Bab 5. Bertemu Dikta & Aurel

1176 Kata
Happy Reading. Selma merasakan seperti muda kembali, dia tidak pernah menyangka jika melakukan perawatan salon bisa membuatnya terasa lebih baik. "Kenapa gue tidak pernah berpikir untuk pergi ke salon sesekali ya? Mungkin kalau gue melakukan perawatan rutin setiap bulan, Dikta tidak pernah berpaling dari gue," gumam Selma menatap pantulannya di cermin. Apalagi sekarang dia memakai dress diatas lutut dan lengan pendek berwarna biru langit, membuatnya berasa semakin muda saja. "Wah, sebenarnya Lo tuh cantik pake banget say, gue yakin kalau Dikta pasti nyesel telah melepaskan istri spek bidadari seperti lo ini, nyatanya istri dia yang sekarang juga memang di dempul doank kok cantiknya, coba kalau sama-sama didandani, pasti dia kalah!" ujar Raya. Selma hanya tersenyum miris, sebenarnya bukan salah Dikta jika pria itu menikah lagi karena ingin memiliki seorang anak. Bukankah Selma sudah dinyatakannya mandul. Jadi terkadang Selma hanya bisa meratapi nasibnya dengan caranya sendiri. Dia akan bersenang-senang dengan kekayaan yang dia punya, Selma akan berfoya-foya saja. "Percuma saja cantik, gue tetap tidak bisa sempurna sebagai seorang wanita, bahkan dengan hinanya ditinggal begitu saja oleh suami, diceraikan dan ditinggal menikah lagi oleh mantan, apakah gue sanggup menjalani kehidupan gue kedepannya, Ray?" Selma menitikkan air matanya tapi langsung dia hapus. Selma telah berjanji tidak akan menangis lagi. "Udah, jangan bilang gitu. Do'a tuh yang baik-baik, siapa tahu nanti Tuhan berkehendak lain, dan Lo bisa menjadi wanita sempurna, kita tidak pernah tahu takdir apa yang ada di depan kita, jadi teruslah berpikir positif agar pikiran kita juga positif," ujar Raya. Selma mengangguk, Raya sudah banyak menasehatinya. Dia yakin jika hidupnya pasti akan lebih baik dengan skenario Tuhan yang telah ditetapkan. Setelah dari salon, Raya mengajak Selma ke Mall untuk belanja. Menurut Raya, Selma harus merubah penampilan menjadi seperti anak muda. Umur Selma juga masih 28 tahun, sebentar lagi menginjak 29 tahun dan itu masih muda menurut Raya. Selma bisa mempercantik dirinya dengan perawatan dan penampilan. "Buang semua baju-baju lo yang besar-besar itu, semuanya kedodoran, seperti emak-emak saja!" Raya mengomel sepanjang jalan. Sahabatnya itu memang sejak dulu tidak suka menjaga penampilan, Raya tahu kalau Selma itu cantik. Tapi cara berpakaian Selma memang sudah ketinggalan jaman. "Iya-iya, gue mau jadi anak muda seperti girlband Korea gitu, meskipun sebenarnya merasa malu dengan umur, tapi entah kenapa merasa jiwa gue balik lagi ke 18 tahun," ujar Selma tergelak. Memang sekarang dia merasa sedikit narsis dan centil. Tapi tidak apalah, demi untuk menjaga kewarasan dan tidak membuatnya berakhir tidur dengan pria asing karena minum-minum di club malam. Akhirnya Selma membeli beberapa baju ala-ala anak muda, dia juga banyak membeli hils dan tas bermerek. Meskipun bekerja sebagai sekretaris wakil direktur, Selma memiliki tabungan yang cukup banyak karena selama ini dia memakai uang Dikta untuk belanja. "Eh, Sel, liat deh." Raya menunjuk ke arah depan. "Bukannya itu Dikta dan Aurel? Wah, wah, mereka udah berani memperlihatkan hubungan mereka ke publik ternyata!" Selma mengikuti telunjuk Raya dan benar, dia melihat mantan suami dan istri barunya. Aurel, padahal selama ini Selma menganggap wanita itu sebagai sahabat, karena Aurel adalah sahabat suaminya, tapi tidak tahunya malau menusuk dari belakangku. "Ayok samperin mereka!" ujar Raya menarik tangan Selma. Sebenarnya Selma malas bertemu dua orang yang menjadi penyebab hatinya hancur itu, tapi Raya terus saja memaksanya dan mengatakan jika Selma tidak boleh lemah. "Tunjukkan sama mereka kalau lo itu lebih berharga dan berkelas, bukan seperti seorang pelakor murahan yang mengambil suami wanita lain begitu saja!" ujar Raya berapi-api. "Iya-iya, gue mau bikin pelajaran kepada mereka berdua!" Akhirnya Selma dan Raya berhasil sampai di depan Dikta dan istri barunya yang tengah memilih perhiasan. Dikta terlihat tersenyum dan mengangguk saat Aurel menunjuk beberapa kaling yang ada di etalase. "Wah, wah, wah, pengantin baru lagi beli perhiasan ya?" ejek Raya. Dan hal itu sontak membuat Dikta dan Aurel menghentikan aktivitasnya. Keduanya menoleh ke arah sumber suara dan betapa terkejutnya saat Dikta melihat Selma dan Raya yang menghampiri mereka. "Sel-selma!" Selma menaikkan dagunya keatas, dia terlihat berani dan angkuh kepada mantan suami itu. Sebenarnya Selma sudah tidak peduli dengan kedua pasangan selingkuh tersebut. Semuanya sudah Selma ikhlas kan, karena mungkin Dikta memang ingin memiliki seorang anak dan dia tidak bisa memberikannya. Setidaknya Dikta menceraikan nya dan tidak memilih untuk memadunya dengan pasangan selingkuhnya itu. "Hai, selamat ya buat kalian berdua, selamat juga pada Aurel karena telah berhasil merebut Dikta dariku, silahkan ambil bekasku karena dia pantas kamu pungut!" ujar Selma dengan elegan. Dia tidak berminat main jambak-jambakan dengan istri baru mantan suaminya, karena hal ini cukup adil untuk Dikta dan dirinya, hanya saja dengan sedikit ucapan merendahkan seperti ini, pasti keduanya sama-sama panas dan marah. "Selma jaga ucapan kamu!" "Maaf pak Dikta, saya bicara fakta dan benar, kenapa harus menjaga mulut saya? Seharusnya anda menyadarkan diri jika kalian berdua memang seperti itu, bahkan aku sudah tahu cukup lama bagaimana hubungan kalian, nikmatilah dan jangan pernah menyesali semua perbuatan kalian, karena karma Tuhan itu pasti ada!" Ujar Selma dengan tersenyum sinis. Dia memang tidak menyumpahi keduanya, hanya saja hukum tabur di balas dengan tuai. Siapa yang menanam pasti dia aka mengunduh. Setelah mengucap hal itu, Selma pergi meninggalkan kedua pasangan pengkhianat tersebut, Raya sempat mengacungkan jari tengah pada keduanya. Meskipun Dikta kesal setengah mati, tapi dia tidak bisa melawan Selma karena apa yang dikatakan mantan istrinya itu benar semua. "Kenapa kamu diam aja sih Yank, padahal kamu liat sendiri bagaimana mantan istrimu itu menghinaku!" Seru Aurel marah. Wanita itu merasa tidak terima dihina seperti itu oleh mantan istri suaminya. Dikta tersadar jika sejak tadi dia mematung melihat kepergian Selma. Entah kenapa Dikta merasa jika Selma jauh lebih cantik sekarang. "Yank, kok nggak fokus sih!! Ditanya malah diam aja!!" Kesal Aurel saat Dikta tidak fokus padanya. "Oh, jadi kamu masih cinta sama mantan istrimu itu!" "Nggak yank, kamu kenapa bilang gitu, buktinya aja aku langsung ceraiin dia kan, kalau aku nggak cinta kamu, pasti aku udah adopsi anak sama Selma, buktinya aku milih kamu sekarang," ujar Dikta lembut. Dia tidak ingin Aurel berpikir macam-macam apalagi sampai tahu jika hati Dikta masih bergetar melihat mantan istrinya. Sejujurnya, kalau Selma tidak mandul dan bisa memberikannya keturunan pasti Dikta akan mempertahankan Selma. Namun, sepertinya memang jodohnya dengan Selma hanya sebatas ini. Dikta juga sudah menghamili Aurel, wanita yang menjadi sahabatnya di kantor. Buktinya Aurel sekarang hamil, jadi bisa dipastikan jika memang Selma yang mandul karena mereka juga sudah melakukan tes kesuburan. "Matanya gitu, lihatin mantan seperti masih sayang, apa kamu lupa kalau sebentar lagi akan jadi Bapak!!" Aurel merajuk dan pergi meninggalkan Dikta begitu saja. "Dasar mood bumil memang labil! Tapi biarlah, dia sedang mengandung calon anak ku!" Gumam Dikta kemudian menyusul istrinya. Di sisi lain. Selma dan Raya akhirnya masuk ke restoran Korea, mereka memesan makanan yang tidak sedikit. Selma makan sambil bercucuran air mata, entah sedang menahan pedas atau karena hatinya masih sakit. Raya hanya diam saja sambil memakan makanannya. Dia juga akan selalu ada untuk sahabatnya itu. "Gue tahu diri Ray, makanya gue nggak mau marah-marah kepada mereka, gue tahu diri kalau gue bukan cewek yang sempurna, jadi meskipun saki banget nih hati, tetep masih jaga kewarasan agar mereka nggak balik menghina dengan julukan wanita mandul!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN