Bukan Salahmu

2013 Kata
Bermenit-menit Rulhan larut dalam pikirannya tak lama sebuah suara terdengar membuat Fajn memperingatkan Kuntilanak untuk jangan mengganggu nonanya sebab atma ini memang selalu menyebalkan dimata Fajn. "Duh, Fajn! Sok bijak sekali anda ini! Kamu yang hadir hanya untuk menjaga tau apa kamu soal seseorang yang hidup dan berjuang demi bertahan di dunia, Fajn! Rasa sakit yang dirasakan Rulhan belum tentu di pahami oleh makhluk sepertimu jadi sebaiknya simpan semua ucapanmu yang tak berguna itu dah Fajn," ujar Kuntilanak santai. "Seingat saya anda itu Kuntilanak bukan tiang listrik kenapa anda menyambar saja obrolan orang lain dah! Di sini tuh gue emang gak tau banyak cuma bagaimanapun juga Rulhan tetap harus yakin pada dirinya sendiri, Kunti! Kalau bukan Rulhan yang percaya terus siapa lagi yang akan mempercayai Rulhan di saat seperti ini? Mikir dong makanya?!" omel Fajn kesal. Entah mengapa rasanya ucapan Kuntilanak seperti ada benarnya juga hingga tak lama Rulhan kembali bergumam perihal apa yang terjadi pada dirinya dan Aiko sedangkan Fajn berusaha melihat dari sudut pandang pemuda itu dan rasanya Rulhan tak salah apapun di sini. "Mungkin apa yang di katakan Kuntilanak ada benarnya juga, Fajn! Anda mungkin tidak begitu memahami bagaimana sulitnya sama mempercayai semua hal yang menimpa hidup saya dengan begitu cepat, kalau saja saya boleh jujur rasanya saya masih kesulitan menerima kenyataan bahwa tak ada yang bisa saya lakukan lagi lalu sekarang saya harus bagaimana lagi, Fajn? Rasanya serba salah sekali," gumam Rulhan bimbang. "Saya mengatakan ini juga karena saya berusaha melihat dari sudut pandangmu, Rulhan! Semua hal yang sudah terjadi ini bukan salahmu dan sudah saya katakan sebelumnya bahwa tak banyak hal yang bisa dilakukan atma sepertimu selain menunggu dan carilah kebenaran yang ingin kamu ketahui Fajn! Tak ada usaha yang mengkhianati hasil kok," sahut Fajn serius. Mendengar sahutan Fajn membuat Rulhan memeluk lututnya sendu sambil menggumamkan hal yang sejak tadi bolak-balik di dalam kepalanya perihal bagaimana ia memberi tahu Aiko perihal apa yang menimpa dirinya sebab hatinya masih terasa dipenuhi oleh gadis pujaannya itu. "Anggaplah bahwa semua hasil pasti sesuai usaha lalu apakah hasilku selama ini bertahan dan melakukan banyak hal untuk Aiko itu tak berarti apapun makanya aku berakhir begini? Apakah ucapan Aiko selama ini benar? Dia bilang semua kesalahan terjadi karena salahku? Benarkah itu? Apakah mencintainya sepenuh hati itu adalah sebuah hal salah ya," gumam Rulhan sedih. Sayangnya kali ini Fajn hanya meminta Rulhan menunggu saja toh semesta selalu memiliki hal yang kadang tak dipahami, tetapi bukan berarti hal yang terjadi itu adalah hal yang tak baik jadi biarkan saja semesta dengan caranya sendiri toh akhir telah ditentukan pemilik semesta ini. "Tentu saja ucapan Aiko tidak benar! Bukan salahmu jika kadang ada hal yang terjadi di luar kendalimu ya itu bukan karena dirimu! Kadang semesta memiliki rencananya yang belum tentu anda pahami, tetapi tidak berarti hal tersebut adalah hal yang tak baik! Biarkan semesta bekerja dengan caranya toh pemilik semesta adalah sebaik-baiknya perencana," ucap Fajn serius. Malam itu terasa semakin membingungkan juga menyakitkan untuk Rulhan, tetapi ia menyadari satu hal jika mungkin akan ada hal baik yang sedang menunggu dirinya hingga tanpa sadar ada suara terdengar menanyakan apa yang dipikirkan atma itu. "Lalu jika bukan salahku mengapa Aiko berkata demikian? Rasana seperti aku tak tau harus bergerak ke mana! Jika memang semesta ingin aku menunggu rencana-Nya maka tolong buat aku sabar dan lebih kuat menghadapi semua hal telah disiapkan meskipun aku sendiri hanya bisa pasrah sambil menanti hal baik yang mungkin menungguku ya," batin Rulhan sendu. "Rulhan! Apa yang kamu pikirkan sampai terlihat sedih begitu? Walaupun kamu arwah, tetapi jangan terlalu banyak melamun dan kalau memang ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu kamu boleh bercerita padaku kok, Rulhan! Ada apa? Hm? Apakah ada sesuatu terjadi pada ingatanmu ya?" tanya Zaitunna bingung. Rulhan yang terlalu asik dalam pikirannya sendiri hingga terkejut dan meminta Zaitunna untuk jangan mempertanyakan hal yang menurutnya tidak penting lalu tak lama suara Lily memanggil gadis cantik itu untuk sarapan membuatnya tak jadi bertanya pada Rulhan. "Ya ampun kaget aku loh, Zai! Tidak kok bukan apa-apa aku hanya berusaha mengingat dan sayangnya malah tidak dapat ingatan apapun! Sedih? Sudah pasti aku sedih karena ya namanya aku meninggal tanpa alasan yang aku ketahui Zai! Bagaimana tidak sedih, hm? Cuma yasudahlah aku baik-baik saja kok," ucap Rulhan santai. "Yakin kamu itu baik-baik saja, Rulhan? Ya memang sih apa yang menimpamu jelas membuat dirimu sedih cuma tuh maksud Zai apakah ada kesedihan lainnya yang kamu pikirkan saat ini? Soalnya muka Rulhan kelihatan sedih begitu? Mau cerita sesuatukah? Tenang aja kamu bisa menceritakan apapun ke Zai," sahut Zaitunna terhenti. "Zai! Sayang tolong bantuin ibu sebentar nak! Adik-adik kamu butuh bantuan kamu nih sayang! Zaitunna! Kamu dengar ucapan ibu tidak sayang? Ayok cepat sini turun ke ruang makan dan bantu kami Zai! Entah kenapa pagi ini repot sekali rasanya ibu Zaitunna! Nak?" tutur Lily lembut. Aktifitas gadis cantik itu begitu sibuk karena membantu ibunya yang kerepotan di panti asuhan dan Rulhan hanya memandangi Zaitunna yang terlihat cantik bahkan lebih cantik dibanding Aiko yang entah mengapa menyia-nyiakan cintanya. "Udah mah baik, pintar, ternyata Zaitunna kalau dilihat-lihat cantik juga ya? Bahkan rasanya dia lebih cantik dibanding Aiko! Entah kenapa gue memilih gadis yang menyia-nyiakan usaha dan cinta gue? Sebenarnya dimana kesalahan gue di mata dia? Apa menurutnya gue bukan apa-apa atau bagaimana dah? Miris banget gue berjuang untuk disia-siakan begini," batin Rulhan sendu. Dalam diam pemuda itu terus memperhatikan setiap langkah bahkan semua hal yang di lakukan Zaitunna tak lepas sedikitpun dari Rulhan hingga setelah semua kesibukannya di panti asuhan selain akhirnya gadis cantik itu dan Rulhan sampai sebuah restoran karena Zaitunna ingin mulai mencari pekerjaan lagi. Awalnya Rulhan tak ingin membahas Aiko, tetapi tanpa sengaja matanya mengarah pada dua orang duduk begitu dekat dan menciptakan rasa sakit kemarin hadir kembali padahal Rulhan bersusah payah menerima kenyataannya lalu mengapa masih terasa sakit seperti ini. "Gue gak salah lihat kan ini? Itu Aiko ya?! Bagaimana bisa dia tak mencari keberadaan kekasih yang tidak lagi ia lihat untuk waktu yang lama? Apakah memang semudah itu melupakan gue, Ai? Apa lebih baik begini? Lu bahagia tanpa kehadiran pacar lu sendiri? Gue pikir usaha gue udah berhasil mendapatkan hati lu? Nyatanya gue salah sangka ya," gumam Rulhan sendu. Tanpa pemuda itu sadari suara gumamannya terdengar oleh Zaitunna dan sontak gadis cantik itu duduk dibangku kosong belakang dua orang yang masih membuat Rulhan terpaku dengan tatapan sedih bercampur terluka. "Astagfirullah! Iya loh itu emang benaran Aiko? Benar juga ya? Kenapa dia gak mencari Rulhan? Tunggu deh! Ekspresi macam apa itu? Kenapa dia terlihat bahagia dan melupakan pacarnya ya? Gue baru liat tatapan Rulhan yang beneran sedih dan hancur banget? Ya ampun kok bisa sih kebetulan kayak begini ya?! Mereka bahas apa?" batin Zaitunna terkejut. Tatapan keduanya terkunci pada seorang gadis yang kini terlihat bahagia disamping pemuda yang memang Zaitunna akui ia cukup tampan dan mempesona jika dilihat-lihat, tetapi ada rasa dihati Zaitunna yang bingung dengan sikap Aiko yang sesantai ini setelah hal berat yang Rulhan lalui bahkan gadis itu seperti melupakan Rulhan begitu saja. "Apakah Aiko berpaling karena pria itu lebih tampan dari Rulhan? Ya memang sih kalau di lihat-lihat lebih mempesona dibanding kekasihnya! Cuma kan paling tidak dia ya dia harusnya ada dong perasaan menghargai pacarnya bukan malah bahagia di atas duka yang di rasakan Rulhan! Ini mah kasihan Rulhannya yang pasti dia sedih banget dah," batin Zaitunna iba. Tidak hanya duduk mereka saja yang dekat bahkan keduanya saling berpegangan tangan lalu samar-samar Zaitunna mendengar jika mereka akan pergi dari restoran ini, sebenarnya Zaitunna merasa bimbang apakah ia harus mendengarkan mereka atau tetap melamar kerja. "Ya ampun ini cewek gak inget pacarnya sama sekali gitu? Dia bisa sesantai itu pegangan tangan sama cowok lain? Eh bentar! Kenapa mereka bilang mau pergi dari restoran ini? Apakah mereka sudah lama di sini? Terus gue harus dengerin mereka apa tetap melamar kerja nih kalau begini ceritanya? Badan gue kan cuma ada satu doang," batin Zaitunna dilema. Fajn yang memahami kebingungan dan kegelisahan yang terlihat di wajah nonanya membuat atma itu menyarankan Zaitunna untuk mempercayai keinginan yang ada dihatinya lalu dengan langkah hati-hati ia berusaha menguping percakapan Aiko dengan pria di sampingnya. "Keraguan hadir karena banyak pertimbangan di sana, Zai! Badan anda memang hanya satu, tapi tidak berarti kamu tak bisa membantu orang lain! Percayakan hatimu dan lihat ke dalam hatimu hal apa yang harusnya kamu dahulukan! Apapun pilihanmu saya akan tetap membantu dan menuruti semua keyakinan anda Zai," ujar Fajn serius. Sayangnya hal yang Zaitunna hanya percakapan memuakkan yang dikenal jika dua manusia itu sedang jatuh cinta dan gadis itu berusaha bertahan demi membantu Rulhan, tetapi tak ada hal yang gadis itu lihat selain rasa cinta yang melelahkan dimata Zaitunna. "Astagfirullah! Kirain tuh bakal dapat informasi yang mungkin bisa membantu gue menolong Rulhan eh malah cuma percakapan memuakkan begini! Ini mah sama aja gue menguping obrolan jatuh cinta doang?! Duh gak bermanfaat sama sekali dah! Sabar Zai, sabar! Mungkin kalau menunggu sebentar lagi ada hal lain kali ya," gumam Zaitunna kesal. Perasaan kesal yang dirasakan gadis itu karena merasa usahanya sia-sia justru berbanding terbalik dengan Rulhan yang menangisi kesalahannya karena tak pernah bisa membahagiakan gadis yang ia cintai seperti pria ini membahagiakan Aikonya. "Sepertinya aku memang salah ya selama ini ya? Aku pikir semua usahaku sudah berhasil untuk membahagiakan Aiko? Nampaknya dia lebih bahagia dengan pria ini? Apakah selama aku dan Aiko bersama lantas dia gak tak pernah bisa bahagia seperti ini? Jangan bilang Aiko lebih merasa bahagia dengannya ya? Bukan dengan aku," lirih Rulhan sedih. Mendengar lirihan Rulhan sontak saja membuat Zaitunna menolehkan wajahnya dan benar saja di sana Rulhan terlihat begitu menderita dengan tangan yang memukul-mukulkan dirinya karena rasa sakit itu hadir dan ia tak bisa melakukan apapun di sini. "Itu tidak benar, Rulhan! Semua yang dirasakan Aiko bukan salahmu dan tak berarti bahwa kamu tak bisa membahagiakan dirinya, tidak begitu! Apakah kamu baik-baik saja? Jangan lukai dirimu begini, Rulhan! Tak semua masalah itu terjadi karena dirimu kok! Perlukah aku membawamu pergi dari sini? Jangan sakitin dirimu Rulhan," bisik Zaitunna khawatir. Tak ada jawaban apapun dari Rulhan hingga tak lama Aiko dan pria itu pergi entah ke mana dan seketika Rulhan malah menggumamkan bahwa semua ini salahnya seharusnya ia bisa lebih membahagiakan gadis itu lebih dari siapapun. "Mungkin memang sejak awal tak seharusnya ia menerimaku! Jika saja aku tak berjuang demi dirinya dia pasti sudah bahagia seperti ini sejak lama dan semua ini memang sepertinya adalah salahku! Egoku yang terlalu menginginkan dirinya malah membuat gadis itu terluka dalam diam lalu dengan kepergianku akhirnya dia bisa merasakan lebih bahagia," gumam Rulhan menyesal. Dalam diam Zaitunna menaikkan alisnya bingung sebab baru kali ini ia melihat ada pria yang menyalahkan dirinya tanpa disalahkan kekasihnya lebih dulu sementara Rulhan yang masih sulit menerima luka baru dihatinya membuat atma itu tenggelam dalam pikirannya sendiri. "Baru kali ini Zai lihat ada cowok yang menyalahkan dirinya tanpa disalahin padahal dia lebih terluka karena nyawanya melayangkan? Bisa-bisanya dia memikirkan orang lain dibanding diri dia sendiri? Bahkan udah sesakit ini dia masih menatap penyebab luka di hatinya ya? Kasihan sekai Rulhan! Kenapa orang baik selalu merasakan rasa sakit ini ya," ujar Zaitunna iba. "Harusnya aku tidak boleh egois jika aku memang mencintainya, sayangnya aku tak berpikir sampai sejauh itu dan mungkin apa yang menimpaku adalah bukti bahwa aku perlu memahami sesulit apa dia meladeniku dan bisa jadi ini hukuman untuk sikapku yang keterlaluan pada Aiko kali ya," lirih Rulhan sedih. Sebenarnya Zaitunna masih ingin meminta kejelasan atas pikiran konyol pemuda itu, tetapi ia tak ingin menjadi pusat perhatian karena bersembunyi dibalik tiang restoran jadi gadis itu mau tidak mau memilih melamar pekerjaan dulu sambil ia memberikan waktu untuk Rulhan sendiri dulu untuk sementara waktu. Sayangnya lagi-lagi Zaitunna belum diterima di restoran ini sebab para karyawan berpikir jika Zaitunna adalah orang yang aneh karena mengikuti pembeli padahal mereka tak mau memberi gadis cantik itu kesempatan untuk menjelaskan kejadian sebenarnya. "Hasil yang sama dan alasan yang membingungkan, mereka menilaiku seolah-olah mereka paham saja bagaimana menjadi diriku! Yasudahlah masih ada hari esok jadi mungkin aku harus belajar mengikhlaskan hal ini kali ya? Mereka memutuskan tanpa mendengar penjelasanku bahkan dikasih kesempatan bicara saja aku tidak dapat tuh," gumam Zaitunna sedih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN