"Huaa!"
"Aghh..."
Usai terlempar beberapa meter setelah ledakan, mereka yang semua bangun dan siaga.
"Kalian baik - baik saja?" Tanya Aaron pada keempat pasukan markas selatan itu.
"Tidak terlalu baik, juga tidak terlalu buruk," jawab Saga.
Aaron mengangkat bibirnya ke atas. "Bagus, itu bearti kalian masih bisa bertempur."
"Tentu saja. Jangan remehkan kami."
Para pria semakin bersemangat untuk bertarung meskipun sudah babak belur karena ledakan tadi. Bukannya takut tapi justru tertantang untuk mengalahkan lawan di depannya. Jiwa menaklukan mereka mencuat begitu saja.
"Kalian jangan memaksakan diri, " peringat Saara.
"Kami bukan pria lemah yang menyerah dengan serangan seperti itu Saara."
Saara pun terdiam tak ingin berdebat.
Rekan - rekan Aaron tidak menyadari jika kekuatan mereka sama sekali tidak ada apa - apanya dibanding dengan Devos. Pria itu semakin kuat karena memakan ribuan kristal zombie. Mereka terus menyerang dari jauh untuk menghalau Devos bergerak agar Saara bisa menyerangnya.
"Serang!"
Ken, James, Sean, Saga dan juga Aaron kembali melancarkan serangan tanpa henti ke arah Devos yang kini melawan Saara. Akan tetapi zombie itu justru melompat ke sana kemari lalu meliuk - liuk menghindari serangan. Setelah berhasil menghindar, Devos bahkan mencoba menyerang Saara hingga gadis itu terpukul mundur.
Buagh....
Bruk.
Saara yang jatuh ke tanah karena hantaman Devos kembali bangkit. Dia mengernyitkan alisnya dan memasuki mode serius.
"Bagaiamana ini? Saara nampak kewalahan, " ucap Ken.
"Lebih baik kita satukan kemampuan kita seperti tadi. Sebab jika kita menyerang satu persatu, dia bisa menepis dengan mudah."
"Ide bagus."
Mereka pun menyatukan kekuatan di satu titik sehingga membentuk pola yang sangat besar. Bola itu bukan sembarang bola akan tetapi kumpulan kemampuan dari kelima orang itu yang memiliki lima unsur. Api, air, es, kilat, angin menyatu menjadi satu dan dilemparkan dengan cepat ke arah Devos.
Mata Devos membola melihat bola energi yang sangat kuat menuju ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Karena tidak bisa menghindari ia terpaksa menahan bola energi tersebut dengan lengannya. Alhasil dia mati - matian menahan bola energi yang sangat hebat itu hingga tubuhnya mengalami luka yang cukup serius. Beberapa dagingnya mengelupas dan rusak.
Saara tidak berdiam diri begitu saja melihat ada kesempatan untuk mengalahkan Devos. Dia juga mengeluarkan energi telekinesis nya pada Devos yang terlihat tidak mampu menahan bola energi. Akhirnya Devos jadi kewalahan sehingga ia memutuskan untuk kabur.
Ziiing....
Duaaarh!
Bola energi tadi diarahkan Devis ke arah tanah hingga meledak. Devos tahu harus memanfaatkan kesempatan dan kabur. Jika tidak dirinya akan tewas di tangan Saara dan juga rekan - rekannya yang gila bertarung. Apalagi kini tubuhnya sedang mengalami kerusakan yang parah akibat bola energi yang disatukan oleh kelima rekan Sarah.
"Lagi - lagi dia melarikan diri. Kita harus mengejarnya! dia semakin lama semakin kuat, iyakn Saara! "
Saara hanya terduduk di tanah karena lelah. Pertempuran kali ini bukan pertempuran yang mudah.
"Tidak perlu ... kali ini dia tidak akan bertambah kuat karena kalian sudah melukainya dengan begitu parah, " jawab Saara dengan wajah dasarnya.
Mendengar ucapan Saara, kelima pria itu ikut duduk di tanah. Sebenarnya mereka juga kelelahan dan kesakitan. Tubuh mereka adalah tubuh manusia sehingga bisa terluka dengan mudah meski memiliki kemampuan.
"Oh...akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang, " des*h Aaron. Dia kini melihat pakaiannya yang compang camping.
"Sebenarnya apa yang ia lakukan sehingga bertambah kuat seperti ini? " tanya Ken. Dia begitu lelah hingga tidak sanggup mengeluarkan air penyembuhan dari tangannya.
Keempat rekannya tidak protes karena tahu jika Ken sama lemahnya dengan mereka.
"Akan ada saatnya kalian mengetahui hal tersebut. Sekarang yang terpenting adalah kita harus mencapai laboratorium profesor yang semakin dekat. Jika kita berhasil membuat serum itu maka semuanya tidak akan sesulit seperti ini."
"Ya kau benar. "
Mereka pun sepakat untuk menuju ke laboratorium Profesor Philip. Dengan langkah tertatih kelima orang menuju mobil Jeep. Tidak seperti Saara yang memiliki kemampuan memulihkan diri dengan cepat akibat virus Em0 versi sempurna yang berada di tubuhnya.
Seperti sebelumnya, Saara yang menyetir mobil itu. Dia pun mempercepat laju mobil Jeep yang mereka tumpangi untuk segera sampai ke laboratorium Profesor Philips. Semua orang mengira jika Saara ingin segera membuat serum agar bisa mengalahkan Devos namun yang tidak mereka ketahui adalah Saara ingin segera menyelesaikan misi dan menuju ke markas pusat yang datang dikuasai oleh Jenderal Mayer. Saara mencium darah dari arah markas itu.
***
Di markas pusat Jenderal Mayer sedang duduk di atas kursi pemimpin markas yang selama ini diduduki oleh Robinson. Di kanan kirinya terdapat para wanita yang senang hati melayani. Tidak seperti melayani Robinson dan rekan -rekannya, para wanita itu itu begitu memuja Jenderal Mayer. Mereka bahkan berlomba memperebutkan perhatian sang jemderal yang nampak gagah.
Jenderal Mayer pun menyeringai dengan bangga karena bisa mendapatkan posisi ini. Semua itu berkat kristal zombie yang ia dapatkan bersama dengan para pasukannya. Kali ini, dia akan membuat markas yang lain tunduk padanya dengan mensuplai makanan secara teratur. Karena saat ini makanan adalah kebutuhan yang krusial pasti markas yang lain dengan senang hati memihak padanya.
Jenderal Meyer akhirnya menikmati apa yang ia inginkan selama ini. Dia juga semakin bertambah muda karena kristal zombie yang ia makan.
"Baiklah lady, kalian istirahat lah. Aku harus mengurusi beberapa hal sebelum menyusul kalian."
Tidak ada yang membantah perintah Jenderal Mayer. Mereka semua berjajar dan pergi ke kamar masing - masing.
"Bagaimana? Apa kalian sudah memeriksa ladang yang berada di sini?" Tanya Mayer.
"Iya, semuanya terorganisir dengan baik. Aku bahkan mengira berada di dunia sebelum ada wabah zombie..."jawab Draco.
Mata jenderal Mayer menatap tak percaya pada penuturan Draco.
"Itu benar, kami memiliki teknik agar tanaman tidak mati. Sistem hidroponik dan rumah kaca membantu kami merawat tanaman itu. "
Jenderal Mayer mengangguk. Lalu bagaimana dengan hewan ternak? Apa di sini masih ada hewan yang tidak terkontaminasi oleh virus zombie?"
Kendal menyeringai bangga, ",Tentu saja. Semua aman. Jangan khawatirkan proses pengawetannya juga, semua tersedia dengan baik." Semua memang sudah diperhitungkan dengan baik oleh Robinson. Sayangnya mereka menjadi semena - mena sehingga menumbuhkan kebencian di hati pasukan yang menjaganya selama ini.
"Bagus. Kalian semua segera distribusi kan bahan makanan itu. Aku rasa markas empat penjuru sudah kekurangan bahan makanan."
Dia pun segera menyuruh anak buahnya untuk mengambil bahan makanan dan dikirim ke markas Selatan dan juga markas yang lain. Jenderal Mayer tahu jika harus memulai kekuasaan barunya dengan mendapatkan hati para pasukan terlebih dahulu sebelum mengajak mereka menguasai dunia.
...
Markas Selatan, Barat, Timur dan Utara yang mendapatkan kiriman makanan dari markas pusat merasa sangat senang. Sebab sudah lama sekali tidak ada pasokan makanan dari markas pusat sehingga membuat markas - markas yang lain menjadi kebingungan. Jadi meskipun ada info jika Jenderal Mayer memberontak dan menahan Robinson juga rekan - rekannya di bawah tanah, tidak ada yang memprotes hal tersebut. Tentu saja mereka hanya berpihak kepada orang yang bisa mencukupi kebutuhan mereka untuk bertahan dari dunia yang seperti neraka ini.
Thomas yang berada di markas Barat bahkan terkejut dengan kedatangan pasukan dari markas Pusat. Dia hanya bisa menerima masakan makanan tersebut tanpa bertanya seperti saran Saara. Dalam hati Thomas juga mencurigai jika pasukan yang mengirimkan makanan memiliki kemampuan istimewa seperti Saga dan rekan - rekannya yang lain.
'Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah sesuatu yang lebih buruk daripada semua ini akan terjadi?'
Saga tidak akan bisa membayangkan jika terjadi sesuatu yang lebih buruk dari semua ini. Tidak mungkin ada lagi manusia yang bisa bertahan di zaman ini jika sesuatu yang lebih buruk terjadi. Dan zaman ini akan menjadi akhir dari kehidupan manusia untuk selamanya.
"Sudah lama sekali tidak ada kiriman makanan. Terima masih."
"Saat ini Jenderal Mayer yang sedang memimpin markas pusat... dia tidak akan membiarkan para pengungsi kelaparan seperti yang Robinson dan teman- temannya lakukan pada kita," ucap dari Draco.
Thomas menatap curiga pada mereka bertiga yang mengirimkan makanan dari markas pusat. "Jadi Jenderal Mayor mengambil alih kekuasaan dari Robinson dan lainnya? Apa yang terjadi jika markas pusat kehabisan makanan tanpa adanya penyokong dana? "
Pertanyaan itu seolah sudah mereka antisipasi sebelumnya.
"Jangan khawatir. Sebab semua yang ada di markas pusat diolah oleh para pasukan seperti kami. Semuanya juga setuju jika Robinson telah bertindak sewenang - wenang pada kita semua dengan membiarkan markas - markas yang kekurangan pasokan untuk para pengungsi. "
Thomas akhirnya tahu bagaimana markas pusat yang memiliki pasukan dan juga persenjataan yang kuat, dapat direbut dengan mudah. Ternyata pasukan di markas Pusat juga sudah muak dengan kelakuan Robinson dan yang lain.
"Syukurlah, kuharap Jendral Mayer tidak lupa akan tanggung jawabnya. Aku juga berdoa semoga dia tidak berubah seperti Robinson dan juga lainnya. "
"Dia adalah pimpinan kita. Tidak mungkin dia bertindak kejam pada kita."
Thomas mengangguk. "Ya, Kuharap juga begitu."
Draco dan yang lainnya pun berpamitan pada Thomas, akan tetapi mereka sebenarnya tidak benar- benar berpamitan untuk pulang. Namun mereka berburu zombie. Seperti analisis Saara sebelumnya, keserakahan mulai menginfeksi hati para pemilik kemampuan. Hal tersebut dimulai oleh Draco, padahal dahulu pria itu adalah seseorang yang akan berurusan dengan hal- hal sulit. Tapi kini matanya memancarkan keserakahan karena ingin mendapatkan kristal zombie. Mereka pun berani menentang perintah agar segera kembali setelah memberi pasokan makanan pada markas barat.
Setelah lama berjalan mereka ternyata berhadapan dengan zombie mutasi ketiga yang nampak seperti manusia lemah. Wajah mereka yang mengiba membuat Draco dan rekan - rekannya turun untuk menolong zombie mutasi ketiga itu.
"Lihat, ada gadis yang terlihat pingsan di sana " tunjuk rekan Draco.
"Apa dia adalah pengungsi dari markas barat?" tanya Draco.
"Ya sudah kita periksa. "
Tanpa sadar mereka telah jatuh ke dalam perangkap zombie yang memiliki kecerdasan hampir seperti manusia. Saat ini zombie mutasi ketiga itu pun menyiapkan diri untuk memakan Draco dan rekan - rekannya. Mereka sudah kelaparan karena tidak berhasil memakan rombongan Aaron meski sudah mengekori mereka berhari - hari.
Kuku zombie itu mulai memanjang. Dan begitu Draco mendekat, zombie tadi menyabetkan kukunya dengan kecepatan tinggi.
"Huaaa!"
Hampir saja Draco terkena, beruntung pria itu mampu menghindar. Namun yang terpenting, zombie tadi berubah dari gadis cantik menjadi zombie. Perubahannya pun berselang seling hingga membuat Draco bingung.
"Bagus, kita mendapatkan kristal zombie." Draco yang shok mengubah ekspresinya menjadi serakah. Dia yang tidak tahu jika lawannya tidak memiliki kristal zombie, mulai menyerang zombie mutasi ketiga itu.
Duagh.
Petir menyala - nyala di tangan Draco dan rekannya. Mereka segera mengarahkan serangan itu pada gadis zombie. Dan diluar dugaan, zombie tadi sanggup bergerak sangat cepat. Bahkan tidak terlihat oleh mata telanj*ng. Kini Draco dan rekannya baru sadar jika berada dalam bahaya.
Tbc