Isi Hati Hanna

1295 Kata
    Suara tawa Hanna yang seperti kerupuk baru digoreng menarik perhatian Scott dan Diana. Wanita yang dikenal oleh mereka sebagai gadis yang memiliki keahlian menembak dan memanah sudah menjelma menjadi wanita anggun dengan pengendalian yang tinggi.     “Bagaimana kalau kita mulai rutin berhubungan,” saran Diana.     “Bukan aku bermaksud menolak tetapi aku mempunyai banyak tugas yang harus aku lakukan,” jawab Hanna menolak permintaan Diana.     “Kau memang bekerja Hanna, tetapi kau jupa mempunyai hak libur jadi kita akan memanfaatkan waktu liburmu dengan sebaiknya. Kau jangan memporsir tenaga dan waktumu hanya dengan bekerja dan belajar,” kembali Diana memberi saran.     “Baiklah aku akan menerima tawaranmu tapi tidak mungkin secara rutin seperti permintaanmu.”     “Aku mengerti dan sangat memahami dirimu yang selalu berusaha memberikan yang terbaik,” jawab Diana lagi sebelum mereka berpisah.     “Bagaimana kau tahu kalau aku berada di kota ini?” tanya Hanna langsung pada Scott begitu Diana pergi sementara dia melihat Scott yang mulai duduk gelisah seperti seorang terdakwa yang menunggu hasil keputusan hakim.     “Aku pernah melihatmu di salah satu perpustakaan negara,” jawabnya dengan perasaan bersalah. Tidak mungkin dia mengatakan kalau dirinya melihat Hanna di rumah Keanu. Apa yang akan dikatakan dan dilakukan oleh Hanna kalau dia tahu bahwa balita yang dijaganya adalah anak yang pernah dia dan Ken perebutkan di pengadilan.     “Lalu kenapa kau tidak menyapaku kalau kau melihatku?”     “Karena aku tidak yakin dengan pandangan mataku. Kau yang sudah menjadi lawyer tiba-tiba ada dikota kami sebagai seorang mahasiswi sementara aku tahu setiap kali kau berkunjung ke sini selalu memberi kabar pada kami semua. Jangan katakan kau tidak mau berteman dengan kami lagi.”     Kalimat panjang yang diucapkan Scott sama sekali tidak berpengaruh pada Hanna yang sudah terbiasa mendengar segala macam komentar yang selalu diberikan oleh ketiga kakaknya, terutama Angga yang lebih lama menemaninya.     “Kau tahu Scott, aku sama sekali tidak percaya dengan alasanmu. Aku mengenalmu sebagai lelaki yang selalu mencari tahu saat kau melihat sesuatu yang mencurigakan. Menurutmu apakah wajahku ini wajah pasaran, yang selalu dapat ditemui di semua tempat?”     “Wajahmu adalah wajah yang paling menarik yang pernah aku kenal. Tidak mungkin aku meragukannya.”     “Jadi…kenapa kau tidak katakan saja dimana kau melihatku pertama kali dan mengapa baru sekarang kau menghubungiku? Aku bahkan tidak mengira kau memanfaatkan Diana untuk bertemu denganku. Satu lagi pertanyaanku siapa keluarga Antoilter. Aku yakin kau dan Diana mengenalnya karena aku melihat kau memberi isyarat. Isyarat yang membuatku curiga bahwa kau tahu sesuatu.”     Scott tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Hanna. Dia tidak mengira kalau semua ekspresi yang diperlihatkan Diana menarik perhatian Hanna khususnya ketika dia menyebut nama Antoilter dan wajah Diana memberi kesan terkejut.     “Aku….”     “Aku menunggu kau mengatakannya Scott bukan untuk mendengar kau mengucapkan kalimat menggantung,” desak Hanna dengan nada yang biasa dia gunakan di persidangan.     Senyum geli di bibir Hanna menarik perhatian Scott yang masih sibuk memikirkan jawaban yang harus dia berikan pada Hanna.     “Kenapa kau tersenyum seperti itu? Ada yang lucu?” komentar Scott heran.     “Karena kau sangat mudah dibuat tidak berdaya Scott. Aku tidak peduli kau kenal dengan keluarga Antoilter atau tidak. Aku bekerja di sana karena aku menginginkannya bukan karena paksaan. Lagipula aku menyukai anak yang aku asuh. Sangat lucu dan menggemaskan membuat siapa pun pasti tertarik,” jawab Hanna semakin membuat Scott malu.     Scott menduga Hanna sudah mengetahui kalau dia mengetahui sesuatu dengan sikapnya yang merasa bersalah. Saat ini yang perlu dia ketahui adalah bagaimana caranya agar Hanna tidak mencurigainya.     Hanna masih berpikir dimana kemungkinan Scott melihatnya. Dia yakin bukan di perpustakaan karena sejak dia mengasuh cucu keluarga Antoilter dirinya tidak pernah pergi keperpustakaan negara, jadi tempat yang paling mungkin Scott melihat dirinya adalah di rumah keluarga Antoilter, tapi apa yang dia lakukan di sana? Apakah keluarga tersebut terlibat masalah hukum sehingga meminta bantuan pengacara?     “Jadi…mengapa kau ingin bertemu denganku?”     Pertanyaan Hanna kembali mengusik Scott. Dia tahu bahwa dirinya harus mengatakan sesuatu sebelum wanita di depannya mempunyai pertanyaan lain yang mungkin semakin sulit untuk dia jawab.     “Karena aku kangen denganmu dan tidak sempat mengucapkan kata perpisahan ketika kau kembali ke negaramu,” jawab Scott akhirnya.     Senyum manis yang lebih mirip sikap pasrah diperlihatkan oleh Hanna dengan jelas. Dia tidak bodoh tetapi dia juga tidak bisa memaksa Scott untuk mengatakan alasannya. Walaupun dia melihatnya di rumah keluarga Antoilter, apa pedulinya? Dia hanya bekerja bukan mencoba menarik perhatian laki-laki yang tinggal di rumah itu seperti yang pernah dikatakan salah satu mahasiswi dikampusnya yang sudah memberikan nomor telepon pengurus rumah tangga keluarga kaya tersebut.     “Kau masih mau di sini atau ada tempat lain yang harus kau kunjungi? Hari ini adalah waktu bebasku jadi aku akan pergi ke pertokoan untuk mencari pakaian yang lebih cocok untuk musim depan,” beritahu Hanna mulai bangun dari kursi yang dia duduki sejak tadi.     “Sayang sekali. Walaupun keinginan untuk menemanimu sangat besar, tetapi aku terpaksa menolaknya karena masih ada kasus yang harus aku tangani,” kata Scott mengutarakan penyesalannya tidak bisa mendampingi Hanna walaupun gadis itu tidak menolaknya.     “Tunggu! Kenapa kau tidak menghubungi Ken saja? Kalian juga sudah lama tidak bertemu, kan?”     “Kami memang sudah lama tidak bertemu.”     “Tapi….”     “Tapi aku ragu dia akan mau bertemu denganku.”     “Kenapa?”     Ada sikap enggan yang diperlihatkan oleh Hanna sementara Scott tahu Hanna tidak akan bersikap ragu apabila menyangkut teman-temannya.     “Sebelum aku kembali ke Indonesia, apa kau tahu kalau Scott yang mengantarku ke bandara?” tanya Hanna mulai terbuka.     “Aku tahu tidak lama setelah kau kembali dan Diana yang mengatakan padaku. Ada apa sebenarnya?”      Cengiran Scott yang lebih mirip seringai membuat Hanna tertawa. “Tidak apa-apa. Aku melihat Ken yang datang ke bandara terlihat sangat tertekan tanpa aku tahu apa alasannya. Sebagai pihak yang berhasil memenangkan kasus perwalian mengapa dia harus tertekan? Bukankah aku yang seharusnya tertekan dengan setiap kata dan ucapannya?”     Scott menatap Hanna dengan pandangan tertarik. Sebelumnya dia tidak pernah tahu alasan mengapa Scott menemui Hanna di bandara. Kalau dia mengutarakan rasa cintanya pada Hanna tidak mungkin mereka tidak pernah berkomunikasi.     “Apa yang terjadi di antara kalian? Hanna, aku tahu kau lebih terbuka dari Ken, jadi aku yakin kau bisa menjawab dengan lancar apakah kalian berdua mempunyai masalah yang sampai sekarang belum menemukan jalan keluarnya?”     “Kau pikir apa masalah yang ada pada kami sampai tidak bisa menemukan jalan keluarnya? Aku yakin kau mengetahui dengan jelas permohonanku pada hakim sebelum kasus tersebut di putuskan.”     “Jadi?”     “Jadi aku yakin Ken tidak menyukainya, itulah sebabnya dia harus berbicara yang membuatku harus memutuskan untuk memperdalam ilmu di bidang hukum lagi. Aku tidak mau merugikan dan membuat malu orang yang sudah bersusah payah memberikan pendidikan padaku. Aku harus buktikan kalau aku pasti bisa dan berhasil sebagai pengacara.”     Keyakinan yang diperlihatkan secara lugas oleh Hanna memberikan keyakinan pada Scott bahwa Ken sudah berhasil menyinggung perasaannya meskipun dia tidak menyadarinya. Kalau Hanna kecewa dengan sikap Scott, lalu apa yang akan dilakukan oleh Ken bila Hanna menolak tarawannya?     Tanpa sadar Scott mulai menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. “Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan karena aku memang tidak tahu. Omong-omong waktu itu aku ada dimana ya?”     “Menemui jaksa agar kau bisa mendapat surat perintah penyerahan Bella pada keluarga Whittaker secepatnya,” jawab Hanna lirih.     “Kau benar. Jadi ucapan apa yang membuatmu terluka dan akhirnya kau kembali ke negara ini dengan menjadi mahasiswa pasca sarjana?”     “Kau itu dengar ucapanku tadi tidak sih? Makanya itu rambut di potong pendek agar bisa mendengar,” olok Hanna tertawa.     “Bukan masalah rambut panjangku, tapi kau yang berbicara lebih pelan daripada berbsisk,” gumam Scott tidak terima tudukan Hanna.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN