Acara segera dimulai, terdengar suara musik sebagai pembuka acara hingga Kiran sebagai pembawa acara segera membuka acara ini dengan senyuman hangatnya. Senyum hangat yang sangat terpaksa karean ia kesal dengan sosok Handaru Laksamana Dewandaru. Ia harus menyembunyikan ekspresinya agar tak terlihat lagi rasa kesal dan amarah yang tadi ia tunjukkan kepada timnya, yang ada hanyalah canda tawa riang yang harus ia tampilkan didepan layar TV. "Assalamulaikum, selamat pagi semuanya...pagi ini kita akan kedatangan tamu yang sangat terkenal, ayo siapa tebak! Hmm....Ini wajahnya cantik dan ya...kata orang sih punya kemiripan wajah sama aku ini..." ucap Kiran membuat sorak-sorak para penonton mulai menebak siapa tamu yang dimaksud Kiran.
"Tapi dia ini katanya sih ya...lebih terkenal banget kayaknya dari pasa aku, dan ya...lebih cantik...masa sih dia lebih cantik dari aku," ucap Kiran seakan tidak terima jika Lifia lebih cantik dari dirinya. "Siapa tamu kita?" Teriak Kiran kepada penonton yang ada distudio dan di rumah tentunya.
"Lifia...Lifia...Lifia..." terdengar suara penonton diacara ini bersorak memanggil nama Lifia.
"Wah...hebat kalian ya tahu siapa tamu kita hari ini. Yaudah deh...yuksss....kita panggil saja salah satu bintang tamu kita hari ini Lifia Ayu..." ucap Kiran membuat Lifia segera melangkahkan kakinya masuk kedalam studio dan ia mendekati Kiran. "Ini perlu cupika-cupiki juga nggak ya? Soalnya ini sering banget ketemu di Rumah," ucap Kiran membuat mereka yang ada distudio ini tertawa termasuk Defran dan Handaru yang juga tesenyum mendengar ucapan Kiran. Kiran akhirnya tetap saja mencium pipi kanan dan kiri Lifia, lalu ia mengajak Lifia duduk santai disampingnya. "Nggak perlu tegang begitu, anggap saja kita lagi di Rumah..." ucap Kiran membuat para penonton yang ada di studio ini kembali tertawa.
"Iya ini udah kayak dirumah nonton Tv sama Kakak perempuan saya yang cerewet banget dan yang hobinya ngemil, Biasanya sambil memangku toples gede..." ejek Lifia membuat para penonton yang ada di studio kembali tertawa.
"Hey penonton..," teriak Kiran.
"Iya Nona Kiran..." teriak para penonton.
"Kayaknya kalian senang banget dengan Bintang tamu kita ini, jadi semua kegilaan aku dirumah jadi santapan kalian semua, ini nih susah kalau punya adik Artis...Kakaknya jadi perbandingan. Dia yang cantik, dia yang imut dan dia yang banyak di dekatin laki-laki, tapi ya sama-sama jomblo juga kan sama kayak kakaknya ini," ucap Kiran menunjuk dirinya membuat mereka semua tertawa.
Kiran memang pembawa acara yang Isa menempatkan dirinya dimana ia sedang berada, jika diacara formal ja akan menjadi sosok serius dan seorang permepuan tangguh yabg berpengetahuan luas bahakan menjadi moderator terbaik ketika berdebat. Perempuan cerdas yang banyak disukai para lelaki hebat dan berusaha memikatnya. Kiran bahkan beberpaa kaki ditawari untuk melanjutkan S3-nya diluar negeri namun ia menolaknya.
"Wah ada yang lagi curhat nih..." ucap Lifia.
"Yaudah capek kali ya kalian mendengar keributan adik kakak yang pasti ngobrolnya tentang kelebihan masing-masing dan saling menceritakan jeleknya kalau lagi di rumah, Dek nggak seru kalau hanya kita berdua daja berbincang kayak gini, hmmm...ini kita ada bintang tamu lagi, yuk kita panggil saja bintang tamu kita yang lain" ucap Kiran dengan penuh semangat walaupun saat ini hatinya sedang merasa sangat kesal.
"Ini makhluk Tuhan yang paling tampan kayaknya, disukai banyak cewek-cewek semenjak viral ketemu sama si Artis dan kedapatan fotonya berpelukan. Kayaknya pelukannya tahun kemarin ya...aduh kok jadi lupa ya..." ucap Kiran membuat Lifia sangat kesal namun ia menahan dirinya untuk tidak menunjukkan kekesalannya. "Kita sambut Pak Dokpol yang ganteng...Dokter Defran Satyas..."teriak Kiran. Defran segera melangkahkan kakinya mendekati mereka dan Lifia menjabat tangan Defran. Defran menatap kearah Kiran dan itu menjadi kesempatan bagi Lifia untuk menjabat tangan Defran, agar ia tidak dikira publik memiliki hubungan pribadi kepada Defran, jika ia enggan menjabat tangan Defran.
"Wah gimana pemirsa yang ada di rumah dan yang ada distudio, mereka cocok apa tidak?" Goda Kiran.
"Cocok..." teriak penonton yang ada di Studio.
"Pak Defran silahkan duduk disamping Lifia, eh...Lifia awas ya jantungnya jangan sampai copot!" goda Kiran.
'Awas kamu Mbak...tunggu pembalasan aku...' Batin Lifia kesal.
"Yaudah deh langsung saja panggil satu Bintang tamu lagi, ini laki-laki yang kata orang ganteng ya...kaya juga dan katanya sih pinter banget. Dia suka banget pegang kasus besar gitu...hmmm...hai Pak Handaru Laksmana Dewandaru silahkan masuk!" Ucap Kiran.
Handaru terlihat sangat tampan dengan kemeja putih yang ia kenakan dan sangat pas ditubuhnya. Terlihat dengan jelas dibalik kemeja itu tubuh ateltisnya begitu memukau. Hari ini bintang tamu di program acara ini membuat para wanita terlihat sangat senang, apalagi mereka sangat mengidolakan keduanya. Biasanya seorang Defran akan menolak untuk hadir, namun ternyata desakan tim humas kesatuannya membuatnya akhirnya memilih untuk datang pada program acara ini. Apalagi ia diminta menjelaskan beberapa kronologi penyelamatan di hotel beberapa waktu yang lalu.
"Apa kabar Bapak-Bapak sekalian?" Tanya Kiran. Ia berusaha profesional dalam menjalankan perannya sebagai pembawa acara hari ini. Meskipun saat ini ia sangat kesal dengan sosok tampan yang menatapnya dengan tatapan intens dan entah sejak kapan, jantung Kiran berdetak dengan kencang karena tatapan yang baginya sangat kurang ajar itu.
"Alhamdulilah baik," ucap Defran.
"Alhamdulilah, ya....semua berjalan dengan lancar dengan penuh rasa syukur," ucap Handaru.
Jika Kiran saat ini kesal dengan Handaru, sama dengan halnya dengan Lifia yanh juga sangat kesal. Lifia kesal karena jantungnya berdetak dengan kencang ketika berada didekat Defran, bahkan ia berusaha untuk tidak terlihat senang dengan keadaan ini meskipun ia merasa wangi tubuh Defran yang duduk disampingnya, membius penciumannya sehingga ia merasa nyaman. Wangi yang menyegarkan dan menenangkan hingga membuatnya terpejam ketika menikmatinya.
'Astaga jangan bodoh Lifia, dia itu memang penggoda pantas saja semua cewek kayaknya klepek-klepek gitu hanya dengan duduk disampingnya' Batin Lifia.
"Bagaimana keseharian Pak Defran dalam menjalani tugas? Bapak ini seorang panutan banyak orang. Bekerja sebagai seorang polisi dan juga seorang dokter pasti adalah sebua tantang ya Pak," ucap Kiran.
"Menatang dan menyenangkan," ucap Defran.
"Hmmm....katanya Pak Defran beberapa waktu yang lalu Bapak juga menjadi tim penyelamat di hotel yang didatangi para teroris, hingga menyandera beberapa tamu penting disana," ucap Kiran. "Aduh pertanyaan saya semakin banyak ini untuk Pak Defran, maaf ya Pak nanya sekaligus gitu..." Ucap Kiran dan sesungguhnya saat ini Kiran merasa tidak nyaman hingga, ia melontarkan beberapa pertanyaan sekaligus seperti ini kepada Defran dan ia melirik Handaru yang terlihat santai.
"Terimakasih Mbak Kiran, keseharian saya sama dengan abdi negara lainnya, kami apel bersama, berlatih bersama dan juga berupaya menyelesaikan kasus. Kepolisian selalu berusaha keras untuk melindungi masyarakat," ucap Defran. Jika ada kesalah disetiap lini fungsi tempatnya bekerja itu adalah bagian dari human eror, yang memanfaatkan situasi yang ada untuk kepentingan pribadi. Masih banyak abdi negara seperti dirinya yang memang berjuang keras untuk negaranya, karena tujuannya yaitu demi melindungi masyarakat, mewujudkan keamanan, ketertiban masyarakat yang tertib hukum.
"Iya Pak saya mengerti karena katanya bukan hanya latihan fisik saja ya Pak, banyak latihan lain yang diperlukan untuk skil ataupun kemampuan sebagai seorang abdi negara. "Saya kembali bertanya nih sama Pak Defran tapi nanti saja Pak jawabnya karena ada yang mau lewat," ucap Kiran dan mereka beristirahat sebentar.
Lifia memilih untuk bertahan tidak melirik Defran yang duduk disampingnya. "Apa saya memang harus menceritakan mengenai seorang permepuan bodoh yang selalu terjebak masalah?" Tanya Defran kepada Kiran membuat Lifia menahan dirinya untuk tidak berbincang apalagi menyangkal ucapan Defran.
"Terserah Mas Defran!" Ucap Kiran membuat Lifia membuka mulutnya karena kesal.