lanjutnya dengan nada yang terdengar bahagia sehingga ingin rasanya Ressam mengumpat ‘Aku yang sudah memanipulasi semua bukti-bukti itu, karena kebodohanmu akan membuatku terjebak, sialan!
Ressam menghela napasnya pelan. Andai saja, dia tidak sedang menyelidiki rencana Arthur yang sebenarnya, sudah dia teriaki pria itu sejak tadi.
“Baiklah. Kalau begitu kita aman,” jawab Ressam pada akhirnya. “Game over!” Ressam mengucapkan sandi itu lagi karena tidak ada yang perlu dirinya bicarakan lagi dengan Arthur. Untuk meminta bantuan Arthur agar membebaskan anak buahnya pun adalah sesuatu yang mustahil juga. Sepertinya, ke dua anak buahnya akan mendekam di penjara selama hidup mereka, jika mereka memutuskan untuk tetap berpegang teguh pada sumpah setia pada dirinya.
“Tunggu, Tuan.”
“Apa lagi?”
“Apa Anda tidak berniat untuk membebaskan senjata-senjata itu dari kepolisian?” tanya Arthur dengan lancangnya. “atau mungkin saja, Anda ingin menghabisi polisi yang sudah membuat Anda rugi? Saya memiliki datanya sekaligus di mana polisi itu tinggal.” Perkataan Arthur selanjutnya, jelas membuat Ressam berdecih.
“Kau ini bodoh atau tidak memiliki otak hah?” bengis Ressam yang sudah tak habis pikir dengan pemikiran Arthur tadi. “lebih baik aku mengalami kerugian dari pada harus menjadi pengacau! Biarkan, senjata-senjata itu menjadi milik negara sekarang.” Lanjutnya meskipun dia tau, jika Arthur tak setuju dengan pemikirannya. “meskipun aku mampu, aku tidak akan mau mengacau aparat kepolisian ataupun aparat milik negara lainnya. Organisasi ilegal ini, memiliki kelas dan tempat masing-masing. Tapi untuk mengacau hidupmu, tentu saja tidak akan aku tunda-tunda lagi. “
“Ampun, Tuan. Maaf untuk kelancangan saya tadi.”
Ancaman Ressam tadi, ternyata berhasil membuat bulu kuduk Arthur berdiri. Tanpa Ressam lihat dengan mata kepalanya sendirinya pun, dia bisa merasakan jika Arthur ketakutan.
“Jadi, lupakan saja masalah ini. Kembali lah pada hidupmu, dan camkan ini baik-baik. Setelah kerugian besar ini, aku tidak akan pernah mau bertransaksi dengan orang tidak becus sepertimu lagi! Dan untuk anak buahku yang berada di penjara, kau tidak perlu ikut khawatir. Mereka akan mendapatkan hadiah yang setimpal untuk kesetiaan mereka!”
Klik!
Ressam mematikan sambungan teleponnya. Sudah cukup dia berbicara dengan orang tidak waras seperti Arthur. Setelah ini, dia tidak mau lagi. Pria seperti Arthur itu sangat gegabah dan bisa menempatkan orang lain dalam bahaya termasuk dirinya.
“Dasar pria gila!” umpat Ressam sehingga membuat Troy yang berada di sampingnya penasaran.
“Memangnya, apa yang pria itu katakan sehingga membuatmu kesal seperti ini?”
Ressam menghela napasnya pelan. Dia memijat pangkal hidungnya sebelum menjawab, “Bisa-bisanya dia menyuruhku membebaskan senjata itu dari kepolisian? Gila! Apa dia tidak berpikir, jika aku melakukan kekonyolan itu, tanpa mencari bukti apa pun polisi pasti akan langsung menangkapku karena akulah pemimpin yang mereka cari saat ini.”
“Pfftt ... hahaha.”
Tawa Troy menggelegar. Ressam tau, jika Troy adalah satu-satunya orang yang akan terhibur akan kebodohan Arthur. Berbeda dengan dirinya yang justru merasa kesal. Menghadapi pria itu, ternyata membutuhkan kesabaran Ekstra.
“Ternyata, kau berteman dengan orang tidak waras, Ressam,” ucap Troy masih dengan tawa gelinya. “baru kali ini, aku bertemu penjahat yang otaknya tidak waras seperti itu.” Lanjutnya. “astaga ... bisa-bisa, pria itu merusak komplotan semut merah hanya karena kebodohannya membawa bangkai belalang.” Imbuh Troy yang masih menyayangkan otak saya orang Arthur yang seharusnya cerdik sebagai polisi juga penjahat kelas kakap.
Ressam memilih diam meskipun perkataan Troy dari tadi ingin membuatnya terbahak. Troy benar. Baru kali ini dirinya bertemu dengan penjahat yang tidak memiliki otak seperti Arthur, atau justru sedang berpura-pura saja karena ada sesuatu yang Arthur rencanakan?
Selain memberinya saran untuk mengambil senjata itu, bukankah Arthur menyarankan dirinya untuk menghabisi Polisi yang menjadi dalang dari gagalnya transaksi mereka?
“Troy, perlihatkanlah jejak CCTV saat penangkapan itu terjadi.” Ressam seperti menemukan titik terang dari kebodohan Arthur. Arthur itu tidak akan mungkin sebodoh itu dalam bertindak. Mengingat kerugian ada di kedua belah pihak, tentu saja Arthur sudah bersiap untuk segala kemungkinan yang ada sampai senjata itu tiba ke tangannya. Jadi, jika transaksi ini gagal dan dalangnya adalah seorang polisi yang tidak bertugas, sudah pasti polisi itu bukan bagian dari rencana Arthur.
Ressam mengernyitkan sebelah alisnya. Sekarang dia mengerti maksud dari perkataan Arthur tadi. Arthur itu, ingin membuktikan jika dirinya tidak bersalah dalam gagalnya transaksi ini. Gagalnya transaksi ini, murni karena ancaman yang tiba-tiba datang tanpa bisa dicegah. Dan sepertinya juga, Arthur ingin melenyapkan polisi itu agar kasus ini ditutup dan nama baik pria itu tidak akan berada dalam ancaman lagi.
“Kenapa kita baru menyadarinya?”
Celetukan Troy, membuat fokus Ressam secepat kilat beralih ke layar berukuran sedikit besar yang berada di atas meja. Di mana, terlihat dengan jelas saat-saat penangkapan anak buahnya terjadi.
“Dia—“
Suara Ressam menggantung. Jangankan Troy, Ressam pun dibuat terkejut begitu melihat isi rekaman CCTV di malam penangkapan itu dan menunjukkan wajah polisi yang sudah menjadi dalang gagalnya transaksi ini.
“Robert Van Malik,” celetuk Troy karena Ressam bahkan tak memiliki daya untuk menyebut nama itu. “wow! Musuhmu berat, Bung. Aku sarankan, kau mundur saja dan kembali ke singgasanamu di Italia.”
Ressam menelan salivanya kasar. Dia masih tidak bisa berkata-kata karena tenggorokannya sudah seperti tersumbat oleh dahan kayu yang besar. Kenyataan ini tentu saja membuat kepalanya mendadak pening. Beruntung, dia tidak melakukan tindakan adapun, dan memilih mengalah serta menanggung kerugian yang besar dengan memanipulasi bukti-bukti dan membuat kasus ini menemukan jalan buntu. Jika tidak? Sudah pasti, Dave akan memenggal kepalannya jika sampai pria itu terluka akibat ulahnya juga.
Dan Viora?
Mimpinya untuk memiliki wanita itu, tentu saja akan semakin jauh dari harapan.
“Beruntung, aku lebih bodoh dari Arthur dengan membiarkan kasus ini ditutup, Troy,” desah Ressam sedikit frustasi sambil melihat jejak Robert dalam penangkapan itu dengan jelas. Arthur tidak berbohong. Saat itu, Robert memang tidak sedang bertugas. Pria itu bahkan mengenakan pakaian biasa dan tak mencurigai apapun saat berhenti di lampu merah yang kebetulan sekali, posisi Robert dan mobil anak buahnya yang membawa senjata berdekatan.
Namun, entah hal apa yang dilakukan anak buahnya sehingga membuat Robert turun dari mobilnya dan menggeledah isi box mobil yang tentu saja berisi banyak senjata. Saat itu, situasi jalan sedang ramai, dan anak buahnya tidak bisa berkutik saat Robert mengancam dengan menodongkan senjata.
Misi : Membawa pesanan sampai selamat ke tangan tuan baru. Visi : Tidak membuat keributan kecuali dengan orang-orang yang pertama memancing. Tidak juga membuat keributan jika membuat masyarakat sipil yang tidak mengetahui apa-apa, terancam.
Ressam menghela napasnya pelan. Dalam situasi genting seperti itu, ke dua anak buahnya masih berpegang teguh pada Visi dan Misi yang sudah mereka ikrarkan.
Troy menatap Ressam dengan sorot prihatin. Masih tak menyangka, jika takdir selalu mengaitkan Ressam dengan keluarga D’orions yang di masa ini akan membunuhnya tanpa perhitungan. Ressam tak lagi memiliki kesempatan pun waktu untuk bertemu dengan salah satunya sebagai orang yang sudah berubah dan mau menjalin persahabatan. Kesalahan fatalnya, sudah membuat Ressam menjadi satu-satunya orang yang tidak akan pernah mereka maafkan.
“Jangan khawatir. Aku akan membuat Robert tak menemukan bukti apapun. Kasus ini selesai, dan kau tidak perlu berurusan dengan b******n seperti Arthur,” ucap Troy sambil menepuk pundak Ressam yang semakin kokoh karena perjuangannya selama beberapa tahun terakhir.
Ressam mengangguk. Dia beruntung memiliki sahabat seperti Troy yang masih mau menerima dan membantunya. “Terima kasih banyak. Aku tidak tau, apa yang akan terjadi di masa ini, jika tidak ada dirimu,” balasnya sehingga membuat Troy menjawab,
“Sama-sama. “ Troy tersenyum pelan. “Sama seperti Dave, kau juga sahabatku Ressam.” Lanjutnya. Situasi ini, bisa dibilang rumit karena Dave dan Ressam itu, sudah seperti dua ekor singa jantan yang berada di dalam satu kandang.
Ressam mengangguk pelan. “Segera, aku akan menjadwalkan kepulanganku ke Italia. Tapi sebelum itu, aku ingin memastikan kondisi seseorang baik-baik saja.”
Troy menyipitkan pandangannya pertanda curiga begitu mendengar kata-kata Ressam tadi. “Apa kedatanganmu ke sini adalah karena seorang wanita juga?” tanyanya dan dijawab Ressam dengan seringaian tipisnya.
“Untuk bagian itu, biarkan menjadi rahasia.”
“Sial!”
Ke dua sahabat itu pun saling melempar umpatan. Namun, setelahnya mereka bercengkerama dengan hangat sebelum Ressam kembali ke Italia, dan Troy melanjutkan hidupnya sebagai pria biasa yang hidup di dalam istana yang tersembunyi lewat pemandangan gubuk reot miliknya.
"Tapi, apakah Arthur akan melepaskan Paman Robert juga?" pemikiran baru dari Ressam yang masih tak berhenti memikirkan kerumitan ini, membuat Troy yang sedang menikmati kue kering nyaris tersedak.
Troy melihat ke arah Ressam dengan pandangan penuh tanya. "Apa yang tengah kau pikirkan?" tanyanya penasaran dan Ressam pun menjawab.
"Aku tengah berpikir, bagaimana jika Arthur itu memiliki dendam pribadi pada Paman Robert dan berniat untuk menjadikan kasus ini sebagai senjata utamanya?"