Gibran POV.
Beberapa hari berlalu aku lalu mengecek ponselku dan tak ada satupun telpon dari Lolita, apa kecupanku ke keningnya waktu itu membuatnya marah dan berhenti untuk dekat denganku?
Aku sangat penasaran, namun jika ku telpon sekarang dia mungkin akan sangat marah atau dia akan mematikan telponku jika melihat namaku di layar ponselnya. Aku sungguh menyesal melakukan itu, melakukan hal yang secara tiba-tiba mengejutkan Lolita.
Tapi, aku juga tak mungkin sampai di sini ketika aku sungguh penasaran mendengar kabar dan suaranya. Aku tak mengerti kenapa perasaanku saat ini, aku seperti sudah memiliki hubungan yang begitu erat dengan Lolita sampai aku merindukannya, sangat merindukannya. Aku kadang berpikir apa karena kecantikan yang dia miliki? Atau kepandaian dan kesuksesannya? Atau mungkin karena dia wanita hebat? Aku selalu saja memikirkan hal itu. Karena sejak dulu, aku tidak pernah melihat wanita dari fisik atau kehebatan yang dia miliki.
Aku lalu mengotak-atik ponselku dan mencari namanya di kontak ponselku. Setelah mendapatkan namanya aku lalu nenghela napas dan mulai memanggilnya.
"Halo?" jawabnya,aku tak menyangka dia menjawab telfonku hanya dua kali deringan.
"Hai, apa kabar?" tanyaku, walaupun pertanyaanku agak kuno dan terdengar seperti modus.
"Aku baik-baik saja, ini siapa?" tanyanya.
Wahh hatiku sangat kesal ketika mendengar pertanyaannya, namun aku berusaha menahan perasaan kesalku, jadi selama ini dia tak menyimpan nomor ponselku dan balik bertanya ketika aku mengajukan pertanyaan. Aku malu, sungguh.
"Baiklah … kamu mungkin sudah tak mau mengenalku, terima kasih," kataku hendak mengakhiri telpon.
"Jadi ngambekkan, ya, sekarang," kata Lolita, aku lalu kembali mendekatkan ponselku ke telinga karena penasaran akan perkataan Lolita barusan.
"Maksudnya?" tanyaku.
"Ada apa, Gibran? Aku hanya becanda tak mengenalmu, kamu jadi ngambekkan orangnya," jawabnya, aku lalu tersenyum karena merasa lucu.
"Kirain kamu tak mengenalku dan emang sudah tak mau mengenalku," kataku agak kesal sedikit, aku sudah lelah merindukannya, ketika telponku di beri pertanyaan, aku jadi merasa down seketika.
"Alasan aku tak mau mengenalmu, apa?" tanyanya agak menekan.
"Ya mungkin karena waktu itu" jawabku.
"Ya ampun....aku bukan anak kecil loh gibran,marah hanya karena masalah itu, emang ada apa kamu menelfonku sekarang?" Tanyanya lagi.
"Aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan, apa kamu ada waktu?"
"Hmm....sekarang aku sedang dines, sore aja gimana?"
"Yang bener kamu mau?" Tanyaku agak tak percaya.
"Iya, kamu mengajakku jadi aku mau" katanya agak menggelitikku.
"Baiklah....pulang kantor nanti aku langsung ke rumah sakit menjemputmu" kataku sembari mengakhiri telfon.
Setelah mengakhiri telfon aku lalu kegirangan karena berhasil mendengar suaranya dan berhasil mengajaknya keluar.
■■■■■
Author's POV.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Gibran sudah stabdby didalam rumah berpakaian rapi dan juga sering bercermin melihat penampilannya, apa penampilannya menarik atau tidak.
Ia menyisir rambutnya setelah memakai minyak rambut agar ia terlihat sangat rapi bertemu dengan wanita yang ia kagumi.
Tak lupa pula Gibran mengambil ponselnya dan mengirim sms kepada Lolita.
Tapi ketika hendak mengirim sms kepada Lolita, Gibran terkejut melihat sms Lolita yang masuk tiba-tiba di Ponselnya.
Boneka Cantik +6289811116***
"Setengah jam lagi aku lepas dines, maaf smsmu ga kubalas karena tadi aku sedang di ruang operasi"
Sms itu membuat Gibran tersenyum sendirian karena merasa ia sudah begitu akrab dengan Lolita sehingga mereka terdengar sedang pacaran dan akan ngedate malam ini.
Setelah bersiap gibran lalu keparkiran hendak mengambil motornya, ia lebih senang mengendarai motor di bandingkan mengendarai mobil, bukan karena gibran tak punya mobil tapi ia hobby dengan motor sport, beberapa mobilnya hanya di anggurin dan kadang tak di pakai.
"Lu mau kemana? Gua ada perlu sama lu" Tanya andri yang baru datang dengan motornya dan parkir tepat di samping motor sahabatnya.
"Gua mau jalan dulu, apa lo bisa datangnya malam nanti? Atau lo nunggu sampai gua pulang di apartemen, soalnya gua ada janji sama lolita" kata gibran sembari memanaskan mesin motornya.
"Sepertinya lu udah deket banget sama Lolita, apa kalian udah jadian?" Tanya andri penasaran.
"Doain aja yang terbaik" kata gibran.
"Baiklah....gua bakal kesini lagi kalau udah balik dari bengkel" kata Andri sembari menyalakan mesin motornya dan berlalu pergi.