Salah langkah

1210 Kata
Langkah kaki David seperti berlari di atas awan begitu dia keluar dari lift setelah bertemu dengan Tania. David mengejar waktu yang mungkin tidak akan dia miliki untuk mendapatkan yang sudah sekian lama dia kumpulkan. Walaupun harapannya kecil setidaknya David telah berusaha sebaik mungkin. Bruakk!!! David membuka pintu ruangannya dengan tidak sabar hanya untuk untuk mendapati Erwin yang sedang duduk di kursi yang berada di depan mejanya. “Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya David mengitari meja untuk menempatkan paentatnya di kursi. “Apa yang sudah kau lakukan sepagi ini?” tanya Erwin begitu dia melihat David mengacuhkan dirinya  untuk menyalakan komputernya. “Mengambil semua informasi pekerjaan yang sudah masuk ke HSP,” jawab David tanpa mengalihkan perhaiannya dari layar computer. “Informasi apa-an?” keheranan Erwin tidak langsung terjawab karena David seperti tidak menganggap dirinya ada. “David, apa yang sedang kau lakukan? Bukankah seharusnya kau menemui Zeny untuk meminta proyek Igor sebelum dia menyerahkan pada yang lain?” tanya Erwin lagi. “Tidak ada pertemuan lagi. Aku sudah di pecat oleh Tania. Menurutnya tidak ada lagi kesempatan buatku di HSP,” jawab David. “Dipecat? Bagaimana bisa dan aku tidak percaya Tania melakukannya.” Pertanyaan Erwin seperti angin lalu karena David masih memberi perhatian penuh pada layar komputernya. “Brengsaek. Bagaimana bisa dia menghapus semua file yang ada di dalam komputerku,” umpat David. Berbagai umpatan dan makian kasar yang menyertakan isi semua penghuni kebun binatang keluar dari mulut David hingga telinga Erwin berdenging mendengarnya. ‘Sebelumnya  aku berpikir kalau Tania sudah memberi perintah pada team IT untuk merubah password data HSP, tapi bagaimana semua data di komputerku bisa hilang!” Kemarahan yang begitu besar dibalik keheranan yang tidak bisa dia mengerti membuat wajah David memerah. “Semua data di komputermu hilang? Termasuk data yang tidak berhubungan dengan HSP?” tanya Erwin pelan. “Hanya data HSP dan semua proyek yang masuk. Selebihnya masih ada,” jawab David. Matanya tajam menatap Erwin seolah temannya itu bisa menjawab pertanyaan yang ada di dalam hatinya. “Mungkin Pak Indra dan anak buahnya yang melakukannya,” jawab Erwin setelah tatapan menuntut dari David semakin mendesak. “Pak Indra? Siapa dia?” tanya David. Mungkinkah ada pegawai lain yang melakukan sabotase terhadap isi file yang ada dikomputernya? Kalau memang benar, sangat mudah bagi orang luar untuk melihat dan menghapus data yang berisi pekerjaan karyawan HSP. “Pak Indra adalah suaminya Bu Tania. Dia seorang perwira polisi. Dari informasi yang aku dengar dari sekuriti, semalam Pak Indra datang bersama beberapa anak buahnya. Tidak ada yang tahu,  tetapi Pak Indra sudah mendapat ijin masuk dari Pak Sam,” beritahu Erwin. “Licik. Aku yakin ada yang sudah mulai curiga padaku. Bagaimana denganmu?” tanya David putus asa. Dia belum sempat memberikan semua informasi yang diminta Sigit karena sepulang dari makan siang kemarin, dia menemui Igor untuk memastikan lelaki Rusia itu tetap meneruskan mangadakan acara di HSP. “Di komputerku tidak ada data lain selain data kepegawaian, tetapi semua itu memang memiliki password yang harus aku konfirmasi lebih dulu pada Bu Tania kalau aku memang memerlukannya,” jawab Erwin. “Data pegawai juga membutuhkan konfirmasi?” tanya David dengan kening berkerut. “Benar, tetapi khusus pegawai yang memiliki jabatan, selebihnya tidak ada,” jawab Erwin. “Begitu, kalau boleh aku tahu siapa Abyan? Bagaimana dia bisa masuk ke event planner?” tanya David. Selama ini dia bekerja sendiri, tetapi sejak Abyan masuk, semua kegiatan bisa dia lakukan dengan baik dan tidak mengecewakan. “Abyan…aku tidak tahu siapa dia. Sejak awal masuk dia sudah membuatku heran. Tidak ada data tentang dirinya karena Bu Tania sudah melakukan segalanya.” “Bu Tania melakukan segalanya? Bukannya Zeny?” tanya David. Selama ini dia menganggap Zeny yang menjadikan Abyan, pegawai baru yang berwajah tampan tapi kere mendapat perhatian lebih. Tidak pernah terbesit di dalam pikirannya kalau Tania ikut terlibat di dalamnya. Lalu, apa yang salah dengan tuduhannya? Kenapa Tania harus marah kalau perkataannya memang benar? Atau…Tania menyingkirkan dirinya karena dia tidak mau namanya terlibat scandal? “Lalu apa yang akan kau lakukan setelah keluar dari HSP? Aku yakin tidak lama lagi kau sudah harus meninggalkan ruangan ini, kan?” tanya Erwin. Perhatiannya tertuju pada saat dia melihat David mengeluarkan kotak yang sebelumnya dia pakai sebagai tempat berkas. “Benar. Aku diberi kesempatan selama setengah sejam untuk beberes,” ucap David sinis. “Ada apa? Apa kau berpikir Tania sengaja memberikan waktu 1 jam untuk memastikan kau akan mencari informasi atau tidak?” pertanyaan yang tidak terucap dari bibir David dikatakan dengan jelas oleh Erwin. “Benar. Dan keberadaanmu di ruanganku adalah sebagai jebakan baru yang sudah dipasang oleh Tania. Aku tidak tahu kalau wanita yang lebih sering terlihat gemulai itu ternyata menyimpan pemikiran yang tidak bisa aku pahami,” ujar David tertawa. Seandainya saja Sigit tahu lawan yang harus mereka hadapi memiliki kekuatan yang tidak terlihat karena terlindungi oleh sifat lembut dan tutur kata yang halus, Davis pastikan mereka lebih baik melakukan serangan terbuka pada HSP. Namun, apakah Sigit bisa melakukannya? David tidak yakin. Dulu, dengan Sam saja dia tidak berkutik hingga perusahaannya gulung tikar. “Ada pertanyaan yang sejak tadi mengganjal di pikiranku, kenapa kau lagsung dipanggil Tania dan siapa yang sudah membeberkan semua kesalahanmu padanya?” pertanyaan Erwin kembali memancing kemarahan David atas kebodohannya. Dengan wajah jengkel bercampur emosi tingkat Dewa, David menjelaskan asal mula sampai dia dipanggil oleh Tania.  “Kau…bagaimana bisa kau berbuat bodoh dengan menghina Tania? Kau seharusnya bisa menahan mulut dan lidahmu dengan baik!”  “Kau pikir aku tahu Hisyam sedang bicara dengan siapa? Dia tidak memperlihatkan kalau sedang bicara dengan Tania. Aku hanya penasaran bagaimana bisa Abyan jam segini belum masuk. Apa istimewanya dia,” gerutu David jengkel. “Apa maksudmu? Kalian sudah kerja sama selama sebulan lebih dan di dalam pikiranmu hanya satu yaitu apa keistimewaannya saja? Kau benar-benar sudah membuat kami kecewa. Sebenarnya apa saja yang kau ketahi tentang dirinya?” “Tidak banyak. Abyan tidak suka bicara. Menurutku dia lelaki yang bekerja dalam diam. Bahkan aku sangat jarang melihatnya bicara termasuk dengan para anak buahnya. Dan semua itu membuatku curiga kalau dia mendapat dukungan dari Bu Tania maupun Zeny,” jawab David. “Dan kau melakukan hal bodoh sampai dipecat?” sindir Erwin. “Kau serius tidak tahu sama sekali tentang Abyan? Bagaimana kalau kita mengajaknya kerja sama?” kata David setelah dia diam beberapa saat. “Tidak ada informasi tentang Abyan. Aku bahkan tidak berpikir kalau Abyan memberikannya pada Bu Tania. Sempat terpikir kalau dia adalah kerabat mereka,” sahut Erwin. “Kerabat? Maksudmu, mereka sudah curiga dengan kita sehingga menempatkan Abyan di team-ku?” seru David. “Mengapa tidak. Hanya kerabat yang tidak memerlukan informasi yang harus di simpan di HRD. Hanya saja aku tetap tidak mengerti, mengapa baru sekarang Bu Tania membeberkan kesalahanmu? Aku merasa mereka hanya menunggu kita membuat kesalahan. Omong-omong bagaimana dengan berkas Igor? Sudah kau berikan pada Pak Sigit?” tanya Erwin. Hanya gelengan lemah yang diberikan oleh David. “Kau belum melakukannya, kenapa?” tanya Erwin heran. “Zeny memintaku menemui klien baru untuk mewakili dirinya,” jawab David lemah. “Dah hasilnya?” tuntut Erwin. “Fantastis…tapi zonk. Klien yang aku temui kemarin akan memberikan rinciannya hanya pada Zeny apabila kita setuju dengan permintaannya,” jawab David lesu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN