Chapter 7

1039 Kata
DEG! Tiba-tiba jantung Selma berdetak kencang saat Nico menatapnya, entah kenapa dia merasakan seperti dilucuti saat ditatap tajam seperti itu oleh Nico. 'Dia kenapa natap gue terus seperti itu sih, bikin takut aja!' batin Selma. Kemudian wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah meja dimana laporan presentasi nya berada disana. Rapat berlangsung hampir dua jam dan selama itu Selma hanya mendengarkan saja tanpa mau menatap ke arah layar proyektor. Karena kalau dia mendongak, pasti matanya akan bersibobok dengan mata Nico. "Baiklah, saya tutup rapat ini, segera perbaiki yang mana harus diperbaiki karena kita mengutamakan pelayanan berkualitas dimasyarakat, jadi jangan sampai ada keteledoran lagi, sekian dari saya, terima kasih!" Nico mengakhiri rapatnya. Selma menghembuskan nafas lega, akhirnya dia bisa terbebas dari tempat ini. Entah kenapa rasanya gerah dan sesak, padahal biasanya tidak sampai seperti ini. Apalagi melihat tatapan Nico yang seperti itu, membuatnya ingin menyembunyikan diri dikolong meja saja. Dion berdiri di ikuti Selma, dia harus segera keluar dari dalam ruangan ini. Namun sepertinya angannya sia-sia saat Nico memanggilnya. "Hei, kamu! Sekretaris Dion!" Selma berbalik badan dengan kikuk, "i-iya Pak, ada apa?" Dion jadi berhenti melangkah karena mendengar Nico memanggil Selma. Dion menoleh melihat Nico dan Selma bergantian. "Siapa namamu?" "Saya pak?" Tunjuk Selma di wajahnya sendiri. "Iya, dia sekretaris mu kan, Yon?" "Iya, namanya Selma, emang kenapa? Apa kamu ada urusan sama Selma?" Tanya Dion. "Ya, aku ada urusan sebentar dengan sekretaris mu, Selma setelah ini kamu ke ruangan saya," ujar Nico. Eh, Selma bingung kenapa Nico memintanya ke ruangannya. Selma menatap Dion yang kini juga tengah menatapnya. "Pergi sana, kalau sudah selesai seger kembali ke tempat," ujar Dion. "Baik pak," jawab Selma lesu. Sungguh dia tidak tahu apa yang diinginkan oleh Nico, apakah pria itu akan membicarakan masalah malam panas mereka. Bukankah itu sudah berlalu, lagian dia juga tidak akan cerita ke siapa-siapa. Selma juga berharap Nico tidak membahasnya lagi. Anggap saja jika itu hanya one night stand belaka. Nico sudah keluar duluan di ikuti sekretarisnya, sedangkan Selma masih berdiam ditempat. 'Huhf, apakah memang harus diselesaikan? Mungkin dengan membicarakan masalah malam itu lagi, di antara aku dan Pak Nico akan ada pencerahan. Aku juga tidak akan menuntut Pak Nico untuk bertanggung jawab, karena aku juga bukan perawan lagi!' batin Selma. Setelah berhasil mengendalikan dirinya, akhirnya Selma beranjak keluar dari ruang rapat dan langsung masuk ke dalam lift. Dia menekan tombol dimana ruangan sang presdir berada. Selma gugup, jelas. Seumur-umur bekerja di perusahaan ini dia sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya diruang orang nomor satu di perusahaan. Lalu bagaimana sekarang? Dia pernah berurusan dengan Nico dan hal itulah yang membuatnya gugup setengah mati. "Masuk saja, kamu sudah ditunggu pak Nico," ujar sekretarisnya Nico tersebut. Selma mengangguk dan melangkah ke arah pintu berwarna coklat dominan hitam itu. Dia pun mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Menghela nafas untuk menetralkan kegugupan nya. Kemudian terdengar suara Nico dari dalam menyuruhnya masuk. Selma menarik nafas sekali lagi, berhadapan dengan Nico disaat seperti ini tentu sangat beda ketika waktu di kamar itu. Nico menatap pintu yang terbuka, dia melihat wanita yang beberapa malam lalu menghabiskan malam panas dengannya. Wanita yang beberapa hari ini selalu terlintas di pikirannya. 'Sial, kenapa hanya melihatnya berjalan ke arahku saja bisa membuatku bereaksi seperti ini!' batin Nico. Pria itu segera mengalihkan pandangannya ke arah laptop yang ada didepannya. Dia tidak tahu kenapa bisa seperti ini, mungkin karena pernah tidur dengan wanita itu hingga membuatnya menjadi lebih sensitif seperti ini. Batin Nico. "Selama siang, Pak," sapa Selma. Sejak tadi dia juga menunduk, tapi kali ini Selma mengangkat wajahnya untuk menatap Nico. Namun, pria itu hanya melihat laptop tanpa terganggu dengan kedatangannya. "Hemm, duduklah!" Nico menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berpacu kencang. 'Sial, kenapa aku seperti ini!' rutuk Nico dalam hati. Dia tidak pernah segugup ini bila berhadapan dengan wanita lain. "Egehm!" Nico berdehem. Dia mengangkat wajahnya untuk menatap Selma. Masa iya Nico bicara tanpa menatap lawannya, kan terkesan tidak sopan. Nico sebenarnya memanggil Selma bukan tanpa alasan. Dia ingin meluruskan masalah ucapannya waktu itu mengenai p********n. Ya, Nico berjanji akan mentransfer Selma sejumlah uang, dan Selma juga tidak menolak. Jadi bukan kah itu terbilang hutang. "Begini, kamu tahu kenapa aku memanggil mu kemari?" "Saya tidak tahu, Pak. Ada apa ya?" "Sebenarnya ini masalah malam itu," tuh kan, Selma sudah menduga jika ini menyangkut malam panas mereka. "Begini Pak, saya tidak akan cerita pada siapapun tentang masalah itu, jadi saya mohon Bapak juga jangan memecat saya, anggap saja itu hanya sekedar kesenangan belaka, tanpa kita membuka hal itu pasti tidak akan ada yang tahu bukan?" Nico mengangkat sebelah alisnya, kenapa wanita ini bisa sampai berpikir seperti ini. Nico bahkan percaya saja kalau Selma pasti tidak akan bocor. Yang jelas kalau sampai bocor ke publik, konsekuensinya adalah pemecatan. "Saya tahu, saya juga tidak akan memecat kamu. Sebenarnya saya hanya ingin mengatakan masalah uang yang waktu itu saya bicarakan," ujar Nico. Selma menganga, dia lupa masalah uang apa, "uang?" "Ya, bukankah saya berjanji akan mentransfer dirimu uang sebagai kompensasi, meskipun sebenarnya saya juga tidak wajib memberikan itu, karena kamu yang menggoda saya duluan," ujar Nico yang membuat Selma jadi malu setengah mati. "Ehmm, ya sudah pak, tidak usah diberi juga gak apa-apa, lagian kan saya bukan wanita panggilan," jawab Selma menyembunyikan rasa malunya. "Tapi saya sudah berjanji, dan saya memanggil kamu kesini karena saya ingin meminta nomor rekening kamu, dan juga nomor telepon kamu," ucap Nico menggaruk ujung hidungnya. Buat apa juga dia meminta nomor Selma, Nico memang keceplosan. "Ah, baik pak, saya tidak memaksa loh!" Selma membuka ponsel dan menjadi M-banking nya. Dia tidak hafal dengan nomor rekeningnya. Selma menyebutkan angka-angka yang langsung dicatat oleh Nico. Tidak lupa Selma juga memberitahu nomor telepon nya, mungkin untuk menghubunginya. Pikir Selma. "Saya harus mengurus ini sendiri karena memang ini rahasia diantara kita, jadi saya harap kamu tidak membocorkan pada ...!" "Bapak tenang saja, saya tidak akan membocorkan rahasia apapun pak, lagian saya juga tidak rugi, karena bukan perawan lagi," ucap selma terkekeh. Sebenarnya Nico juga penasaran mengenai status wanita cantik didepannya ini. Eh, kenapa Nico baru menyadari jika Selma itu memang cantik. "Jadi kamu sudah menikah?" "Sudah pak, tapi status saya sekarang sudah bukan istri orang lagi, jadi Bapak nggak usah khawatir dan merasa bersalah karena saya ini sekarang sudah janda!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN