Mata

1229 Kata
Pagi-pagi aku sudah berolah-raga karena kesiangan, berlari masuk ke dalam kantor saking cepatnya sampai nafasku tidak beraturan. Note di meja tidak ada, file juga tidak ada yang menumpuk di mejaku. Jam sudah menunjukan pukul 10 pagi. Cepat-cepat aku berlari membuatkan minuman. Saking paniknya aku yang membawa secangkir kopi masuk kedalam ruangan Khana tanpa mengetuk pintu. Tubuhku membatu saat aku melihat dia ada didalam. Duduk dengan sangat nyaman diatas kursinya sambil menggenggam beberapa dokumen ditangannya. Terpaku aku menatap secangkir kopi yang tergeletak di mejanya. Ia terlihat sangat syok melihat aku masuk tanpa mengetuk pintu. Namun, dia tidak mengambil pusing tentang hal ini. Tumben. Wajahnya terlihat datar namun, posisi ini adalah yang paling menakutkan karena biasanya menunggu waktu untuk membalas dendam yang tepat. Tidak hanya merasa bersalah karena terlambat tapi, juga merasa sangat tidak berguna karena dia bisa lebih awal dariku. Ingin sekali aku memukulkan kepalaku ke tembok. Pasti saat ini hatinya dalam kondisi yang buruk dan ingin memukulku dengan sangat kencang. Sunyi, tidak ada suara sedikit pun dari bibirnya, hanya menatap wajahku yang panik dengan dinginnya. “Ah, hmm, ak-aku min-minta maaf” ucapku terbata-bata. Seseorang mengetuk pintu “Masuk” ucap Khana singkat. “Aku udah bikin sendiri jadi, itu buat kamu aja. Kayaknya kamu yang lebih membutuhkan itu dari pada aku!” ucapnya dingin. Tersenyum pahit, wajahku tertunduk lemas “Maaf, Pak” dalam hati masih tidak percaya dengan kebaikannya saat ini. Di otakku berputar pertanyaan “ini kebalikan atau dia menghinaku karena aku bangun kesiangan. Atau dia saking marahnya sampai tidak ingin berbicara denganku?” “Sudahlah, santai aja. Aku gak marah, gak mungkin kan aku minum kopi dua” ucapnya lembut tiba-tiba. “Huh?!” mendengar perkataannya wajahku langsung panik “apa dia bisa membaca otakku?” pikirku kaget. “Terima kasih” ucapku mabih tidak memahami kebaikan ini. “Bagaimana? Apa bapak setuju?” ucap orang yang baru saja datang. “Sepertinya kalau ini diubah….” Pak Khana terus berbicara tentang projectnya. Kakiku berlahan melangkah pergi meninggalkan ruangan Pak Khana. Masih saja berdiri di depan ruangannya seperti orang hilang karena merasa ini seperti mimpi. Berlahan aku menghela nafas panjang, rasanya semuanya semakin berat saat dia tidak marah padaku saat aku melakukan kesalahan. Bagaimana pun otakku berfikir, tidak akan kebenaran dalam sikapnya ini. Mengkin dia membenciku dalam diam. -o0o- Pergi ke beberapa tempat untuk menanyakan beberapa hal ke mereka tentang; makanan, persiapan, dekor dan hal lainnya kepada penanggung jawab juga staff.  Membuatku sibuk seharian tanpa memperdulikan jam makan siag. Jam makan siang sudah lewat tapi, perutku mulai menangis iri melihat makanan yang ada disetiap tepi jalan. Air liurku membanjiri mulutku. Tak sabar aku ingin segera makan. Ku ketuk pintu ruangan Pak Khana berlahan tapi, tidak ada jawaban. Aku gunakan kesempatan ini untuk pergi ke foodcourt. Menikmati makanan sampai perutku terasa kenyang. Meskipun aku duduk sendiri seperti orang hilang tidak mengurangi rasa bahagiaku menikmati makanan yang ada diatas meja. Makan saat kelaparan adalah makanan terbaik. “Ah, untung saja ada teman” ucap Narita. Cewek tomboy yang menggenakan kemeja putih garis biru, celana putih ini menaruh nampan yang berisi makanan sehat diatas meja. Tanpa menannyakan aku memeperbolehkannya duduk disini atau tidak dia duduk dan menikmati makanannya dengan sangat lahap. Tanpa ia sadari bajunya yang terlihat sangat besar memperlihatkan bahunya yang putih mulus dengan jelas. Mulutku yang sedang terbuka karena mau memasukan makanan pun cuma meliriknya sejenak kemudian memasukkan makanan kemulutku. Mentapnya terlihat sangat menikmati makanannya. Wajah manisnya itu terlihat semakin parah. “Umh, ^$&^&$^%%” “Aku gak ngerti kamu ngomong apa kalau kamu ngomong sambil makan seperti itu” jelasnya. Glup. Semua makanan dalam mulutku melewati kerongkonganku bersamaan dengan air minum yang aku tenggak “Kamu belum makan siang juga?” ucapku sambi menyeka mulutku. “Iya, aku tadi harus mengecek banyak file” perasaan bahagia itu terlihat jelas diwajahnya seperti ada bunga dimana-mana. Senyumnya yang manis itu sangat mengherankan. Ada orang yang sangat bahagia karena mendapatkan perkerjaan banyak? “Sepertinya kamu lebih baik dari aku” ucapku sambil tersenyum. Ia melahap makanannya dengan semangat “Huft, cuma kamu yang memujiku” ekspresi wajahnya berubah drastis. Wajah manyunnya langsung terlihat menggemaskan. Tapi, mulutnya masih saja tidak bisa berhenti mengunyah makanan bahkan ia terus saja memasukan makanannya. Kemejanya terbuka sangat rendah hingga pertengahan d**a terlihat, menonjolkan tulang lehernya terlihat jelas menambah sexy. Melihat tubuh dan wajah yang seperti itu seperti sepaket kesempurnaan.“Sial apa yang aku pikirkan” pikirku. “Bukan aku aja, banyak yang bilang cuma mereka gak mau ngakuin di depan kamu aja. Ohya, kenapa kamu semangat banget hari ini?” “Sebenarnya aku disini cuma untuk 3 bulan karena aku harus kembali ke solo lagi. Tapi, kalau aku betah disini mungkin aku akan mengajukan perpanjangan” Setiap gerakan tubuhnya terlihat sangat natural, baju besarnya itu terus mengikuti tubuhnya yang terus bergerak memberi celah untukku melihat bagian dalam tubuhnya. Memainkan sendoknya dengan lidah seperti mainan yang menggoda siapa pun yang melihatnya. “Jadi kamu staff di Solo?” pertanyaan itu terlempar begitu saja disaat mataku tidak bisa berkedip karena pesonanya. “Iya tapi… kamu jangan bilang-bilang. Aku memang dari solo cuma karena perusahaan ini sedang sangat membutuhkan karyawan jadi aku ditarik” ia memberikan kode dengan merendahkan suaranya, menutup bibirnya yg menggoda dengan telunjuk. Kedipan matanya diakhir kalimat mengembalikan jiwaku ke tubuhku “Bagaimana dengan Mba Dea? Karyawan dari sini?” “Ah, apa kamu gak tau. Dia itu mencuri uang Pak Khana dan ia mengeluarkannya tanpa memenjarakannya. Aku pikir kadang dia terlalu baik” Aku sangat terkejut mendengar hal tersebut “Tapi ia bilang…” Fokusku terhenti bukan karena memikirkan Mba Dea tapi, karena melihat air yang menetes ke lehernya saat ia menenggak air putih. Ia mengelapnya berlahan membuat memori aneh di otakku yang mulai menghilangkan kesadaranku kembali. Senyumnya terpancar sangat jelas. Membawaku ke kebahagiaan yang lain untuk siapa pun yang menyaksikan itu. Cahaya matahari yang memasuki ruangan semakin memantulkan keindahan dirinya yang tidak terlihat orang lain. Bibirnya yang merah, basah terkena air itu membuat aku ingin merasakannya. Tanganku bergerak dengan sendirinya berlahan mengelap bibirnya dengan lembut membuat ia terpaku menatapku. Namun, ia hanya membalasnya dengan senyuman. “Ah, maaf” aku segera kemabli ketempatku. Saat ini otakku benar-benar sudah kehilangan kesadaran. Bibirnya tersenyum seperti merelakanku melakukan hal itu padanya “Entahlah mungkin Pak Khana cuma gak ingin gosip ini tersebar” ucapnya datar. Tidak nyangka dia bisa sebaik itu pada orang yang sudah membuatnya kehilangan uang banyak. Aku kembali melahap makananku “terus kenapa kamu cerita sama aku?” Dia tertawa tanpa menjawab pertanyaanku. Terus memakan makanannya. Tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaanku. Aku pun hanya bisa melanjutkan memakan makananku. Setelah selesai kami kembali ke tempat kami masing-masing. Dia terlihat sangat menyenangkan terutama matanya rasanya sangat nyaman sekali. Aku tidak tau bagaimana dengan sifatnya tapi, dia seperti tipe orang yang tidak aku sukai. -o0o- Di rumah aku terdiam sendiri, melihat beberapa no di hpku. Merindukan orang-orang yang tidak bisa dirindukan. Diam dan pura-pura tidak merindukan adalah hal yang terbaik dalam hidup ini. Bayangan Na tadi siang benar-benar memenuhi otakku. Pinggang rampingnya, tubuh sexynya. Semakin aku membayangkan semakin membuat aku  menginginkannya. Harum parfumnya pun seperti masih melekat dalam ingatanku. Bantal yang cukup besar diraih tanganku. dipeluknya dengan erat. Jangtungku berdetak sangat kencang. Aku pun membenamkan wajahku ke bantal yang sedang aku peluk ini. “Aaaaah” kenapa aku gak bisa melupakannnya “dasar wanita sialan” gerutuku terus menerus tanpa henti. Terus saja otakku tidak dapat berhenti mengingat semua memori itu. Terlebih lagi saat aku mengelap bibirnya kenapa aku membiarkan tanganku melakukan hal tersebut. Mencoba untuk kembali tenang, aku menghela nafas panjang. “Aku akan selalu menjadi seperti ini” gumamku. Semua bayangan yang sangat menggoda itu. Hanya ada satu solusi yang terpikirkan olehku. Menatap hpku yang tidak jauh dari diriku senyum jahatku pun langsung muncul. “Hehehehe” Aku langsung mengambil hpku, menonton film seperti biasanya. Aktivkan wifi, aktivkan pencarian dan cari film terbaru yang sangat eksotis. “Hahahaha” tawa banggaku ini benar-benar mewakili semuanya. Gak ada film baru tapi… lumayanlah film lama cukup untuk membuat otakku berpaling dari Na. Setelah itu aku menikmati malam yang sangat indah sendirian bersama film romantis yang menggemaskan hingga aku terlelap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN