Terikat

1460 Kata
Hari demi hari terus berganti sepertinya orang yang membenciku semakin banyak. Apa lagi Pak Khana sangat baik kepadaku membuat suasana semakin buruk. Jarak yang aku buat diantara kami selalu saja ia patahkan dengan sikapnya yang sangat suka menggangguku. Sebuah gosip baru tersebar katanya aku menjual diri ke Pak Khana. Yang membuat aku kesal gosip murahan itu ulah Pak Kha yang selalu bilang “nanti malam lagi ya” disetiap tempat. Padahal dia selalu memintaku untuk mendengarkan ocehannya tentang pacarnya itu. Tuhaaaan, aku setres dibuatnya. Mengingat betapa menyebalkannya dia membuat aku tidak bisa fokus berkerja padahal aku belum melihatnya karena dia telat. Na juga sudah mendatangku pagi-pagi sekali. Ini sudah ke 3 kalinya dia datang kesini menanyakan Pak Khana, file yang diberikan pun sudah menumpuk seperti gunung. “’Na, kenapa hari ini banyak sekali file?” tanyaku sedikit kesal. “Ini kan closing?” Na terlihat kebingungan karena aku tidak menyadari hal ini. “Ah, aku lupa” terperanjatku. Tanganku langun lansgung mengecek dokumen yang harus ada hari in “Kenapa tidak ada dari departemen lain yang datang?” ucapku heran. “Hmmm,,, aku ga tau mereka cuma menitipkan semua file ini. Mereka bilang mereka sibuk” ucap Na datar. Tanganku dengan sigap mengececk semua file tersebut “Baiklah. Kamu boleh pergi!” ucapku tanpa memandang wajahnya. Tubuhnya medekat padaku, mencondongkan wajahnya, mentaapku bersama senyumannya. Aku sempat panik dengan perlakuannya tapi… saat bibirnya mulai menjelaskan otaknya “aku juga udah denger banyak gosip tentang kamu?” Orang macam apa yang bertanya kepada orang lain tentang gosip dengan wajah yang sangat bahagia seperti itu? Membuat tanganku gatal ingin memukulnya. Mataku menatapnya sadis “kalau mau gosip jangan disini!” tegasku. Mengalihkan pandanganku mataku kembali fokus pada file yang bertumpuk. Wajah masamku terpasang karena si sotoy anak baru ini. Kalau cuma gosip aku tau tapi, aku tidak bisa menghentikannya. Wajahnya menunjukan rasa bersalah tapi, aku tidak bergeming sedikit pun “aku bukan bermaksud mau… mmmm. Aku cuma mau tanya itu beneran atau enggak?” melihat cara bicaranya yang imut itu semakin membuat aku tidak tahan dengan pesonanya. Punggungku aku sandarkan pada bahu kursi. Menatapnya dengan angkuh. Tanganku aku lipat kedepan “hah?” aku masih tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Tak pernah terpikirkan kalau dia akan menanyakan hal semacam ini tepat didepanku. Tatapanku semakin tajam, dia masih menunggu reaksiku. “Kalau kamu bilang itu bohong aku percaya. Aku cuma mau kamu yang bilang sendiri.” ucapnya mencoba meyakinkan aku. “Itu bener so, puas kan sama jawabanya” aku pun kembali menarik tubuhku kedepan komputer, fokus pada perkerjaanku. “.…” Dia terdiam tanpa berkata apa pun. Matanya masih menatap kearahku seperti tidak mempercayai semua yang aku katakan. Entah kenapa wajahnya membuat hatiku melunak terlebih lagi perkataanya yang sebelumnya itu membuat aku ingin menjelaskan banyak hal. Tapi, untuk apa aku menjelaskan pada seseorang yang bahkan gak ada dalam lingkaranku. Menghela nafas panjang karena tidak kuat melihatnya menatapku dengan wajah yang berharap terus menerus. Seperti anak kecil yang meminta permen dari seseorang penyihir yang jahat.  “Eh, itu bohong jadi pergilah!” usirku tanpa memperdulikan ekspresi wajahnya yang sangat manis itu. “Baiklah” ucapnya bahagia. Entah kenapa dia tersenyum untuk sesuatu yang sangat tidak penting seperti ini. Hanya minta kejelasan yang mungkin bisa aku karang sendiri namun dia mempercayainya dan pergi begitu saja. Untuk sesaat bayangan Narita melayang di otakku terus menerus tanpa henti hingga aku tidak bisa fokus kerja. Tanganku penuh emosi memukulkan pulpenku ke meja. “Kamu lagi kerasukan setan apa?” seseorang dengan suara yang ketus mengagetkanku. “Ah, Pak Kha” teriakku kaget. Jantungku hampir copot karenanya. “Udahlah gak usah dipikirin!” dia berlagak seperti dia mengetahui tentang apa yang terjadi padaku saat ini “ohya, jangan lupa pertengahan bulan nanti kita ada party jadi siapkan semuanya dengan baik” “Baik pak. Ohya, pak ada file yang belum di tanda tangani” “Apa itu semuanya belum kamu check?” “Baru sebagian, Pak” “Ya, sudah setelah selesai jangan lupa taro di mejaku. Aku berharap jam 11 udah selesai” “Kenapa Pak?” tanyaku heran. Tidak biasanya dia memberikan aku tengat waktu. Alisnya mempertanyakan pertanyaanku, berjalan menghampiriku berlahan. Aku yang tidak paham dengan ekspresinya kali ini hanya menatapnya heran kemanapun ia melangkah. Tangan besarnya memegang kepalaku, menatapku dalam-dalam “karena aku…” memutar keplaku, memaksaku untuk menatap ke tumpukan file “Bosmu!” senyum jahatnya menghiasai wajahnya yang putih sebelum meninggalkan aku. Dengan santainya, ia berlenggang menuju ruangannya. Sementara otakku panas terbakar emosi. Rasanya saat ini aku ingin membentangkan tangan ku dan berteriak sekencang-kencangnya “Bos kurang ajaaaaaaaaar!” tapi, itu cuma khayalan. Kenyataanya aku duduk dan melakukan apa yang ia perintahkan. Tidak mengerti dengan orang-orang yang menggosipkan kami. Baru 5 menit dia dateng aja kita sudah seperti ini. Bagaimana bisa semuanya menjadi gosip tentang percintaan? Memikirkan semua ini hanya bisamembuat aku menggeleng-gelengkan kepala heran. Mungkin manusia tercipta dari ekstrak ubur-ubur sehingga pemikiran mereka menjadi aneh seperti itu. -o0o- Jam 11 malam aku dan Khana belum pulang. Kami masih sibuk, tak lama Khana menelponku, memintaku ke ruangannya. Membawa beberapa fileku masuk ke dalam, aku pikir dia memintaku untuk melihat hasil kerjaku. Saat aku memasuki ruangannya dia terlihat sangat berantakan. Aku merasa kasihan melihat dia seperti ini. Wajah manisnya juga seperti mengatakan dia tidak cocok dengan perkerjaan yang bisa membuatnya setress, cukup perkerjaan yang bisa menjaga kulit, tubuh dan juga otaknya yang sengklek tenang. Hahaha. “Apa bapak baik-baik aja?” ucapku sambil menaruh beberapa file di mejanya. “Eh, sekarang duduk dan temenin aku ngerjain ini semua” ucapnya. “Kenapa?” “Ssst, aku sibuk” ia menaruh telunjuknya didepan bibir merahnya. Terlihat sangat imut sekali. Kami pun mengerjakan tugas ini bersama di ruangan Khana. Jam menunjukan pukul 2 pagi. Mataku sudah sangat mengantuk. Untungnya punyaku udah selesai, aku pun merenggangkan ototku di depannya, mengulet sangat kencang sampai dia menatapku dengan sangat serius. “Ah, kamu udah selesai?” “Akhirnya udah. Apa bapak udah ngasih tau Nai kalau bapak lembur?” “Oh, iya aku lupa” ucapnya kaget. Ia berhenti kerja dan langsung menelpon Nai “Halo… maaf aku lembur… iya ini bentar lagi selesai…. enggak lagi sama Savi… oh, baiklah. Bye” “Apa katanya?” “Dia sudah tau kalau hari ini adalah closing jadi dia gak marah” “Hmm” Nai sangat mengerti tapi, dai masih aja terus khawatir gak jelas dengan suaminya itu. Sekarang dia sibuk dengan perkerjaannya hingga melupakan segalanya. Bosan dengan semua kesunyian ini, tanganku sibuk bermain dengan hpku sampai akhirnya dia selesai. “Aaaaah,, akhirnya” ia merenggangkan tubuhnya. Wajahnya terlihat sangat senang. Tangannya merapikan semua file yang ada di Mejanya. “Apa kita bisa pulang sekarang?” ucapku bersemangat. “Sebentar lagi Nai sampai tunggulah sebentar!” tidak puas dengan jawabannya bibirku lansgung manyun “kenapa kamu maalh masang wajah gitu?” “Aku ngantuuuuk” rengekku. Ini sudah jam 2 pagi tapi, dia masih aja tidak mengerti betapa lelahnya aku. “Aku bilang tunggu!!!!” tegasnya. Wajahku hanya bisa tertunduk. Menyadarkan wajahku pada meja dan bermain sendiri sementara dia sibuk bermain dengan hpnya. “Malam” ucap seseorang yang masuk kedalam ruangan pak Khana. Sepontan aku lansgung bangun dan merasa bersemangat sekertika. Tangan Nai penuh membawa makanan. Banyak sekali. Ia menaruhnya diatas meja. Yang paling membuat aku bersinar-sinar adalah saat ia datang dengan ciuman yang mendarat di kening Khana di depan bola mataku yang sangat besar dengan sangat lembut. Khana memang sangat botom sekali pikirku. Mungkin aku akan dihabisi Kha kalau sampai ia tau apa yang aku pikirkan tentangnya. Saat ini aku ingin menyembahnya saat ini. Nai Sama, Khana Sama (Sama=Dewa) pemandangan yang bisa bikin Fujo mimisan sendirian. Awwww. Aku pengen meleh sekarang juga. “Vi… jangan ngelamun!” teriak Khana; ia melambaikan tangannya dihadapanku mencoba membuat aku fokus lagi. “Ayo, kita makan. Aku bawain ayam goreng” tambah Nai. Khana terlihat sangat bahagia saat ini dan aku tidak bisa berhenti menatapnya dengan mata yang berbinar-binar. “Tapi udah malem…” ucapku “Santai aja, walau pun kamu gendut kami tetap mau temenan kok” ucap Nai. Ia menyeret bangku dan duduk di sebelah Khana. Dengan santai Khana ngelendotin Nai seperti kucing. Pemandangan yang terlalu indah, aku ingin sekali merekam mereka. Dewaku tetaplah seperti ini kalian uwu sekaleh. Membuat aku jadi merasa gimaaa getoh! “Ayo, makan!” ucap Nai lagi. Kami semua pun makan; menikmati makanan yang ada. Melihat mereka saling mengelap keringat, membersihkan bibir mereka dengan tisu. Hati, jantung, jiwa dan ragaku tidak sanggup dengan semua keindahan ini. Tes. Aku melihat kebawah “Haaah” aku sangat terkejut. mimisan bener-bener otak gue udah rusak. “Apa kamu gak papa?” ucap Nai “Aku akan segera ke kamar mandi” berlari dengan cepat ke kamar mandi, membersihkan mimisanku secepat kilat. Tidak mau kehilangan moment tersebut, aku buru-buru kembali ke ruangan. Melihat Nai sedang berciuman dengan Khana dari celah pintu, mereka sangat hot. Aku ingin memukul kepalaku ke tembok. Aku meleleh saat ini. “Uwuku kalian terlalu uwu sekali.” rintihan jiwa fujoshi tidak tertahankan. Air mataku hampir keluar karena terbuai dengan keindahan ini. “Akhirnya ada yang bisa membuat aku move on" pikirku. Aku mengelap air mataku. Berlagak sigap dan kuat akan semua yang akan terjadi. Kehadiran diriku terpakasa harus mengakhiri semua romantisme dalam ruangan ini. Jam menunjukan sudah malam, kami memutuskan untuk pulang. Sepanjang jalan mereka cuma berpegangan tangan romantis banget. Walau pun Khana adalah ornag yang menyebalkan saat sudah di hadapan Nai dia sangat jauh berbeda. Kha selalu saja tersenyum tanpa berhenti, matanya benar-benar bersinar. Nai seperti akan memberikan apa pun yang ia miliki untuknya tanpa ada sedikit pun keraguan di matanya. Jiwaku sudah tersedot masuk sempurna dalam jiwa fujo. Nai mengantarku pulang, walau pun aku merasa sangat sedih harus berpisah dengan mereka tapi, aku gak sabar untuk menunggu moment selanjutnya. Moment dimana mereka bermesraan di hadapankun lagi. Awwww.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN