Chapter 6

1019 Kata
Weekend telah berlalu, Selma juga sudah bersiap ke kantor dengan memakai pakaian yang kali ini lebih modis. Selma juga merias wajahnya yang dengan BB cream dan lipstik warna nude agar terlihat fresh. "Ternyata kalau lo dandan seperti ini cantik juga ya," gumam Selma menatap pantulannya sendiri di cermin. Wanita itu harus menghilangkan perasaan sakitnya dikhianati, dia harus bangkit dan berjalan tegak kembali. Selma merasa bahwa dia harus bahagia meski hidupnya tidak sempurna sebagai wanita. 'Huft!' Selma tentu terkadang mengeluh, kenapa Tuhan memberikan cobaan hidup yang seperti ini, apakah akan ada kebahagiaan didepannya yang menanti. Pasti ada, dan entah itu kapan karena Selma percaya bahwa Tuhan akan tetap berlaku adil pada semua makhluknya. Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh lima menit, akhirnya Selma sampai di depan kantornya. Dia menaiki motornya yang dia beli sendiri dengan gajinya selama kerja. Selma tidak punya mobil, karena mobil satu-satunya adalah milik suaminya. Selma masuk ke dalam dan menyapa Dara dan Laura, resepsionis yang sudah stay di tempatnya. "Pagi Bu Selma. Wah, pagi ini Bu Selma kelihatan cantik banget," puji Dara. Selma yang dipuji hanya terkekeh, "makasih, kamu juga cantik, Dara, Laura juga," jawab Selma tersenyum. Setelah itu Selma memutuskan untuk langsung berjalan menuju lift, tapi tiba-tiba suasana di belakang sana tiba-tiba ramai. Selma menoleh, dia sedikit terkejut karena mendapati Nico yang ternyata sudah berjalan ke arahnya. Biasanya dia akan senyum kalau disapa, tapi entah kenapa Selma bisa melihat kali ini wajahnya begitu keruh. Selma membungkuk kan kepala, menyapa Nico dengan sopan. "Selamat pagi pak," ujar Selma. Wanita itu tidak mau menatap bos-nya itu. Dia masih ingat dengan adegan yang dia lakukan dengan pria tersebut malam itu. Nico tidak menjawab, hanya menatap Selma sekilas kemudian masuk ke dalam lift yang dikhususkan untuk dirinya. Setelah terdengar denting lift berbunyi, Selma mengangkat wajahnya dan menatap Nico yang sudah berada di dalam lift yang juga tengah menatapnya. Selma bisa melihat raut sedikit terkejut di wajah Nico, tapi kemudian dia tidak bisa melihat ekspresinya lagi karena pintu lift itu tertutup. Selma sendiri sebenarnya merasa deg-degan, dia tidak bisa tidak merasakan perasaan itu karena biar bagaimanapun dirinya dan Nico pernah berbagi peluh yang sama meskipun hanya semalaman. "Huft, itu cuma one night stand Sel, setelah itu gak akan terjadi apa-apa sana kamu!" Gumam Selma. Wanita itu memutuskan untuk masuk ke dalam lift setelah beberapa orang masuk duluan. Ruangan dia ada di lantai 7 tepat dua lantai di bawah dari lantai sang CEO, Nico Saputra. Selma sudah menjadi sekretaris Dion selama dua tahun, dia sudah enjoy dengan pekerjaannya. Selma tidak akan mengundurkan diri hanya karena dia terlibat malam panas dengan sang atasan. Selama bekerja di perusahaan itu memang Selma tidak begitu mengetahui tentang kehidupan seorang Nico Saputra. Ya, tentu saja karena atasannya langsung adalah Dion Moreno. Selma hanya beberapa kali bertemu dengan Niko, itupun saat rapat bersama Dion. Akhirnya setelah sampai di lantai 7 Selma segera keluar dari dalam lift dan menuju ke ruangan wakil direktur. Selma mengecek keadaan di dalam dan masih terlihat rapi, Dion belum terlihat batang hidungnya. Kegiatannya sebagai sekretaris tentu saja pagi-pagi harus menyiapkan kopi untuk bosnya itu, memutuskan ke pantry untuk membuat kopi untuk dirinya juga. Begitulah kegiatan sama sehari-hari selama berada di kantor mengajak pekerjaan bosnya membuat jadwal, ataupun memeriksa laporan sebelum di berikan kepada Dion. Dia tidak pernah menyangka jika selama dia bekerja dengan giat, suaminya bermain api dengan wanita lain di tempat kerjanya yang lain. Padahal Selma tahu sendiri Dion memiliki perasaan untuknya, tapi pria itu tahu diri jika Selma telah memiliki suami. Salma sama sekali tidak tertarik dengan wakil direkturnya itu. Karena dia sudah memegang komitmennya sebagai seorang istri selama Lima tahun ini. "Pagi Pak," sapa Selma kepada Dion yang baru saja datang. "Pagi, sudah kamu siapkan kopi untuk saya?" "Sudah pak," jawab Selma mengekori Dion masuk ke ruangannya. "Nanti siang kita akan ada rapat dewan direksi sekitar jam 10, setelah itu nanti akan ada meeting dengan Bapak Arman, dan sepertinya Pak Nico akan mengajak Anda untuk meyakinkan Pak Arman agar mau bekerja sama dengan kita," ujar Selma. Seperti biasa Dion langsung duduk dan mengambil kopi hitam favoritnya, karena yang membuat adalah Selma. Setelah menikmati kopinya sedikit seruputan, Dion meletakkan cangkir tersebut ke tempat semula. "Dengar-dengar kamu sudah cerai?" "Eh?" Selma terkejut. Atasannya ini memang random, dia tidak menjawab semua ucapan Selma, lamah bertanya hal lain. "Sayang banget ya, saya sudah memiliki kekasih, kalau tahu kamu akan jadi jandi, saya bakal menunggu kamu," ujar Doin terkekeh. Selma menahan emosinya dengan mengepalkan tangannya. "Maaf Pak, bisakah anda profesional? Saya sedang membahas pekerjaan, dan bukan saatnya untuk membahas masalah pribadi," tegas Selma. "Baiklah, aku tahu, siapkan saja bahan untuk rapat nanti, sekarang kamu boleh keluar," ujar Dion mengibaskan tangannya. "Baik Pak," Selma membungkuk hormat dan keluar dari ruangan bos itu. Dia tidak peduli bagaimana perasaan Dion saat mengatakan hal tadi, karena memang Selma juga tidak akan pernah membuka celah untuk pria itu masuk ke dalam hatinya. **** Rapat dewan direksi di mulai, semuanya sudah berkumpul diruangan rapat, memang setiap enam bulan sekali mereka akan di kumpulkan untuk membahas perkembangan perusahaan dan bagaimana memberikan saran serta kritikan untuk kinerja perusahaan. Namun, satu orang yang belum datang, yaitu Nico. Entah kemana orang yang biasanya selalu disiplin itu, tapi sepertinya sekarang dia baru saja melakukan kesalahan yang pertama dalam hidupnya. Molor waktu. Selagi semua pada bisik-bisik tetangga, entah pada ngomongin apa, Selma bikin status di IG nya. Sekarang dia rajin upload di sosmed setelah di beri tahu oleh Raya jika harus sering-sering buka sosial media agar tidak ketinggalan jaman, katanya. Pintu ruangan terbuka, terlihat Nico berjalan masuk di ikuti oleh sekretarisnya yang seorang pria. Nico memiliki dua sekretaris, Sinta dan Galih. Keduanya dikabarkan menjalin hubungan. "Selamat siang, maaf terlambat karena ada sedikit kendala," ujar Nico. Selma bisa melihat jika seperti ini Nico memang terlihat berwibawa. Dia memang sosok yang tampan dan disegani banyak orang. Nico juga pribadi yang ramah dan baik, tapi terkadang dia juga bisa dingin seperti sekarang ini. Rapat mulai di buka oleh Galih, sekretaris presiden. Dilanjutkan dengan presentasi seperti biasanya, Selma juga menyimak presentasi dari Galih, pria yang lebih muda darinya itu. Namun tiba-tiba matanya tidak sengaja menatap Nico yang kebetulan juga tengah menatapnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN