BAB - DELAPAN

1192 Kata
Episode Sebelumnya Shelly bangkit. Melayangkan pukulan ke arah Jean yang dapat dengan mudah gadis itu hindari. Jean menjatuhkan diri dari kursi dengan posisi 45 derajat ke belakang lalu secepat kilat menarik tinju Shelly yang terarah ke wajahnya. Jean menendang lututnya begitu keras hingga Shelly jatuh berlutut di depan Jean, yang dengan tenang kembali ke posisinya. "Jangan gunakan emosimu untuk bertarung, sayang. Emosi akan mengalahkanmu di hadapan musuhmu." Jean berdiri dan tak lupa menginjak tangan Shelly yang berada dekat dengan sepatu hak tingginya. Shelly mengerang kesakitan dan kembali menyerang, tapi kali ini Kris menahannya seperti halnya Pate. Jean terus berjalan keluar dari bar tanpa berbalik. "Dingin," kata bartender yang bahkan tidak mengedipkan matanya setelah melihat sosok Jean pergi. "Dia tidak dingin, tapi tidak punya hati..get out!" teriak Shelly kesal. Pate memilih mengejar Shelly sementara Kris keluar mengikuti Jean diam-diam. *** Jean ada di mobil sport hitamnya. Dia mengeluarkan sebuah amplop coklat dan membukanya. Sebuah foto keluarga utuh membuatnya gemetar. Ada dia di gambar tersebut. Menyisakan tanda tanya baginya karena selain dirinya, terdapat wajah orang dewasa di dalamnya yang telah terbakar. Jean mencoba mengingat, tapi tiba-tiba pandangannya kabur, membuatnya mengerang sambil memukul keras stir mobilnya. "Kenapa aku tidak mengingatnya?" gumamnya, menatap ke arah depan dengan kesalm Jalanan cukup lengang dan gelap. Hanya ada beberapa pencahayaan dari lampu jalan saja menerangi lingkungan sekitar. Jean turun dari mobil sambil memainkan ponselnya. Dia tampak ragu-ragu untuk menekan tombol panggil dengan nomor yang muncul di layar. Ternyata Jean ada di atas bukit. Dari tempatnya, ia bisa melihat lampu yang berkilauan yang datangnya dari lampu-lampu pemukiman warga dan gedung-gedung perkantoran. Bukit itu terlihat indah, jika dilihat dari atas seperti ini. Seperti kilauan bintang yang terpantul di air jernih. Sangat indah. Jean meletakkan ponselnya kembali ke jok mobil. Dia bersandar sambil masih memperhatikan foto tersebut. Tak lama kemudian, ia merobeknya menjadi potongan-potongan kecil dan melemparkannya ke jurang yang ada di depannya. Perasaannya hampa. Ia sudah membicarakan hal ini dengan noname sebelumnya. Ia berpikir untuk berhenti. Tapi tentu saja, noname tak membiarkan hal tersebut terjadi. "Aku lelah." Jean menggeser tubuhnya menjauh dari pria yang telah mengajarinya banyak hal terutama menjadi pembunuh bayaran seperti sekarang ini. Black menghabiskan minumannya, lalu menarik senyumnya tinggi-tinggi. "Kamu bisa istirahat setelah tugas ini. Kemana kamu akan berlibur? Paris? Italia? Katakan saja," Noname tertawa seolah memberikan hadiah Natal untuk anak kesayangannya. Jean menoleh dan malah menunjukkan wajah yang tidak biasa - yaitu kesedihan. "Kau tahu maksudku. Kenapa hanya aku yang tidak bisa mengingat masa kecilku? Apa yang kau lakukan padaku?" Black bangkit dan mengitari sofa. Sekarang dia berdiri di belakang Jean dan mencium puncak kepala gadis itu, "Kamu adalah Jean yang paling istimewa. Sepuluh tahun yang lalu, kamu datang sendiri seperti inilah dirimu. Tidak perlu mengingatnya karena itu hanya akan menyakitimu." Bulu matanya yang melengkung sekarang mulai mengumpulkan air mata. Pipinya yang tirus mulai memerah seperti bibirnya yang mungil dengan warna yang senada dengan pipinya saat ini. Tangan penuh pertumpahan darah menutupi wajahnya, yang mulai meneteskan air mata dan air yang keluar dari hidungnya. Untuk pertama kalinya, Jean menangis tersedu-sedu sambil mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu yang ingin dia ingat tetapi tidak pernah bisa ia lakukan. Karena Black telah menghitamkan seluruh jiwanya. Menguncinya agar tidak kembali menjadi gadis normal pada umumnya. Dari kejauhan, Kris melihat melalui teropongnya. Terlalu berisiko bagi Kris untuk mengganggu gadis kecil yang pernah memegang tangannya erat-erat. Kris tahu bahwa gadis itu menderita karena dia tidak bisa mengingat masa lalunya. Namun, dia yakin Jean akan bisa melewatinya. *** Jean keluar dari rumah Tuan Theo. Setelah menghabisi 50 pengawal sendiri, dia meninggalkan Theo yang tidak sadarkan diri itu lalu melarikan diri dengan berlian yang ada di dalam boneka beruang yang ia siapkan. Pekerjaan Jean belum selesai; di luar sana, dia masih harus berusaha kabur dari kejaran Bill dan Sam bersaudara. Jean melesat menuju gunung dan melewati beberapa pengejaran dengan mudah. Sebuah mobil patroli yang bergerak berlawanan arah dengan Jean terkejut melihat sebuah mobil sport hitam melaju begitu cepat menuju jalan berkelok-kelok di pegunungan. Mobil patroli itu berbalik, berusaha mengejar dan menghentikan mobil Jean yang ada di depannya. Tapi terlambat. Karena posisinya yang berada di tengah jalan, mobil patroli tersebut ditabrak secara brutal oleh anggota Bill dan Sam. Mobil malang itu berputar lalu terguling hingga jatuh ke jurang yang dipenuhi pohon pinus. Dua polisi yang berada di dalamnya tewas seketika. Bill dan Sam bersaudara tidak gentar dan masih mengejar Jean di depannya. Hingga baku tembak tak terhindarkan. Salah satu peluru berhasil mengenai bahu Jean. Membuat gadis itu sedikit kesulitan untuk bergerak. "Sial! Kenapa Jean tiba-tiba tidak menurut?" Sam mengutuk dan terus menembakkan timah panas berturut-turut ke arah mobil Jean. Ketika ia mulai terjepit, Jean berhenti di tepi tebing. Jean meraih ponselnya lalu membuat panggilan. Sambil menunggu panggilan tersambung, Jean memasukkan boneka beruang berisi berlian lalu memasukkannya ke dalam jaket hitam. Melirik kursi penumpang di sampingnya yang ternyata di sana ada pengawal Theo, yang telah tewas di tangannya. Jean memakaikan topinya kepada mayat tersebut juga memasukkan ponsel dan kalung yang diberikan Black padanya. Jean melihat ponsel yang terus berdering itu lalu tak lama menulis pesan singkat kepada seseorang di sana. "Aku masih hidup. Tolong temukanlah aku nanti." Kemudian Jean menekan tombol kirim. Langkah selanjutnya, Jean menelepon panggilan darurat lalu bicara dengan seseorang di sana. "Halo. Terjadi kecelakaan di bukit di kota Anseon. Korban diduga meninggal." "Jean! Menyerahlah dan kembali padanya!" teriak pria bermata satu yang diam-diam mendekati mobil Jean yang berada tepat di ujung jurang. Jean menarik napas dalam-dalam. "Bisa saya tahu, saya sedang bicara dengan siapa?" tanya petugas tersebut dari ujung teleponnya. "Aku tidak punya banyak waktu, maaf." Saat itulah Jean menginjak pedal mobil lalu meluncur ke jurang. Jean dan mobilnya langsung jatuh ke dalam sungai setelah terguling beberapa kali di jurang yang curam. Sam dan anggotanya terkejut melihat hal bodoh yang pertama kali dilakukan oleh seorang Jean. Kalau Jean memiliki senjata, dia bisa saja berduel dengan mereka lewat senjatanya. Tapi lihat apa yang dipilih gadis tersebut? Meluncur ke jurang yang mencapai sepuluh meter dari sungai. Air memenuhi mobil sportnya. Jean membuka matanya dan mencoba menarik mayat di sampingnya lalu menempatkannya dalam posisi mengemudi. Jean menahan napas, lalu berenang ke dasar. Kakinya tiba-tiba menjadi kaku dan tidak bisa bergerak. Jean mulai kesulitan bernapas. Air mulai memasuki rongga mulutnya. Ia akhirnya menyerah dan tidak sadarkan diri. Air sungai yang begitu deras membawanya ke bebatuan. Jean terhuyung-huyung di sepanjang sungai sampai tubuhnya menepi di atas batu besar yang menghentikannya untuk hanyut lebih jauh lagi. Di hutan, tepatnya di pinggiran sungai, seseorang berteriak histeris saat sedang membasuh kakinya di tempat tersebut. Dia melihat tubuh manusia hanya beberapa meter jauhnya dengan posisinya berdiri saat ini. Pada awalnya, wanita setengah abad itu tampak ragu-ragu untuk mendekat. Tapi rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya. Dia meraih tubuh pucat Jean dan membaringkannya di tanah berkerikil. Wanita tua itu tampak menghela napas sambil tersenyum lega ketika ia bisa mendengar detak jantung gadis malang tersebut. Wanita tersebut lantas segera memanggil seseorang sambil memperhatikan beberapa luka yang berada di tubuh ramping Jean saat ia melepaskan jaket dan sepatu bot hitamnya miliknya. Wanita tersebut bergidik ngeri. Ia lantas semakin mengencangkan panggilannya. "Yoona! Di mana kau? Ada orang yang sekarat di sini. Cepatlah kemari!" *** . . Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN