Seperti yang diinginkan oleh Zeny dan Abyan, Pagi itu David sudah menunggu kedatangan Zeny dengan duduk di kursi yang ada di depan Anjely membuat wanita yang merupakan teman dekat Zeny tidak nyaman.
“Apa yang Pak David lakukan di sini? Bu Zeny bahkan belum datang,” kata Anjely.
“Aku tahu. Dan aku memang sengaja sebelum kau mengatur jadwal pertemuan dengan yang lainnya,” sahut David tidak tahu malu.
“Sayang sekali. Kami mengatur jadwal bukan pada hari ini tetapi sudah seminggu yang lalu. Jadi, kalau kau mau bertemu dengan Bu Zeny, sudah diatur waktunya, yaitu pada jam 11 siang ini,” kata Anjely.
“Apa maksudmu?” tanya David.
“Ini, semua jadwal Bu Zeny sudah diatur dengan rapi dan bukan baru hari ini di susun, tapi sudah seminggu lalu,” beritahu Anjely dengan memperlihatkan jadwal Zeny pada David.
Secara sengaja, Anjely menutup janji yang lain agar David tidak bisa melihatnya karena bukan urusan David dan lelaki itu juga tidak memiliki kepentingan untuk mengetahuinya.
“Tapi, aku sudah janji bertemu dengan Bu Zeny hari ini,” kata David menolak percaya pada jadwal yang diperlihatkan oleh Anjely.
“Pertemuan memang hari ini, tetapi bukan pada pagi hari melainkan nanti jam 11 siang. Hari ini Bu Zeny ada janji di luar,” jawab Anjely.
“Baiklah. Tidak ada gunanya, kan, kalau aku tetap berada di sini karena Bu Zeny juga tidak ada di tempat,” sesal David yang tidak bisa menarik simpati Anjely.
“Karena kau sudah mengetahui jadwalnya, aku tidak perlu memberi kabar padamu lagi kalau sudah waktunya. Kau bisa datang nanti sesuai dengan jadwal yang sudah diatur Bu Zeny,” kata Anjely kembali.
“Baiklah, Selamat Pagi.”
Wajah David jauh dari kata puas. Dirinya merasa di permainkan dalam level yang membuatnya ingin memukul seseorang, sayangnya orang yang dia inginkan tidak ada di tempat.
David merasa sejak Abyan bergabung di bagian Event Planner, semua pekerjaan yang awalnya nyaman karena dia bisa menarik dana yang cukup besar sebagai dalih dari pembiyaan untuk sebuah acara yang berlangsung semakin terhambat bahkan bisa dibilang kran pencairannya sudah ditutup rapat.
“Kemana Abyan?” tanya David pada Hisyam yang sedang duduk dengan mata tertuju pada layar komputernya sementara ditelinganya menempel ponsel. Hisyam sepertinya sedang bicara dengan seseorang melalui ponselnya sedangkan dia terus melakukan pekerjaannya.
“Oh, Pak David. Pak Abyan sudah keluar menemui klien?” jawab Hisyam menutup layar komputernya dari pandangan David.
“Sudah keluar? Memangnya dia datang jam berapa?” tanya David melihat jam tangannya.
David tidak percaya kalau Abyan bisa datang lebih pagi sementara dia mengira kalau dirinya sudah lebih pagi datang ke kantor sebelum orang lain. Nyatanya dia sudah keliru.
“Ada apa? Apa yang kau sembunyikan dan tidak boleh aku lihat?” tanya David.
Perbuatan Hisyam yang menutup layar computer berhasil menarik perhatiannya.
“Bukan apa-apa, Pak. Ini hanya gambar mentahan saya untuk acara bulan depan,” jawab Hisyam ragu-ragu.
“Boleh aku lihat?” kata David penasaran.
“Maaf, ini sama sekali tidak layak untuk di lihat,” jawab Hisyam bersikeras.
Hisyam bukan pegawai di bawah perintahnya sehingga dia sama sekali tidak memiliki hak untuk memaksa Hisyam memberikan yang dia inginkan, tetapi sebagai karyawab HSP, Hisyam tidak diperbolehkan menyembunyikan apa pun selama berhubungan HSP.
‘Pikiran yang hanya ada di dalam otak David yang sudah korslet’
“Apa kau tahu selama kau bekerja di HSP, kau dilarang memiliki pekerjaan lain yang tidak ada hubungannya dengan HSP?” kata David menuduh.
“Maksud Bapak?” tanya Hisyam dengan kening berkerut.
“Maksudku, darimana aku tahu kalau yang baru saja kau lakukan adalah untuk perusahaan lain. Aku tahu siapa dirimu Hisyam, jadi jangan biarkan aku berpikir kau melakukan kerjaan lain selain di sini,” kata David sinis.
“Jangan merendahkan diri karena saya yakin Anda yang lebih tahu apa saja yang sudah Anda lakukan di luar perusahaan ini,” jawab Hisyam tenang.
Apakah David manusia bodoh yang tidak mengerti arti dari ucapan Hisyam yang barusan dia dengar?
Dia tidak bodoh, tapi dia hanya mengelak dari tuduhan yang diucapkan langsung oleh Hisyam. Darimana dia tahu kalau dia bekerja di 2 tempat? Apa Hisyam cenayang?
Tidak ada di dalam kamus David untuk percaya pada Cenayang kecuali Hisyam tahu kebenaran tersebut.
“Aku tidak serendah dirimu, Syam. Aku di luar mencari klien yang potensial, sama seperti yang atasanmu lakukan sekarang. Omong-omong apa yang dia lakukan? Merayu Bu Tania atau menemani Bu Zeny agar bisa mendapatkan semua proyek yang seharusnya dilakukan banyak orang?”
“Mulutmu sepertinya perlu mendapatkan pendidikan lagi. Aku tidak akan mengucapkan kalimat seperti iu pada atasanku kesindiri. Kau tidak takut kalau ada yang melaporkannya?” tanya Hisyam menunjuk ponselnya.
“Kau mau mengancamku?”
“Fakta yang bicara. Kau tahu kalau aku sedang menelepon seseorang . Yang kau tidak ketahui adalah siapa yang sedang bicara padaku. Aku ingin tahu apa yang akan Bu Tania lakukan sekarang,” jawab Hisyam membuat David pucat.
Pucatnya wajah David tidak bisa diumpamakan dengan milik mahluk hidup yang bernyawa karena dengan wajahnya yang selalu terlihat pucat, begitu Hisyam memperlihatkan layar ponselnya, maka wajah tersebut adalah pemilik wajah yang akan di atopsi.
“Bu Tania mau bicara dengan Bapak, sekarang,” beritahu Hisyam semakin membuat David tidak berdaya.
Tujuannya belum lagi tercapai untuk menghancurkan HSP, tetapi dengan kebodohannya dia sudah memberikan jalan pada petinggi HSP kalau dia tidak layak untuk berada di bagian strategis yang bisa mengeruk keuntungan HSP demi kepentingan pribadinya.
“Kenapa kau tidak katakan padaku kalau kau sedang bicara dengannya? Kau sengaja melakukan untuk menjebakku. Apa yang sudah diberikan Abyan padamu sampai kau berbuat jahan dan licik seperti itu!”
“Aku sama sekali tidak berbuat jahay dan licik seperti dugaanmu. Kau tidak bertanya dengan siapa aku sedang bicara. Bagian yang terpenting adalah kau mengucapkan tuduhan pada pimpinan tanpa ada alasan apa pun. Kau mengucapkan dengan senang hati dan berusaha meyakinkan diriku kalau mereka memang berbuat macam-macam di luar pekerjaan,” jawab Hisyam.
Bodoh. Karena dia tidak bisa langsung bertemu dengan Zeny untuk mendapatkan acara Igor, dirinya sampai harus menyinggung Tania, orang nomor 2 setelah pimpinan utama yang merupakan pendiri sekaligus ayah dari Tania Pravitel.
David sudah kalah sebelum dirinya maju perang dan dia tidak akan menerima kekalahannya dengan mudah. Dia berjanji akan memberikan pukulam yang berat dan tidak akan pernah bisa dilupakan oleh HSP dan orang-orangnya.
Tidak ada kata maaf atau pun toleransi yang diberikan oleh Tania pada David setelah pria itu tidak bisa mengelak dari semua kecurangan yang sudah dia lakukan selama bekerja di HSP.
Bukan baru sekali Tania mendapat laporan dari bawahannya tentang kinerja David yang tidak sebanding dengan upah dan bicaranya.
Baru semalam mereka diskusi tentang David dan Erwin yang berusaha membuat HSP rugi, tetapi David dengan tidak sabar memberikan bukti baru bahwa dia tidak layak untuk mendapatkan jabatan apa pun di HSP karena dia sangat berbahaya untuk masa depan HSP sendiri.
“Apakah ibu memecat saya karena sudah ada Abyan yang bisa melakukan semuanya?” tanya David sebelum dia keluar dari ruang kerja Tania.
“Kau tidak tahu siapa Abyan, tetapi bukan itu alasannya. Dia juga tidak akan lama berada di sini. Bukan karena kehadiran Abyan yang membuatmu di pecat, tetapi karena sikap dan perbuatanmu yang membuat rugi HSP. Kau sudah melihat apa saja yang selama ini sudah kau lakukan. Apakah perlu bukti lain lagi?”
Ucapan Tania menjawab pertanyaan David, tetapi dia tidak mengerti mengapa Abyan bekerja di HSP hanya sementara saja? Apa yang direncanakan oleh para petinggi HSP yang tidak dia ketahui?
David meninggalkan ruang kerja Tania dengan langkah kakinya yang cepat. Dia tidak akan mempermalukan diri di depan Mei, yang menatapnya ingin tahu, yang dia ingin lakukan dengan segera adalah mengambil informasi HSP yang berisi program kerjanya secepat mungkin sebelum semuanya Tania mengunci dan mengganti pasword programnya.