Part 16

1464 Kata
Ckitt___ Malam pun datang. Christ pulang dengan wajah ceria seperti biasanya. Membuka pintu, melepas sepatu dan menyimpannya di rak depan, kemudian berjalan kearah meja makan sambil melepaskan dasi dan tas yang selalu dibawanya. Mencuci tangan sampai siku dan mengikuti gerak langkah Maira dari belakang tubuhnya merupakan hal rutin yang selalu dia lakukan setiap kali Christ pulang bekerja. Maira tidak pernah keberatan, Dia mulai terbiasa dengan tingkah laki-laki yang kini sudah berada dibelakang tubuhnya. buru-buru Maira membawa piring dan meletakan sedikit makanan pembuka kedalamnya, agar Christ berhenti dan mau duduk dengan tenang menikmati santapan malamnya dimeja makan sementara dirinya melanjutkan kembali kegiatan memasaknya di dapur. Tidak pernah bertanya Maira memasak apa, Karena pada dasarnya Christ selalu suka dan menghabiskan seluruh makanan yang di buat Maira tanpa sisa. *** Berkutat beberapa menit di dapur. Maira akhirnya menyelesaikan acara memasaknya. Berjalan kembali kearah meja makan sambil membawa nasi dan lauk pauk yang tadi sudah dimasaknya ke hadapan Christ. Christ tersenyum. seperti biasa, Dia akan berdiri dan membantu Maira untuk menata Makanan yang baru saja dibawanya. Mengambil piring kemudian menyendok sendiri nasi dan lauk pauk sesuai keinginannya. Melihat itu, Maira juga ikut tersenyum dengan lesung pipi yang kadang terlihat manakala bibirnya terangkat keatas. Dia juga duduk. Menyendok nasi, lauk pauk dan lalapan. Mereka berdua mulai makan malam dengan tenang. *** Diselingi dengan canda tawa, Christ yang memang dari awal Notabene-nya tidak bisa diam, mulai menceritakan aktifitasnya selama satu hari ini pada Maira. Dia juga menceritakan perihal janjinya yang tidak akan minum kopi sampai sekarang. Sementara Maira yang mendengar ucapan tersebut hanya tersenyum sambil sesekali menyipitkan matanya antara percaya dan tidak perihal ucapan Pria didepannya. Maira Bahkan sempat berhenti hanya untuk memastikan ketidakyakinannya. "Yang Bener kamu tidak minum kopi sampai sekarang ?" Selidiknya. Menanggapi ungkapan terkahir Christ mengenai janjinya untuk tidak minum kopi sampai siang. Dan sekarang sudah malam. Jadi wajar jika Maira tidak percaya. "Bener, sumpah" Ucap Christ dengan mulut penuh. Belum sempat Maira menjawab, Christ kembali melanjutkan ucapannya. "Aku udah selesai " Ucapnya menyodorkan piring Kosong. Sepertinya Dia hendak meminta lagi, namun Maira menggelengkan kepalanya kuat. Lauk pauk di depannya sudah habis dimakan Christ. Jika Christ ingin meminta tambah ? itu artinya dia harus memasak lagi. "Jangan kebiasaan bilang sumpah, pamali !" Sengaja. Maira mengalihkan topik tentang makanan dan fokus kembali pada jawaban Christ yang sebelumnya. Christ memutar bola matanya. Dia tidak bodoh. Namun dia juga tidak ingin memaksa. Jadi dia memilih untuk mengikuti Maira. "Ya Kamu nya ga percaya" Ucap Christ membela diri. Sementara Maira menghela napasnya dalam. "Mau percaya juga bagaimana ? Terakhir kali kita ribut kan gara-gara kopi. Bisa aja kan didepan aku bilang nya enggak, tau nya pas di belakang, kamu masuk pantry, minta OB buat bikinin kopi." Ucap Maira, Mengeluarkan tuduhan yang ada di kepalanya. Christ terkejut. Dia menelan ludahnya kasar. Tuduhan Maira benar-benar tepat pada sasarannya. "Tapi kali sumpah Mai, enggak minum Kopi bener " Sumpah Christ sambil mengacungkan Dua jarinya ke hadapan Maira. Berharap agar Maira mau mempercayai ucapannya. "Lagian kenapa sih, segitu bencinya kamu sama kopi ? Emang dia punya salah apa sama kamu ?" Tanya Christ kemudian. Maira diam. Sebenarnya dia tidak ada masalah apapun dengan kopi. Hanya saja melihat Christ yang setiap saat selalu meminta kopi, membuat Maira sedikit khawatir akan kesehatan pria yang sudah sangat baik padanya itu. Dia ingin menjaga kesehatan Christ, Hanya itu. Tidak lebih. "Ck, Hanya khawatir, Tidak lebih." Ucap Maira sambil berdiri menuju wastafel. Membawa piring sisa makan malam dan hendak mencucinya. Christ mengikuti gerak langkah Maira. "Khawatir ? Khawatir untuk apa ? Orang selama ini juga badan fine, fine, aja tuh. Ga ada masalah. Kamu nya aja yang parno-an." Ucapnya. Maira membalikan badannya. "Parno ?" Pikirnya dalam hati. "Apa iya ??" Lanjutnya lagi Sementara Christ menaikkan alisnya keatas. Sambil berkacak pinggang dia berkata. "Kenapa ? Mau marah ?" Tantang Christ "Enggak " Jawab Maira "Terus ?" Maira menarik napasnya dalam. "Christ." Panggilnya dengan suara pelan. Ini adalah cara terakhirnya agar Christ mau menurut padanya. "Apa ?" Tanya Christ mulai terlihat gugup. Baru kali ini Maira memanggilnya dengan nada yang seperti itu. "Maafkan aku " Tuturnya tiba-tiba. "Untuk ?" Tanya Christ lagi menaikkan sebelah alisnya Bingung. "Untuk semua yang aku lakukan selama ini." Jawab Maira lalu menunduk. "Maksudnya ?" Christ semakin bingung. "Sebenarnya aku malu. Disini status ku hanya menumpang. Tapi aku dengan berani mengatur pemilik rumah saat dia ingin memakan makanannya" "Maafkan aku". Ucapnya lagi. Christ benar-benar mengatupkan bibirnya rapat. "Mai, itu, Aku ? Oh. god tolong bantu aku ! Maksudku bukan begitu Mai." "Maafkan aku." kukuh Maira. "Eh ?" Christ semakin bingung. Jadi, dia menarik Maira kedalam pelukannya. "Udah ya ! aku paham kok maksud kamu baik. kamu mau jagain kesehatan aku kan ?" Tanya-nya Sambil mengusap punggung Maira. Maira menganggukkan kepalanya. "Kamu takut aku sakit ya ?" Lagi. Maira hanya mengangguk. "Kalau begitu lanjutkan ! Aku sama sekali tidak keberatan." Ucap Christ melepaskan pelukannya. Christ mengusap lembut pipi Maira. Jantungnya tiba-tiba berdebar kuat saat matanya tanpa sengaja bertabrakan dengan manik hitam milik Maira. "Emmmm ... Mai, Aku___ Ucapannya terhenti. Christ menelan Saliva nya dengan susah payah. "Sialan". Umpatnya dalam hati. Lututnya bahkan sudah sangat lemas hanya dengan melihat bibir ranum didepannya yang semakin dipandang semakin terlihat menggoda. Buru-buru Christ menjauhkan tubuhnya sebelum Maira sadar dan dirinya yang mungkin akan kelepasan. "Hum. Kenapa ?" Tanya Maira dengan wajah bingung melihat tingkah Christ yang tiba-tiba kaku dan sesekali mengusap belakang tengkuknya dengan gerakan pelan dan wajah frustasinya. "Tidak. Sudahlah. Aku akan keatas, kamu jangan lupa siapkan camilan dan minumannya ya ! Aku mau itu soalnya." Ucap Christ kemudian berlari meninggalkan Maira sendiri. Maira hanya diam, Namun sedetik kemudian dia pun tersenyum. "Ehheee ... " Cengengesnya "Aseeekkk. udah dapat ijin dooong." Ucapnya lagi dengan girang. sambil kedua tangannya bertepuk tangan tanda kemenangan. Karena sebenarnya, Maira memang sengaja memancing Christ agar mau menurut padanya. Maira tahu rasa suka Christ terhadap kopi sudahlah sangat tidak wajar. Dia bahkan sering memergoki Christ yang sedang membuat kopi di tengah malam. Dan itu bukan hanya satu melainkan 3 cangkir sekaligus. Padahal sebelumnya Maira sudah membuatkan Christ satu cangkir, Namun tetap saja, Di malam hari laki-laki itu akan datang kembali ke dapur dan membuat kopinya sendiri. *** Lumpia Basah dan Cakwe ; Kedua Cemilan itulah yang Christ mau dan tunggu-tunggu. Yang dia pesan sampai-sampai dia merelakan kopinya demi mendapatkan kedua makanan ini. "Enak ?" Tanya Maira. Saat Christ sudah mulai memasukan Lumpia kedalam mulutnya Christ hanya mengangguk. lalu mengacungkan kedua jempolnya keatas. "Masih ada lagi kan ?" "Masih. Kenapa ? nanti mau tambah ?" Tawar Maira. Christ mengangguk. "Boleh ?" "Boleh. Sebentar ya !" Jawab Maira "Sama Cakwe nya juga ya Mai. Udah mau habis ini tinggal satu. Hap__ Eh. kosong karah." Ucap Christ terkekeh, yang sepertinya juga sudah mulai terkontaminasi dengan logat Sunda milik Maira. "Nih. ambil lagi !" Pinta Christ, sambil menyodorkan piring kosong kearah Maira. Maira Menghela napasnya dalam sambil mengambil piring kosong di depannya. "Okelah" Gumamnya "Itung-itung Reward karena dia udah mau relain kopinya satu hari ini." Lanjut Maira dalam hati. Kemudian tersenyum ke arahnya. Christ juga ikut tersenyum. Dia masih memakan sisa Lumpia basah di piringnya. Saat sedang menjilati sendok nya tiba-tiba seseorang menghubungi Christ lewat ponsel miliknya. Christ yang memang sedang malas memilih mengabaikan panggilan tersebut. Maira datang dari arah dapur dengan membawa dua piring makanan ditangannya. Satu piring berisi cakwe plus sausnya, dan satu lagi berisi lumpia basah. Keningnya berkerut ketika mendengar suara nada dering dari ponsel milik Christ. Sementara sang pemilik malah diam seperti tidak mendengar. "Christ." Panggilnya "Itu ponsel kamu bunyi. Coba di angkat dulu takutnya penting !" Pinta Maira sambil duduk. "Males. Biarin saja" Ucapnya memilih mengambil Cakwe yang ada didepannya. "Masakan kamu enak. Bikin nagih tau Mai" Ucapnya sambil terus memasukan Cakwe dan lumpia kedalam mulutnya secara bergantian. Maira tersenyum. Pandangannya kembali terfokus pada ponsel Christ yang kembali menyala. "Emang dari siapa telponnya ? Kok. males ? Dia telpon pasti penting lah" Tanya Maira. Mengarah pada ponsel milik Christ yang terus saja bergetar. "Dari Steve. Palingan juga cuman mau ngobrol ga jelas" Ucap Christ jujur. karena memang itu faktanya. "So tau. Jangan gitu lah coba di angkat dulu !, berisik soalnya" Lanjut Maira. Christ memanyunkan bibirnya. "Iya sih. Ganggu ya ?" Tanya Christ Maira hanya menganggukkan Kepalanya. Dan Christ mengangkat telponnya. "Hallo ? Kenapa ? Mau apa ? Ganggu tau gak ?!" Teriak Christ yang hanya di balas gelengan kepala oleh Maira. "..." "Ogah. Gue lagi males keluar, Apalagi Clubbing." "..." "Ogah steve. Gue bilang ogah ya ogah" "..." "Bodo amat. Mau ada siapa juga gue mah ga peduli. sekali males ya males". "..." "Kagak. Lagi makan gue. Udah ah, Males ngomong sama elu... Udah ya. gue tutup nih. Bye." Christ kemudian mematikan Sambungan telponnya secara sepihak dia bahkan sampai me-nonaktifkan ponsel miliknya agar tidak ada satupun yang mengganggu waktu istirahatnya. Atau lebih tepatnya waktu makan nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN