Chapter 8

1034 Kata
Nico berjalan gontai masuk ke dalam apartemennya, pria itu menyalakan lampu utama dan langsung berjalan menuju kamar. Hari ini pekerjaannya memang banyak, tapi dia kerjakan sampai selesai dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Lembur, itulah yang bisa dia lakukan karena dia tidak suka ada pekerjaan menumpuk di esok harinya. Nico masuk ke dalam kamarnya, dia melepaskan dasi dan kemeja, rencananya Nico akan mandi. Namun, tiba-tiba Nico merasakan pelukan dari belakang. Dia tidak terkejut lagi karena dari parfumnya Nico sudah tahu siapa yang memeluknya. "Kok pulangnya malam banget sih, padahal aku udah nungguin kamu dari tadi loh, sayang?" Donita menempelkan pipinya di punggung Nico yang polos karena kemejanya sudah terlepas. "Aku lembur, kenapa kamu nggak ngabari kalau mau kesini?" Nico meneruskan kegiatan membuka gesper dan celananya. "Tadinya sih mau ngabarin, tapi aku mau kasih kamu surprise, tadaaa!" Donita memberikan Nico sebuah map dan Nico sudah menduga itu apa. Kini Nico berbalik menghadap Donita, dia menatap kekasihnya itu dengan sorot mata kecewa. Padahal dia ingin sekali Donita mencabut lamarannya menjadi model di Paris, tapi ternyata dugaannya tetap salah. "Kalau begitu kita nikah bulan depan, sebelum kamu ke Paris," ujar Nico dengan tatapan tajam. Sungguh dia merasa jika Donita tidak menghargai nya sebagai seorang laki-laki yang bertitel calon suami. Donita mengalungkan tangannya ke leher Nico, kemudian mencium bibir kekasihnya itu sekilas. "Iya sayang, kita nikah tapi aku ingin tidak ada orang tang tahu pernikahan kita, nanti kalau kontrak ku sudah selesai kita adakan nikah ulang dan pesta resepsi, hemm?" "Terserah, yang jelas kamu harus jadi istriku dulu sebelum pergi, karena aku nggak mau kamu terpikat laki-laki disana," Donita tertawa mendengar ucapan Nico. "Hahaha, ya ampun, kekasihku ini cemburuan ya ternyata, iya-iya kamu tenang aja sayang, aku pasti akan menjaga hatiku untukmu," ujar Donita mencium bibir Nico kembali. Nico tersenyum, mungkin dia memang harus bersabar dengan sikap Donita, tapi setelah masa kontrak Donita habis dia akan mengurung calon isterinya itu di dalam rumah. **** Beberapa Minggu kemudian. Selma merasakan tubuhnya lemas, bahkan sejak tadi dia muntah-muntah terus, padahal seingatnya Selma tidak main angin atau hujan-hujanan. Tapi kenapa dia tiba-tiba diserang masuk angin luar biasa seperti ini. Hoek! Selma berlari ke kamar mandi lagi karena perutnya terasa seperti diaduk, tapi tetap saja tidak ada yang keluar karena Selma memang belum sarapan. Ini masih jam lima pagi, memang siapa yang mau sarapan di jam itu. "Huh, aku kenapa sih, rasanya mual terus!" Selma berjalan tertatih ke arah meja rias dan membuka laci, dia mencari minya angin yang biasanya disimpan di tempat itu. "Ah, ketemu! Sepertinya aku harus izin tidak masuk kerja, aku harus meminta izin pada Pak Dion," gumam Selma mengoleskan minyak angin itu ke perutnya. Setelah memakai minyak angin dan mencium aromanya, perut Selma sedikit enakan. Akhirnya dia meneruskan tidurnya yang sempat tertunda karena perutnya mual. Namun, setelah beberapa saat merasa bisa terlelap, perutnya bergejolak kembali dan akhirnya Selma memutuskan untuk pergi ke dokter untuk periksa. **** Selma pergi ke klinik 24 jam yang tidak jauh dari rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 6 lebih dan Selma sudah meminta izin pada Dion jika dia tidak enak badan. Surat keterangan sakit akan menyusul nanti setelah dia periksa ke dokter. Setelah sampai, akhirnya Selma langsung diperiksa karena memang tidak antri di waktu pagi buta seperti ini. "Mbak Selma terakhir kali menstruasi kapan?" Tanya dokter muda itu. Selma mengingat-ingat, seharusnya memang Minggu ini dia kedatangan tamu bulanan tapi sampai sekarang dia masih belum haid. "Seharusnya saya datang bulan Minggu-minggu ini dok, ini tanggal muda kan, nah biasanya saya datang bulan di tanggal muda, tapi sepertinya saya sekarang terlambat dok, apa karena itu saya jadi mual dan pusing?" Tanya Selma. Dia menjadi menduga karena siklus haidnya yang tidak lancar membuatnya sakit seperti ini. Biasanya juga kalau sedang datang bulan dia pasti kram. "Iya, sepertinya memang ada hubungannya, coba mbak Selma buang air kecil di wadah ini, nanti kita periksa benar tidaknya," ujar dokter Ani tersebut. Selma manut saja, dia juga tidak penasaran kenapa disuruh untuk mengecek air seninya. Setelah selesai dengan tugasnya Selma memberikan sample air seninya ke dokter Ani. Selma menunggu beberapa saat, sebelum kemudian Dokter Ani kembali ke ruangannya dengan senyum sumringah. "Dari hasil tesnya, selamat ya mbak, anda dinyatakan positif hamil," ujar dokter cantik tersebut. Bagai di sambar petir disiang bolong, telinga Selma terasa berdenging mendengar penjelasan dokter Ani. "Saya hamil, dok? Tapi saya mandul, bagaimana saya bisa hamil, hahaha dokter ini ada-ada saja," Selma tertawa kecil merasa jika dokter itu lucu. "Dokter mah, nge-prank nya kurang asyik," lanjutnya masih tertawa. "Loh, siapa yang nge-prank to mbak, memang pemeriksaan ini mengatakan jika mbak Selma hamil, coba lihat ini," dokter Ani memberikan tes pack dengan hasil positif. Selma melongo, menatap tes pack itu dan dokter Ani bergantian. "Saya beneran hamil dok? Masa sih?" "Mbak Selma kalau masih belum percaya bisa periksa langsung ke dokter kandungan, atau ke rumah sakit untuk USG," ujar dokter Ani. Selma masih ingin tertawa mendengar penjelasan dokter itu, tapi demi kesopanan dia akhirnya menurut saja. Mau percaya tapi bukankah dia mandul, tapi kalau tidak percaya ada sebuah tes pack positif yang sekarang ada di tangannya. "Apa aku harus ke dokter kandungan, sepertinya memang harus deh, sekalian USG, kalau beneran hamil, anak yang aku kandung ini anaknya ...!" Selma membelalakkan matanya ketika mengingat malam panasnya bersama dengan Nico, atasannya di kantor. "Sial, tidak mungkin, mudah-mudahan itu tidak benar!" Selma segera melajukan motornya ke rumah. Dia akan naik taksi online saja, sepertinya tubuhnya terlalu lemas jika harus nyetir sendiri. **** "Sepertinya anda memang hamil, bahkan kandungan anda ini sangat subur, siapa yang mengatakan anda mandul, itu tidak benar sekali," kali ini Selma tidak bisa lebih terkejut lagi ketika dia periksa di rumah sakit dan langsung melakukan USG. "Lihat kantung ini, ini adalah kantung rahim dan janin anda berusia Lima Minggu, dia masih sebenarnya biji salak," jelas dokter obgyn itu sambil memutar alat USG di perut Selma. "Jadi saya tidak mandul dok?" "Tidak, anda sangat subur." "Dan saya beneran hamil?" "Iya Nyonya, anda sedang hamil, selamat ya?" "Lalu, tes kesuburan yang diberikan oleh mantan suami saya itu milik siapa dok? Bahkan mantan suami saya sudah menikah dan istrinya sedang hamil?" Selma menduga-duga, tentang segala kerumitan tentang tes kesuburan yang diberikan Dikta padanya. Dan sekarang dia harus hamil tanpa adanya suami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN