Bukan Bualan

1307 Kata
Di dalam lift yang hampir saja kelebihan beban, Abyan berdiri menghadap pintu sementara para wanita yang tidak lain adalah para karyawan HSP berdiri di belakangnya sementara di sampingnya berdiri Zeny yang masuk di waktu terakhir sebelum pintu lift tertutup. Andai saja yang berdiri di samping Abyan bukan Zeny yang notabene petinggi HSP sekaligus putri pemilik HSP, barisan wanita penggemar Abyan di singkat WPA pasti sudah ramai memberikan penilaian yang tidak akan pernah habis meskipun mereka sudah harus keluar dari dalam lift. “Kau sudah ketemu dengan Tuan Igor?” tanya Zeny yang menyadari kasak kusuk di belakangnya. “Sudah. Dia mengikuti syarat yang kita ajukan,” jawab Abyan. Entah apa yang dipikirkan oleh Abyan, tetapi dengan jelas wajahnya memperlihatkan raut muka yang jauh dari kata suka maupun nyaman berada di dalam lift yang penuh dengan WPA. “Kau langsung ke ruanganku saja untuk membahas pertemuanmu, tadi,” perintah Zeny . Beberapa keluhan terlepas dari mulut WPA begitu mendengar ucapan dan perintah Zeny. Mereka berharap bisa terus menemani Abyan sampai dia keluar, tetapi dengan keberadaan Zeny apalagi dia sudah mengucapkan perintahnya, tidak mungkin mereka bertahan terus berada di dalam lift yang sama. Perlahan tapi pasti, mereka semua keluar mengikuti ruangan atau lantai tempat mereka bekerja. “Permisi Bu Zeny, Pak Abyan….” Ucapan diselingi dengan senyuman manis yang ditujukan pada Abyan mengiriki langkah kaki mereka sebelum keluar dari lift begitu pintu terbuka hingga yang berada di dalamnya hanya Zeny dan Abyan saja. “Bagaimana dengan mereka? Ada yang kau sukai?” tanya Zeny bersandar di dinding lift. “Suka? Sama mereka?” tanya Abyan sambil menyilangkan kakinya dengan tubuh bersandar ke dinding lift sama seperti yang dilakukan oleh Zeny. “Hemm. Dari beberapa sumber yang bisa aku percaya, mereka semua sangat mengidolakan dirimu. Bahkan di HSP ini ada kelompok yang khusus memantau semua kesibukanmu,” jawab Zeny geli. “Kurang kerjaan. Tapi terserah mereka saja. Aku tidak peduli walaupun dengan begitu aku merasa di terima,” jawab Abyan nyengir. “Kau pasti diterima, apalagi kalau mereka tahu siapa dirimu,” jawab Zeny dengan terkekeh. “lucu. Tadi aku lihat David meninggalkan HSP, apakah dia langsung dipecat?” tanya Abyan. “Hah, dipecat? Kok bisa? Maksudku kenapa tidak buat drama dulu. Misalnya bikin dia bayar kerugian karena dia sudah membuat nama HSP jelek, atau mengganti uang perusahaan yang sudah dia habiskan di meja judi,” kata Zeny seolah tidak menerima. “Mana aku tahu. Mungkin Kak Tania memiliki pertimbangan lain,” sahut Abyan. “Bisa jadi. Apa kau tahu semalam Kak Indra bersama anggotanya datang ke HSP?” tanya Zeny. “Mau ngapain?” “Entahlah,” sahut Zeny dengan manaikan pundaknya. Dalam diam, Abyan seolah berpikir apakah ada hubungannya dengan David yang dipecat dengan kedatangan Indra bersama anggotanya. Tidak ada yang bisa menduga setiap langkah yang diputuskan oleh Tania. Bagi Abyan dan Zeny, Tania sering kali terlalu berani mengambil resiko walaupun mereka yakin semuanya sudah didiskusikan oleh ayah mereka. “Kau ikut ke ruangan kakak, ada yang perlu kaka sampaikan berhubungan dengan acara yang akan berlansung maupun rangkaian acara ulang tahun HSP,” kata Zeny lagi begitu pintu lift terbuka tepat di lantai tempat ruang kerjanya berada. Banyak catatan yang diberikan oleh Zeny kepada Abyan. Bagi Zeny, adiknya memang seorang pengusaha, tetapi sekarang Abyan baginya adalah seorang karyawannya. Tidak ada larangan baginya untuk memberikan tugas atau pekerjaan padanya. “Omong-omong, bagaimana dengan usulku untuk memakai model yang berasal dari karyawan HSP sendiri? Menurutku pencarian calon model itu sendiri bisa dijadikan acara juga. Kita bisa mengemasnya sebagai lomba atau unjuk kebolehan,” saran Abyan. “Aku setuju. Karyawan di HSP-pun sebenarnya tidak kalau cantik dengan para model professional. Sudah punya kandidat?” selidik Zeny. “Siapa? Aku?” tanya Abyan menunjuk dirinya sendiri. “Hemm,” “Aku tidak terlalu mengenal karyawan di sini. Mungkin aku akan menyuruh Hisyam untuk ikut,” jawab Abyan menjawab pertanyaan Zeny. “Hisyam? Kau tidak salah menyuruhnya? Aku tidak akan mengijinkan kau mengirim dia untuk mengikuti kontes sebagai model,” kata Zeny dengan mimic wajah yang sulit digambarkan. “Kenapa?” tanya Abyan geli. “Kau sudah pasti tahu jawabannya. Bisa kacau semua acara yang sudah aku susun kalau dia sampai ikut,” ucap Zeny merengut. Suara tawa Abyan pecah begitu dia melihat wajah Zeny. Memang apa salahnya kalau dia mengirim Hisyam. Apa Zeny tidak tahu kalau Hisyam, dibalik kaca matanya yang tebal dengan model rambut yang selalu berantakan menyimpan wajah yang sangat menarik? Kadang Abyan berpikir kalau Hisyam sengaja melakukannya untuk menghindari para fans-nya yang membludak. “Menurutku Hisyam sangat menarik. Tidak ada yang salah padanya,” ucap Abyan menolak ucapan Zeny. “Dia memang menarik, tapi tidak untukku. Sekarang aku tanya, siapa yang kau serahi untuk acara ini?” tanya Zeny. “Hisyam,” jawab Abyan. “Dan mengapa kau harus menyuruhnya menjadi model kalau dia sudah memegang tanggung jawab yang sangat besar?” tanya Zeny. “Aku tahu Hisyam memiliki wajah yang tidak kalah denganmu,  tetapi pikirkan lebih dalam tentang tanggung jawab yang kau berikan padanya. Kecuali kau memberikan tugas tersebut pada karyawanmu yang lain. Itu-pun kalau kau masih bersedia dianggap sebagai atasan yang adil,” kata Zeny dengan kalimat penekanan yang sangat jelas maksudnya. “Okey, aku tahu batasannya. Lalu kapan rangkaian acaranya akan dimulai?” tanya Abyan lagi. “Tinggal menunggu persetujuan dari Kak Tania. Menurutmu, sebarapa besar antusias para karyawan yang mau terlibat?” tanya Zeny menyandarkan punggung ke sandaran kursi. “Sangat besar. Mungkin seluruh karyawan yang masih single akan ikut mendaftar dan jangan lupakan para karyawan yang sudah berkeluarga-pun pasti memiliki keinginan yang sama. Karena kita juga menginginkan pasangan yang sudah menikah atau keluarga untuk mewakili target kita,” jawab Abyan yakin. “Di sini ada model remaja. Mau belibatkan orang luar? Atau…bagaimana dengan si-dia?” goda Zeny dengan mata berkedip. “Si-dia? Dia siapa?” tanya Abyan dengan kening berkerut. “Tentu saja si-dia, gadis remaja yang sudah kau peluk selama di pesawat,” jawab Zeny kembali dengan mata mengedip. “Sebaiknya kau ke dokter,” saran Abyan begitu melihat Zeny yang berkali-kali mengedipkan matanya. “Ke dokter untuk apa?” “Periksa mata. Aku khawatir kalau matamu sakit,” jawab Abyan ketus. Bagaimana bisa Zeny ingat dengan gadis yang namanya saja dia tidak tahu. Dan dia bahkan sudah lupa dengan gadis itu. “Mataku masih sehat, Cuma otakku saja yang perlu penyegaran. Aku ingin melihatnya. Kau tahu dimana dia tinggal atau sekolah?” kata Zeny seolah Abyan sangat mengenal gadis itu. “Aku tidak tahu siapa dia, dan aku juga sudah melupakannya. Jadi bagaimana aku tahu dimana dia tinggal atau sekolah dimana dia. Puas?” “Tidak puas sama sekali. Kalau dia nanti mengikuti lomba, apakah kau akan memenangkan dia?” Ya Tuhan…bagaimana bisa Zeny membuat kepala Abyan tiba-tiba berdenyut dan ingin segera kembali ke negara yang bisa membuatnya menjadi lelaki yang hidup nyaman tanpa ada gangguan dari wanita yang bernama Zeny dengan status dan kedudukan sebagai kakak kandungnya. “Aku tidak tahu. Tapi kalau kau memang mau memilihnya, kenapa tidak? Ingat, aku bukan juri yang bisa memberikan penilaian.” Setelah memberikan jawaban, Abyan mulai bangun dari kursinya, dia baru saja niat melangkah ketika mendengar Zeny kembali bicara. “Tentu saja, kau bukan jurinya. Akan aku putuskan untuk remaja dia yang akan menang,” jawab Zeny penuh percaya diri. Abyan yang sejatinya sudah bangun dari kursinya menjadi duduk kembali begitu mendengar ucapan Zeny. Tidak mungkin bukan kalau Zeny sudah bertemu dengan gadis tidak bisa diam itu? “Kau tahu dia?” tanya Abyan pelan. “Tentu saja. Kau lupa kalau aku baru saja keluar untuk mencari bibit baru yang bisa menjadi ikun HSP? Dan aku sudah bertemu dengannya,” jawab Zeny puas. Andaikan saja di depannya bukan Zeny, Abyan yakin dia akan menyuruh Zeny diam dan tutup mulut. Sayang, kedudukan dan posisinya sebagai adik dan anak buah di perusahaan membuatnya tidak bisa berkutik,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN