Part 15

1260 Kata
PLAKK___ Maira memukul tengkuk belakang Christ. "Aw. Sakkit " Geram Christ, Menatap tajam Maira dengan mulut gembulnya. "Dibilangin sedikit aja, Malah dimakan setengahnya" Gerutu Maira, Mengambil alih piring yang ada ditangan Christ. Christ hanya cengengesan sambil mengusap halus tengkuk bagian belakangnya yang sedikit ngilu akibat dipukul Maira. "Emmmm.... Christ !" "Humm ..." "Mau cerita, Mau dengar tidak ?" "Cerita apa ?" Tanya Christ masih dengan mulut penuhnya. "Cerita pas tadi siang." "Emang tadi siang kenapa ?" Tanya Christ. sambil menyuap kembali cake di tangannya. "Sebenarnya, tadi siang pas habis buang sampah, aku ketemu sama ibu-ibu. Cantik, Mirip ABG. Baik, Ramah pula." Tuturnya "Hemmm ... Terus ?" Tanya Christ lagi. "Terus dia nanya, Katanya belum pernah liat aku di komplek ini." "Kamu jawab apa ?" "Aku bilang, aku baru tinggal disini." Christ menganggukkan kepalanya. "Terus dia nanya lagi, Katanya pemilik rumah ini bukannya cuman tinggal sendiri ? kenapa kamu bisa tinggal di rumah itu ? Aku jawab, Aku pembantu baru kamu. " Christ menaikan sebelah alisnya. "Kenapa jawab begitu ?" Tanya-nya "Ya biar gak jadi salah paham lah. Bagaimanapun juga kita ini dua orang yang berbeda. Kamu laki-laki, Aku perempuan." Christ menganggukkan kepalanya lagi. "Namanya siapa ?" "illona. Namanya illona. Kenapa ?" Tanya Maira melihat reaksi terkejut dari Christ. "Tidak apa-apa" "Kalau Nama panjangnya ?" "Nah itu dia " Ucap Maira sambil menjentikkan jarinya ke udara. "Kamu lupa ?" "Bukan lupa. Tapi lupa nanya." Jawab Maira cengengesan. "Ya itu sama aja namanya, sama-sama lupa " Jawab Christ memutar bola matanya Malas. "Hati-hati ! Jaman sekarang banyak modus. Jangan terlalu percaya sama orang. Takutnya dia orang jahat atau cuman modus doang kan bahaya." Ucap Christ memperingatkan Maira agar tidak terlalu percaya pada orang. Maira menganggukkan kepalanya paham. "Tapi dia kayaknya orang baik. Dia juga keliatan kayak dari golongan orang berada gitu, Mobilnya aja Ferrari. " Cicit Maira setelah Christ menasehatinya. Ctakkk___ "Aw. sakkitt" Ringis Maira saat Christ menyentil keras dahinya. "Jangan mudah percaya sama orang !, Zaman sekarang pemulung aja udah pake mobil " Ucap Christ dengan gemas. Perempuan didepannya ini cerdas tapi oon juga kadang-kadang. Maira hanya mengerucutkan bibirnya ke depan. Dan Christ pun tertawa. "Tunggu sebentar !" Ucap Christ sambil berdiri. Kemudian berjalan kearah meja makan. Mengambil sesuatu dari sana. "Ini ambilah !" Perintahnya. Christ memberikan bungkusan hitam ke tangan Maira. "Ini apa ?" Tanya Maira "Buka saja !" Perintahnya lagi "Ponsel ? Buat apa ?" Tanya Maira bingung. Ternyata isinya adalah sebuah ponsel keluaran terbaru untuk Maira. Christ mengambil kotak Ponsel ditangan Maira, Lalu membukanya. "Buat kamu ! Jadi nanti kalau butuh apa-apa gampang bilangnya. " Jawab Christ. yang di balas "OH" oleh Maira. "Tapi ini Kebagusan, Harganya juga pasti mahal ?" Ucap Maira menimang kembali pemberian Christ di tangannya. "Pakai telpon rumah aja kan bisa ?" Ucapnya lagi. Christ mengambil kembali ponsel di tangan Maira. memasangkan SIM Card dan juga kartu memori didalamnya. "Repot kalau pakai telpon rumah. terbatas juga akses nya. Kalau ini kan gampang. Kamu bisa bawa kemana pun kamu mau. Jadi udah ya jangan banyak debat. ini di ambil biar aku nya juga gak bakalan susah hubungin kamu-nya !" Ucap Christ menyerahkan kembali ponsel tersebut ke tangan Maira. Mau tidak mau Maira mengambilnya, Dia kembali bersyukur mendapatkan Christ sebagai penolongnya. Sambil tersenyum haru Maira mengucapkan "Terima kasih banyak untuk semuanya" Ucap Maira dengan tulusnya. Christ menganggukkan kepalanya seraya tersenyum juga. *** Esok harinya. Seperti biasa, Christ akan berangkat kerja setelah mendapat jatah sarapan lezat dari Maira. Kali ini dia berjanji tidak akan meminum kopi di pagi hari setelah Maira mengiminginya cemilan lezat sebagai penggantinya. "Bener ya nanti malam mau di bikinin itu kalo hari ini aku gak ngopi paginya ?" Tanya Christ memastikan kembali ucapan Maira. "Iya" "Janji ya ! Awas loh kalau bohong." Selidik Christ sambil menyipitkan sebelah matanya. "Janji. Udah sana berangkat ! Lama kamu mah. Mau di tutup ini pintunya " Gerutu Maira karena Christ yang enggan pergi dari rumahnya. "Tapi janji dulu, Kalau bohong tiap pagi harus minum kopi plus cemilannya juga !" Kukuh Christ, sambil terus berdiri diambang pintu rumahnya. "Ya Allah ini orang. Iya janji. Kalau bohong kamu bebas mau minta apa juga aku turutin." Ucap Maira tanpa disaring terlebih dahulu. Christ tertawa puas mendengarnya. "Ok fine. Ingat ya sama janjinya. Kalau bohong awas" Ancam Christ sambil menunjuk dua jarinya tepat ke mata Maira. Maira menutup pintu setelah mendorong Christ keluar dari rumahnya. Sudah dua hari ini Christ selalu berangkat pagi dan akan pulang malam. Maira yang memang sudah mulai terbiasa bahkan tidak keberatan sama sekali jika harus tidur malam untuk menyiapkan makan malam dan juga cemilan untuk pria yang kini tinggal bersamanya itu. Dia cukup bersyukur dengan apa yang dia miliki hari ini. Jika dibandingkan dengan kehidupannya dulu di kampung, kehidupan Maira saat ini terbilang cukup bahagia. Sehingga perlahan dia juga mulai kesal sendiri dan takut jika Christ melepaskan genggaman tangannya suatu hari nanti. Dia takut jika suatu saat keluarganya akan datang dan mengusik kembali kehidupan Maira. Apalagi surat-surat tanah dan perkebunan serta surat rumah Maira yang pegang. Maka sudah dapat dipastikan jika saat ini statusnya adalah buronan. *** Di tengah-tengah perjalan, Ponsel Christ tiba-tiba bergetar, Dia mendapatkan Notifikasi dari seseorang. Dan itu dari Mona. Christ memilih mengabaikan, dia hanya melihat sekilas kemudian menyimpan kembali ponsel tersebut di atas dashboard. Tring ... Tring .... Tring .... Namun bukannya berhenti Notifikasi tersebut malah semakin banyak, Membuat perhatiannya pada jalanan sedikit teralihkan karena bunyi notifikasi di ponselnya. Tidak ada pilihan, Christ menepikan mobilnya di pinggir jalan untuk melihat pesan dari siapa saja yang datang. Dan untuk apa mereka mengiriminya pesan ?. Di baris pertama, muncul nama Mona dengan lima pesannya yang belum terbaca. Mona memberitahukan mengenai acara makan malam yang akan diadakan oleh perusahaannya besok, jam 08 Malam. Christ menarik napasnya dalam, Padahal rencananya besok malam setelah pulang, Christ akan mengajak Maira jalan-jalan, Sembari mencari kontrakan, Kemudian pulangnya mereka berdua akan belanja kebutuhan dasar. Diabaikannya pesan dari Mona. Tangannya mulai Men-Scroll pesan-pesan yang lainnya. Tertulis nama "IBU NEGARA" yang juga mengiriminya pesan. Dia juga sama. Memberitahukan mengenai acara makan malam yang akan di adakan oleh seluruh keluarganya tepat keesokkan harinya setelah makan malam perusahaan tempatnya bekerja. Christ membuang napasnya berat, Dia malas jika harus berurusan dengan keluarga besarnya. Christ hendak menutup kembali aplikasi we-chat nya namun terhalang saat seseorang tiba-tiba menghubunginya. Tentu Christ tidak dapat mengabaikan panggilan dari seseorang yang begitu berarti di hidupnya. Di gesernya layar tersebut kemudian mengangkat panggilannya. * Ibu Negara =] "Anak nakal, bukannya di balas, Kamu malah mau matiin ponsel kamu iya kan ?" Teriak sang ibu dari arah ponsel yang digenggamnya. Christ merotasi kan bola matanya. - Christian =] "Hallo. Selamat Pagi sayangku" Sapa Christ, Mengalihkan kemarahan ibunya. - Ibu Negara =] "Udah jangan Gombal, ga ngaruh !" Ucapnya. Padahal sebenarnya sang ibu sedang senyum-senyum sendiri saat sang anak begitu manis padanya. Christ kembali menghela napasnya dalam - Christian =] "Jadi ? Mom mau apa ? Ini Christ mau berangkat kerja, Nanti kalau telat Mom mau tanggungjawab ?" Ucapnya dengan suara lembut. - Ibu Negara =] "Ck, supir doang belagu" Seloroh sang ibu tanpa iba. - Ibu Negara =] "Kamu jadi pulang kan nak, Lusa kakek kamu mau bikin acara makan malam lengkap satu keluarga soalnya." Tutur sang ibu, kembali pada topik sebelumnya. - Ibu Negara =] "Kalau kamu ga pulang, Mommy sedih.__ Anak-anak dari saudara yang lain pasti datang semua, Masa kamu enggak ? Tega kamu sama Mom ?" Tanya-nya. Yang akhirnya, setelah seribu bujuk rayu yang dikeluarkan oleh sang ibu, Christ luluh juga. Dia menyetujui permintaan dari wanita yang sangat dicintainya itu dan menutup telponnya, baru setelahnya melanjutkan kembali perjalanannya menuju bandara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN