19. Hah?!

1080 Kata

DEVAN menyampirkan ransel hitam di bahu kirinya.  Sudah rapi, dengan seragam lengkap, khas sekolahnya.  Sebelum keluar kamar, terlebih dulu Devan memeriksa kembali penampilannya di depan cermin. Merapikan poni hitam kesayangannya, sembari tersenyum genit pada bayangannya sendiri. "Elah, itu cakep banget yang di cermin! Kembaran Sehun apa ya?!" lalu tertawa seperti orang gila.  Devan segera keluar dari kamarnya, dengan berlari kecil. Sebab suara sang bunda yang membahana, sudah terdengar.  "Jangan lari-lari! Nanti jatuh!" Devan terkekeh pelan, saat teguran ayahnya terdengar. Ingat 'kan, kalau ayahnya itu overprotective? Anak itu melempar ranselnya ke atas sofa, lalu mendudukkan bokongnya di kursi tepat di samping sang ayah.  "Coba ranselnya jangan dilempar-lempar gitu!" Lagi-lagi, D

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN