Karena rencana

1166 Kata
Sosok angkuh itu melewati Lifia begitu saja, sikap yang biasa sering ia lakukan kepada siapapun dan bukan hanya kepadanya, namun tetap saja Lifia merasa kesal. Bagaimana ia tidak kesal sosok Defran selalu saja membuat jantungnya berdetak dengan kencang, meskipun sikap Defran padanya selalu terlihat angkuh dan dingin. Sandra tersenyum dan ia berbisik ditelinga Lifia "Wangi banget ya Lifia, harumnya itu loh menenangkan, kalau cewek-cewek bilang ini gimana rasanya ya dipeluk sama dia hehehe....cowok pelukabel," ucap Sandra. "Jangan terlalu memuji dia kalau kamu tahu aslinya dia...nyesel kenapa bisa suka sama dia," ucap Lifia. "Jangan bilang dia juga diundang diacara ini dan aku harus satu frame sama dia," ucap Lifia. "Iya Lifia, ini kan ceritanya kamu akan ditanya masalah kejadian di hotel itu," ucap Sandra membuat Lifia membuka mulutnya karena kesal. "Astaga tega banget ya Mbak Kiran ngerjain aku kayak gini, kenapa juga mesti diundang ke acarannya dia diwaktu yang sama kayak gini. Sengaja banget mau buat hebo, nyebelin banget," ucap Lifia dan ia sangat murka saat ini. "Ya pihak manajemen kita sudah setuju agar kamu hadir di program ini ya harus bagaimana lagi," ucap Sandra. "Harusnya aku itu ditanya dulu mau apa nggak," ucao Lifia. "Kata Bu Ike, kalau kamu diberitahu kamu pasti menolaknya," ucap Sandra membuat Lifia menyebikkan bibinya. Bunyi notifikasi diponsel Sandra membuatnya segera membukanya "Kita diminta menunggu diruang tunggu Lifi!" Ucap Sandra saat membaca pesan dari tim program pelaksana acara ini. "Oke," ucap Lifia. Keduanya melangkahkan kakinya masuk ke ruang tunggu yang telah disiapkan tim program acara teleivisi ini dan seperti yang Lifia duga, ada sosok Defran disana yang juga sedang duduk santai sambil menunggu acara dimulai. Lifia dengan terpaksa duduk dihadapan Defran, membuat Defran menatapnya dengan tatapan datarnya. Lifia menghela napasnya dan setelah pingsan, ia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi padanya dan setelah ia bangun, ia telah berada di Rumah sakit ini. Sepertinya ia memang harus mengucapkan terimakasih kepada Defran karena lagi-lagi Defran menyelamatkannya. "Terimakasih Mas sudah menyelamatkan saya," ucap Lifia. "Apa?" Tanya Defran dan ekspresinya yang datar sungguh menguras hati Lifia. "Terimakasih," ucap Lifia dan ia kesal karena Defran seperti tidak mendengar ucapannya atau mungkin Defran berpura-pura tuli. "Terimakasih untuk apa?" Tanya Defran dan ia melipat kedua tangannya, seolah menunggu kalimat apa yang akan keluar dari bibir Lifia. Sandra menyunggingkan senyumannya, baginya sosok Defran sangat cocok bersanding dengan Lifia. Apalagi sikap Lifia yang manja namun juga terlihat mandiri ini, berbanding terbalik dengan laki-laki tampan yang terlihat dingin namun dibalik sikapnya itu Sandra yakin Defran adalah sosok yang penyayang. Lifia berhak mendapatkan laki-laki tampan yang memiliki segalanya seperti Defran, apalagi Defran bukan hanya seorang Dokter dan polisi tapi ia juga seorang Satyas. Satyas grup salah satu grup yang memiliki banyak perusahaan yang berkembang pesat sejak dulu, hingga memiliki ribuan Karyawan seperti saat ini. Defran bekerja bukan ingin mendapatkan uang, tapi menjadi dokter dan polisi adalah menjadi tujuan hidupnya untuk menyelamatkan nyawa orang lain dan juga ingin memperjuangkan keadilan. "Kenapa tidak berani menjawab?" Tanya Defran dan ia menatap Lifia dengan dingin. Untung saja Defran sosok kasat mata yang bisa dilihat, jika tidak ia akan hanya merasakan aura iblis yang membuat bulu kuduknya meremang. Lifia mengedarkan pandangannya dan Sandra ternyata sengaja meninggalkannya berdua saja di ruangan ini hingga membuatnya canggung. Entah sejak kapan ia merasa canggung berhadapan dengan Defran, ya...ia mengingatnya kenapa ia merasa canggung dan berusaha menarik diri dari Defran, karena ia tahu betapa ia berusaha mendekati Defran. Defran tidak akan pernah menginginkan istri yang berasal dari seorang artis seperti dirinya dan itu membuatnya terluka ketika mendengar hal itu. "Terimakasih karena kamu telah menyelamatkan aku Mas," ucap Lifia. "Oh..." ucap Defran. 'Astaga kenapa sih...aku bego-bego banget sampai jatuh cinta sama kamu Mas, nyebelin banget...' Batin Lifia berteriak. Lifia menatap Defran dengan kesal sedangkan Defran juga menatap Lifia dengan tatapan datarnya. Mata keduanya bertemu dan sialnya membuat jantungnya berdetak dengan kencang. 'Gila ngapain sih natap aku kayak gitu...ini jantung pelase kondisikan diri jangan buat malu...' Batin Lifia. Terdengar suara pintu terbuka dan sosok peremouan cantik itu muncul dari balik pintu. Kiran keluar dari ruangan rapat dengan kesal, bagaimana ia tidak kesal karena ia baru saja tahu jika Handaru Laksamana Dewandaru, juga menjadi bintang tamu diacarannya ini. Tim produksi telah membuat kacau harinya dan harusnya hari ini, ia membuat mati kutu adik sepupunya Lifia tapi ternyata hari ini juga bukan hari yang baik baginya, karena Handaru juga akan menjadi Bintang tamu diacara ini. "Mbak..." panggil Lifia sinis. "Nggak usah natap aku kayak gitu, kalian kalau mau pacaran-pacaran saja!" Sinis Kiran membuat Defran mengangkat sebelah alisnya, ketika mendengar ucapan Kiran yang terlihat kesal padanya. "Ohhh...aku rasa ini semua terjadi karena kamu ya Mas..." ucap Kiran menunjuk Defran dengan kesal. Kiran dan Defran terikat kerabat dekat karena keduanya merupakan Tante dan Om dari keponakan mereka yaitu anak-anak dari Kana dan Serkan. Mereka sering kali menghabiskan waktu bersama disetiap pertemuan keluarga dan juga liburan bersama. "Kamu pikir saya tidak tahu rencana kamu dan Mami saya ingin mempertemukan saya dengan Lifia dalam satu acara, bukan hanya Mami saya yang punya kuasa tapi saya juga. Kenapa kita tidak berkumpul bersama saja sekalian dengan kamu, yang juga bertemu musuh besar kamu dan kamu bisa berdamai diacara ini!" ucap Defran membuat Kiran membuka mulutnya karena ia sangat kesal. "Kamu keterlaluan Mas," teriak Kiran kesal dengan tingkah Defran. "Loh...ini hanya sebuah acara dan jangan diambil hati lagian kalian berdua kan memnag sering kali berdebat disetiap kesempatan," ucap Defran. Lifia akhirnya mengerti apa maksud keduanya dan ia sangat kesal karena bagi mereka mungkin ini permainan menyenangkan tapi tidak baginya. Ia mengepalkan kedua tangannya karena kesal, dengan rencana mereka yang melibatkan dirinya. Apalagi ini bukan acara hiburannya namanya, karena ia harus menjawab berbagai pertanyaan dan mungkin saja pertanyaan mengenai perasaannya. Seorang laki-laki tampan melangkahkan kakinya mendekati mereka dan ia menjabat tangan Defran. Keduanya memang saling mengenal dan bersahabat, tentu saja kedatanagn laki-laki ini, membuat sosok Kiran menjadi sangat kesal. "Dicariin sama Kiran," ucap Defran sengaja ingin membuat Kiran kesal padanya. "Siapa juga yang cari dia..." ucap Kiran kesal. "Mas Def jangan asal ngarang ya..." ucap Kiran. "Wah makin lama kamu semakin galak saja," ucap laki-laki tampan yang bernama Handaru Laksamana ini kepada Lifia. "Kalau saya galak memangnya kenapa? Kalian berdua yang nyeblin," ucap Kiran. Kiran yang terkenal bijak dan rendah hati ini, selalu saja terpengaruh dengan sosok Handaru Laksamana. "Harusnya kamu itu sungkem sama senior!" Ucap Handaru. "Ogah banget ngapain sungkem sama kamu kayak kurang kerjaan saja," ucap Kiran. Hatinya selalu saja panas ketika bertemu Handaru membuat Handaru menyunggingkan senyumannya. Tim kreatif mendekati mereka dan mengatakan jika acara akan segera dimulai, Lifia menelan ludahnya karena ia sangat kesal saat ini. Mungkin bagi mereka perasaan yang ia miliki itu adalah sebuah permainan hingga bisa dijadikan bahan olok-olokkan mereka, tapi baginya tidak. Menahan diri untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan kedatangan mereka itu yang saat ini Lifia lakukan. Meskipun rasa marahnya meluap, namun ia tetap saja tidak bisa marah kepada seorang yang memerintahkan acara Tv ini untuk mengundangnya. Apa yang akan mereka tanyakan padanya dan bagaimana ia menjawabnya nanti, itu yang saat ini ia pikirkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN